“Aku telah mewakafkan diriku untuk Anak
Yatim & Dhuafa” Kata Ujang Jakaria pada program Kick Andy pada hari
Jum’at 4 oktober 2013 dengan Judul “Demi Masa Depan Anak Negeri”
Diriwayatkan dari Jabir
berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan
tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan
sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
Hadits ini dishahihkan oleh al Albani didalam “ash Shahihah” nya.
Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki
mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah
swt?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah
orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai
Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang
muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi
utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan
bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku
sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama
satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan
menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya
sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan
harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama
saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan
(keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak
bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)
Hadits ini dihasankan oleh Syeikh al Albani didalam kitab “at Targhib wa at Tarhib” (2623)
Ujang Jakaria, seorang ustad yang
mengaku lahir dari keluarga kurang mampu. Kesusahan hidup membuatnya
tergerak untuk membantu dan mengurus anak-anak yatim dan duafa di Kota
Cirebon. “Saya sudah mewakafkan hidup saya untuk mereka,” kata Ujang
yang pernah menjadi santri di Pesantren Asalafiah, Cirebon ini.
Pada tahun 2003 Ustad Ujang, begitu ia
dipanggil, mulai merintis Rumah Yatim dan Dhuafa di Cirebon. Awal
mulanya ia hanya mengajar anak-anak mengaji di mushola peninggalan
kakeknya. Niatan utamanya adalah untuk berbagi ilmu agama yang ia
peroleh dari pondok pesantren. Sekitar 100 anak belajar mengaji di
sana, dan Ujang menemukan kenyataan jika sebagaian besar dari murid
mengajinya adalah anak-anak yatim dan dhuafa. Lalu ia mendirikan Rumah
Yatim Piatu Duafa Tuhfatur Rogibin. Mushola kecil warisan sang Kakek,
ia belah ruangannya; sebagian ruangan untuk ibadah dan sebagian lain
untuk tempat tinggal puluhan anak jalanan.
Tahun 2008 Ujang menikah dengan Siti
Aisyah. Sebuah perkawinan dengan komitmen untuk bersama-sama merawat
anak-anak yatim dan dhuafa. Alhasil, kini Ujang dan Siti sedang merawat
33 anak dhuafa, selain dua anak kandung mereka. Dukungan dan ketulusan
Siti dibuktikan dengan tak hanya merawat dan mengurus mereka seperti
buah hatinya. “Saking mendukung, istri saya merelakan gelang dan kalung
emasnya untuk dijual dan dipakai untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
waktu kami tidak punya uang,” tutur Ujang yang punya usaha jual beli
handphone ini.
Selain mendidik bidang agama, Ujang juga
menyekolahkan anak-anak asuhnya di sekolah formal, dari tingkat Taman
Kanak-kanak sampai kuliah. Tak jarang Ujang harus berhutang uang bayaran
pada sekolah anak asuhnya. Meski demikian Ujang tetap yakin pada
kemurahan Allah Subhanahu Wata’ala. Semangatnya tak pernah surut dalam
memperjuangkan anak-anak yatim untuk bisa sekolah dan tidak kembali ke
jalanan.
Demikianlah Contoh seorang mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama