Mengapa ada istilah do’a sapu jagad…?
Apa dan bagaimana perannya…?
Begitu populernya do’a ini. Sebuah do’a yang tertera dalam kitab suci
Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 201. Di dalam kegiatan manasik haji,
do’a ini menjadi idola para calon jamaah haji. Maklum dengan hafal do’a
ini, konon akan mempermudah para jama’ah dalam melakukan aktivitas
perjalanan hajinya.
Do’a ini mampu mengganti do’a-do’a lain, yang begitu banyak tersebar
dalam setiap aktivitas di tanah haram. Begitu populernya do’a ini,
sehingga setiap orang ketika melakukan do’a untuk memohon sesuatu kepada
Allah, baik secara pribadi maupun secara kolektif, selalu ditutup
dengan do’a ini.
QS. Al-Baqarah (2) : 200 – 202
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah
kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, atau
berzikir lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang
berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah
baginya bahagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang
berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Sungguh sangat layak do’a ini disebut sebagai doa ‘sapu jagad’ atau doa universal, sebab :
1. Jangkauannya kini & nanti (dunia & akhirat)
Apa yang diinginkan oleh do’a ini memiliki jangkauan yang sangat
luas. Isi dalam do’a ini tidak menginginkan suatu yang bersifat materi,
tetapi lebih kepada sesuatu yang memiliki makna lebih penting, lebih
luas, lebih menyeluruh, dengan masa yang sangat panjang. Tidak terbatas
pada kehidupan dunia saja tetapi, menjangkau pada kehidupan akhir yang
lebih abadi, lebih kekal, dan lebih indah dibanding dengan kehidupan
kini.
QS. Al-A’laa (87) : 16-17
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
QS. Qashash (28) : 77
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan, janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
Meskipun urusan duniawi begitu kecilnya dibandingkan dengan urusan
akhirat, tetapi tetap urusan duniawi jangan dilupakan. Karena melalui
dunia inilah keberhasilan akhirat akan kita dapatkan.
2. Mengapa formulasinya dunia lebih dahulu? Apakah lebih penting dunia dibanding akhirat?
Seseorang bertanya dalam suatu diskusi agama.
“Apabila akhirat lebih penting, mengapa di dalam kita berdo’a, yang
diucapkan lebih dahulu, atau yang diminta lebih dahulu adalah
kebahagiaan dunia? Bukan kebahagiaan akhirat? Apa maksudnya?
Maka dengan bijaksana, sang ustadz-pun menjawab:
“Benar, bahwa akhirat itu memang lebih penting. Dengan didahulukannya
sebutan dunia, bukan ‘berarti dunia yang lebih penting, tetapi justru
akhirat-lah yang jauh lebih penting.
Lanjut pak Ustadz :
“Rasul pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan garis lurus. Jika
anda yakin seperti apa yang disampaikan Rasulullah, maka sebenarnya
dunia dan akhirat berada pada satu garis lurus. Artinya kita akan
bertemu dengan akhirat setelah kita melalui dunia ini.
Dengan kata lain, jika yang kita tuju hanya dunia saja, kita tidak
akan bertemu dengan akhirat. Karena letaknya akhirat di ujung
perjalanan. Sebaliknya jika yang kita tuju adalah kehidupan akhirat,
kita pasti akan bertemu dan melewati dunia.” “Hal itu dikarenakan posisi
dunia berada pada jarak yang lebih dekat, sementara akhirat berada pada
penghujung perjalanan manusia….”
“…alhamdulillaah, saya mengerti ustadz, terima kasih…” jawab sang penanya.
3. Perbandingan dunia dan akhirat?
Selain masalah sebutan yang mendulukan dunia daripada akhirat,
perbandingan dunia dan akhirat selalu saja menjadi bahan pembicaraan
dalam setiap diskusi.
Kata seseorang peserta diskusi :
“Dunia ini begitu luasnya, bumi tak ada artinya dibanding dengan
besarnya alam semesta raya yang sulit diukur batasnya. Lalu bagaimana
dengan kehidupan akhirat nanti? Seberapa luas kehidupan akhirat nanti?”
Pak Ahmad, sebagai salah satu peserta diskusi mencoba menjawabnya
:”…tentu kita tidak bisa mengukur secara pasti luasnya negeri akhirat,
tetapi saya teringat kata rasulullah saw, bahwa perbandingan dunia
dengan akhirat seperti setetes air yang jatuh dari ujung jari kita ke
dalam samudera. Sementara air yang ada di samudera itulah akhirat
nanti…!
Berarti benar-benar kehidupan dunia yang nampaknya luas dan besar
ini, tidak ada artinya sama sekali, dibanding dengan kehidupan akhirat.
Yang jauh lebih luas, jauh lebih kekal, jauh lebih abadi, dan jauh lebih
indah…” Peserta diskusinya pun membenarkan pendapatnya.
Begitu pendapatnya disetujui oleh peserta lain, Ahmad pun membuka
Al-Qur’an yang ada di tangannya, dan ia mengutip sebuah ayat Al-qur’an
yang berbunyi :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara
kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di ahirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.
(QS. Al-Hadiid 57 : 20)
4. Digunakan sebagai penutup do’a
Disebut do’a sapu jagad, karena do’a ini telah disepakati oleh para
ulama, bahwa berdo’a tanpa do’a ini rasanya tidak lengkap. Bahkan begitu
populernya do’a sapu jagad ini, sampai seorang non Islam yang bekerja
sebagai fotografer pada suatu acara pernikahan, ia hafal betul. Setelah
pak ustadz membaca do’a “Rabbanaa aatina fiddunya hasanah…”ini, sang
fotografer pun mengetahui bahwa do’a telah menjelang selesai. Dan ia
siap bertugas untuk memotret acara berikutnya.
Pak Robert sang juru potret itu, ketika ditanya oleh seseorang yang
kebetulan duduk di sebelahnya, mengapa ia mengetahui bahwa do’a pada
acara itu sudah menjelang selesai? ia menjawab :
“wah, saya sudah hafal betul. Do’a sepanjang apa pun menurut
pengalaman saya, jika sudah sampai pada do’a tersebut berarti do’a sudah
hampir selesai.” Katanya.
5. Tidak berani minta surga
Satu hal yang perlu kita ingat dan kita renungkan, ialah bahwa dalam
do’a ini kita tidak diajari untuk meminta surga. Sementara dalam
kehidupan kita sehari-hari apabila kita bertanya pada setiap orang, apa
yang mereka inginkan jika mereka berbuat baik? Mungkin lebih dari
sembilan puluh persen mereka akan mengatakan minta surga. Tetapi do’a
sapujagad ini, do’a yang paling dihafal oleh seluruh umat Islam ini
adalah do’a yang di dalamnya tidak mengajarkan untuk minta surga. Ada
apa gerangan? Mengapa?
Dari seluruh ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata-kata
surga, tidak satu pun ayat yang mengatakan bahwa manusia dengan
perbuatan baiknya yang telah dilakukan ketika hidup di dunia, dengan
sendirinya ia akan masuk surga. Tetapi yang ada di dalam Al-Qur’an ialah
bahwa Allah-lah yang akan memasukkan surga kepada siapa yang
dikehendakiNya. Allah menggunakan kekuasaanNya, dan akan memasukkan
surga kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Surga adalah milik Allah.
Surga adalah sebuah hadiah dari Allah bagi orang yang berhasil dalam
perjuangannya ketika di dunia.
Surga adalah tempat kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. Surga
bukan ada dengan sendirinya. Surga bukan tujuan akhir bagi seorang
hamba. Sebab tujuan akhir dari perjalanan manusia adalah Allah Swt. Dzat
Yang Maha Indah, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Raja di hari
kemudian, Dialah Allah Azza walla, Dzat Yang Maha segala Maha…. Yang
hanya kepadaNya semua akan kembali.
QS. At-Taubah (9) : 21
Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat
daripada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya
kesenangan yang kekal,
QS. An-Nisa’ (4) :13
Hukum-hukum tersebut itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya
ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
QS.Al-Insan (76) : 31
Dia memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.
6. Yang diminta dalam do’a sapu jagad
Dalam do’a tersebut yang diharapkan dan diminta oleh seorang hamba
kepada Tuhannya ada tiga aspek utama. Yang hal tersebut secara eksplisit
lebih dipentingkan dari pada surga.
1. Dunia yang Khasanah
Apakah dunia yang khasanah itu? Dunia yang khasanah adalah kehidupan
dunia yang menentramkan hati, yang menjadikan jiwa menjadi tenang dan
damai. Merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Bisa sabar terhadap
ujian dan cobaan yang menimpa, serta selalu bersyukur terhadap nikmat
yang yang diberikan.
QS. Al-Fajr (89) : 27-30
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku.
2. Akhirat yang Khasanah
Apakah akhirat yang khasanah itu? Kehidupan di hari akhir nanti tak
ada pilihan lain kecuali surga atau neraka. Surga adalah tempat balasan
bagi orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya. Ia telah sukses
menjalankan perintah Allah, dan dengan rela ia meninggalkan
larangan-laranganNya.
Sementara neraka adalah tempat siksa bagi orang-orang yang ingkar
kepada Allah. Mereka selalu melakukan perbuatan yang dilarangNya dan
tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkanNya.
Di alam akhirat nanti, orang-orang yang mendapatkan akhirat khasanah,
mereka betul-betul bahagia. Selain mendapatkan surga yang telah
dijanjikan Allah, mereka juga bertemu dengan Allah swt dalam keadaan
bahagia.
QS. Al-Hasyr (59) : 20
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.
QS.Al-Kahfi (18) : 31
Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir
sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang
emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera
tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang
indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang
indah;
QS. Ali-Imran (3) : 12
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan
dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam.
Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”.
3. Terhindar dari siksa api neraka
Neraka, adalah seburuk-buruknya tempat kembali. Demikian informasi
dari Al-Qur’an al Karim. Bahkan bahan bakarnya terdiri dari manusia dan
batu. uih, begitu menggiriskan…tentu saja sebagai hamba yang beriman
kita mohon untuk dihindarkan dari siksa neraka ini. Karenanya do’a sapu
jagad tersebut, betul-betul do’a yang tepat, yang universal, yang
dipakai untuk penutup dari segala do’a.
QS. Ali-Imran (3) : 10
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak
mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan
mereka itu adalah bahan bakar api neraka,
QS. Ali-Imran (3) : 192
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke
dalam neraka, maka sungguh, telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi
orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
7. Yang penting adalah mendapat ampunanNya
Mohon ampun adalah salah satu sifat dari orang yang taqwa. Di dalam
Al-Qur’an disebutkan bagaimana ciri-ciri orang yang bertaqwa yang selalu
mohon ampunan Allah
QS. An-Nisa’ (4) : 106
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. An-Nisa’ (4) : 110
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Ali-Imran (3) : 17
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu
sahur.
Bahkan mohon ampun di waktu malam (waktu sahur), merupakan salah satu
ciri istimewa bagi orang yang bertaqwa. Bangun di waktu sepertiga malam
ketika sebagian besar manusia terlelap dalam tidurnya, seorang hamba
yang bertaqwa bangun dari tidurnya. Bergegas ia ke kamar mandi mengambil
air wudhu. Dibasuhnya semua perilaku yang salah, melalui tangannya.
Dibasuhnya ucapan yang sering khilaf melalui mulutnya. Dibasuhnya
pandangannya, dibasuhnya nafasnya, dibasuhnya fikirannya… Dan akhirnya
dibasuhnya kedua kakinya dengan maksud agar langkah kakinya yang sering
tak terarah itu menjadi bersih, suci, untuk menghadap sang Ilahi.
Dan akhirnya setelah semua anggota wudhu’ sudah dibasuhnya dengan
khusyu, ia mengangkat kedua tangannya untuk bermunajat kepada Allah:
“Asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu
anna Muhammad abduhu warasuluhu. Allahummaj’alni minattawwabina,
waj’alni minal mutathahhiriina.” (HR. Attirmidzi)
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku sebagai golongan
orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang
yang suci.
Dengan wudhu yang semacam itu, maka terasa begitu lapang dada ini.
Maka ketika seorang hamba mengangkat kedua tangannya untuk memulai
shalat, yaitu ketika takbiratul ihram, niscaya hatinya akan terfokus
hanya untuk Allah semata. Bacaan saat itu terasa menggetarkan dada. Dan
insya Allah, Allah Swt sebagai Dzat Yang Maha Pengampun akan memaafkan
segala kesalahan hambaNya.
Ampunan adalah kunci surga. Tak ada seorang pun yang bisa masuk surga
tanpa ampunanNya. Sebab manusia selalu berpeluang untuk melakukan
kesalahan.
Seorang yang mendapatkan ampunanNya insya Allah jalannya akan lurus.
Dan insya Allah akan mendapat kesuksesan dalam hidupnya. Baik di dunia
ini lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti.
Sungguh tak seorang pun yang bersih dari khilaf dan salah. Manakala
seorang hamba terlanjur berbuat salah, maka mohon ampun itulah obat
mujarabnya. Dengan bertaubat sebenar-benarnya taubat, insya Allah
terbukalah hijab yang menutupi hatinya. Karena hijab inilah yang membuat
manusia menjadi tertutup nuraninya, sehingga sering berbuat salah. Dan
Allah pun, insya Allah akan memberikan ampunan yang tiada terhingga itu,
untuk hamba yang dicintaiNya..
Dari Sahabat
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama