وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ
يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
” Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat.
Dan sesungguhhya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , (
yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya
dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” ( QS Al Baqarah : 45 -46 )
Pada tulisan yang lalu telah
diterangkan tentang sabar dan sholat serta pengaruhnya terhadap
penyelesaian problematika hidup. Begitu juga sudah kita ketahui bahwa
sabar dan sholat ini akan sangat sulit dikerjakan secara baik dan terus
menerus kecuali oleh orang-orang yang khusu’. Pada tulisan di bawah ini
akan diterangkan hakekat khusu’ menurut Al Qur’an, dan Hadist serta
padangan para ulama. Untuk mempermudah pembahasan akan dibagi menjadi
beberapa pelajaran :
Khusu’ merupakan inti sari
dalam ibadat sholat, tanpanya sholat tidak mempunyai arti. Kedudukan
khusu’ dalam sholat bagaikan nyawa dalam sebuah badan, atau buah dalam
sebuah pohon, atau amal dalam sebuah ilmu. Khusu’ artinya tunduk, tenang
dan rendah diri serta tawadhu’. Dalam sebuah ayat disebutkan :
وخشعت الأصوات للرحمن فلا تسمع إلا همساً.
“dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.”( Qs Toha : 108 )
Khusu’ secara istilah adalah : keadaan jiwa yang berdampak pada ketenangan dan tawadhu’ dalam bersikap.
Akan tetapi kalau kita melihat teks ayat di atas, maka orang yang khusu’ adalah :
1/ Orang yang menyakini bahwa
dia cepat atau lambat akan meninggalkan dunia yang fana’ ini dan akan
menemui Robb-nya untuk mendapatkan balasan dari perbuatannya selama
hidup di dunia
2/ Orang yang menyakini bahwa
kematian akan menjemputnya setiap saat, sehingga dia selalu
mempersiapkan bekal untuknya, yaitu menjalankan segala perintah Allah
swt dan menjauhi segala larangan-Nya. ([1])
Pelajaran Kedua :
Khusu’ dibagi menjadi dua :
Pertama : Khusu’ Mahmud ( khusu’ yang terpuji ), yaitu khusu’ yang terdapat dalam hati, dan efeknya terlihat dalam sifat dan sikap serta gerak –gerik. Maka
orang yang khusu’ dalam sholat akan selalu menundukkan pandangan dan
tidak melirik ke kanan atau ke kiri atau melihat ke atas. Berkata
Ibrahim An Nakh’I : ” Khusu’ itu bukan dengan memakai baju kasar dan
compang-camping, ataupun makan makanan yang keras, dan selalu
menundukkan kepala. Akan tetapi khusu’ adalah jika kamu memandang semua
orang sama derajatnya, baik para pejabat maupun orang awam, serta kamu
tunduk dengan apa yang diperintahkan Allah swt. Suatu ketika Umar bin
Khottab melihat seorang pemuda berjalan sambil menundukkan kepalanya,
beliaupun menegur pemuda tersebut seraya berkata : ” Wahai pemuda angkat
kepalamu, karena khusu’ itu hanya di hati “. Berkata Ali bin Abi Thalib
: ” Khusu’ itu terdapat dalam hati, dan tandanya kamu berbuat lembut
terhadap sesama muslim, serta tidak menoleh-noleh ketika sedang
melakukan sholat”.
Kedua : Khusu’ Madzmum
(Khusu’ yang tercela ). Khusu’ ini adalah khusu’ yang dibuat-buat,
padahal hatinya tidak demikian, seperti berpura-pura menangis dan
menunduk-nundukkan kepala. Pernah pada suatu ketika seseorang mengambil
nafas panjang dan berpura-pura sedih di depan Umar bin Khottab, melihat
seperti itu, Umar langsung menamparnya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
Umar bin Khattab jika berbicara lantang, jika berjalan cepat, jika
memukul keras, tetapi walaupun begitu beliau adalah seorang ahli ibadat
yang benar dan orang yang benar-benar khusu’. ([2])
Artinya khusu’ yang hakiki tidaklah bertentangan dengan sikap yang
tegas dan suara yang lantang serta berjalan yang tegap, karena khusu’
letaknya di hati saja.
Pelajaran Ketiga :
Khusu’ mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :
1/Khusu’ yang terdapat dalam
hati akan menyebabkan bertambahnya iman seseorang, atau paling tidak
akan menjaga stabilitas keimanan seseorang. Dengan khusu’ tersebut,
seseorang akan merasakan hatinya tetap hidup, segar dan tenang, karena
ia selalu dekat dengan Allah. Dengan khusu’ seseorang akan mampu menepis
syubhat dan syahwat yang akan selalu mengganggu hatinya. Oleh karena
itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk selalu menambah keimanannya
setiap hari dan mengecam orang-orang yang tidak khusu’ hatinya untuk
menerima kebenaran dalam Al Qur’an, sebagaimana firmanNya :
أََلَمْ يَاًنِ لِلَّذِينَ
آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ
الحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ
عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah
dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang
yang fasik.” ( QS Al Hadid : 16 )
Dalam ayat di atas, Allah
menjelaskan bahwa yang menyebabkan para ahli kitab menjadi fasik,
karena hati mereka keras dan tidak khusu’. Dan hati yang keras ini
akibat dari perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan secara
terus-menerus tanpa dimasuki rasa khusu’ sedikitpun, sehingga mereka
semakin jauh dari ajaran agama ini. Akan tetapi walaupun begitu, Allah
swt masih memberi kesempatan kepada siapa saja dari hamba-Nya untuk bisa
menjadikan hatinya khusu’ dan dekat dengan Allah. Sebagaimana Allah swt
mampu menghidupkan kembali tanah yang kering dan tandus dengan
menurunkan hujan di atasnya sehingga menjadi subur dan gembur ([3]), Allah swt berfirman :
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Ketahuilah olehmu bahwa
sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu
memikirkannya”( Qs Al Hadid : 17 )
2/ Khusu’ akan menyebabkan seseorang dekat dengan Allah swt, sehingga hatinya selalu dipenuhi dengan cahaya keimanan. Dengan khusu’ tersebut, dia bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal khusu’ tersebut, dia mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekitarnya.
3/ Khusu’ dalam hati akan mampu membentengi hati dari penyakit ‘ujub ( merasa paling hebat), riya’ dan sum’ah.
4/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan rahmat dari Allah swt.
5/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan kabar gembira dari Allah swt, sebagaimana dalam firman-Nya :
فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
” Maka Tuhanmu ialah Tuhan
Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah (
khusu’) ” ( QS Al Hajj : 34 )
Ayat di atas menunjukkan salah satu bentuk khusu’, yaitu tunduk kepada Allah swt secara mutlak.
6/ Dengan khusu’, seseorang akan mendapatkan kejayaan yang akan mengantarkannya kepada syurga , sebagaimana firman-Nya :
قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ ،
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ … أُوْلَئِكَ هُمُ الوَارِثُونَ ،
الَذِينَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
” Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’
dalam sembahyangnya……..Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya “ (
Qs Al Muminun : 1,2,10,11 )
7/ Dengan khusu’, seseorang bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, Karena ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu yang menyebabkan seseorang takut kepada Allah swt. Oleh karena itu nabi Muhammad saw berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, sebagaimana yang tersebut dalam salah satu do’anya:
اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع ، ومن قلب لا يخشع ، ومن نفس لا تشبع ، ومن دعاء لا يسمع
“Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusu’,
dan jiwa yang tidak pernah kenyang, dan do’a yang tidak didengar ”
Khusu’ inilah yang diangkat pertama kali dari diri manusia, maka pada zaman sekarang jarang kita dapatkan orang yang khusu’ hatinya, baik dalam sholat maupun di luar sholat, hal ini sesuai yang sebut dalam hadist :
أول ما يرفع من الناس الخشوع
” Pertama kali yang diangkat dari diri manusia adalah khusu’ ( Hadist Shohih Riwayat Tobrani , lihat juga dalam Shohih Al Jami’ Shoghir no : 2576 )
8/ Dengan khusu’, seseorang akan bertambah semangatnya di dalam beramal dan bekerja sehingga hasilnya bisa maksimal.
9/ Dengan khusu’, seseorang
akan menjadi ringan di dalam melaksanakan ibadat, bahkan merasa senang
dengannya. Dalam suatu hikmah Arab dinyatakan:
من عرف ما يطلب ، هان عليه ما يبذل ، ومن أيقن بالخلف ، جاد بالعطية
” Barang siapa mengetahui
apa yang diminta, maka akan ringan untuk mengorbankan sesuatu untuknya,
dan barang siapa yang yakin akan mendapatkan balasan, maka dia akan
menjadi royal untuk memberi ”
10/ Dengan khusu’, seseorang menjadi cepat menerima kebenaran, bahkan mengamalkan kebenaran tersebut dan bahkan berdakwah kepadanya dengan sungguh-sungguh.
11/ Dengan khusu’ tujuan umat Islam dalam hidup ini bisa disatukan yaitu mencari ridho Allah.
Pelajaran Keempat :
Bagaimana caranya supaya hati
bisa khusu’ ? Di sana ada beberapa amalan yang bisa mendatangkan
kekhusu’an dalam hati, diantaranya adalah :
1/ Menerima perintah Allah dan
Rosul-Nya dengan rela dan pasrah tanpa ragu-ragu, dan tidak menolaknya
hanya karena tidak masuk akal kita.
2/ Berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap amal perbuatan,
3/ Selalu muhasabah ( intropeksi diri ) dan mencari kekurangan yang ada pada dirinya.
4/ Menjauhi sifat sombong, takabbur, riya’ da sum’ah.
5/ Selalu merasa takut terhadap amal perbuatannya apakah diterima oleh Allah atau ditolaknya.
6/ Selalu mengingat nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepadanya selama hidup ini.
7/ Selalu meminta hidayat dari Allah swt dalam setiap gerak-geriknya.
8/ Selalu merenungi arti dan makna serta rahasia dibalik Asmaul Husna ( Nama-nama Allah yang indah)
9/ Selalu mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu semua ilmu yang bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt .
10/ Selalu mengingat kematian, adzab kubur, hari kebangkitan, syurga dan neraka.
11/ Selalu bersimpuh dihadapan Allah untuk berdo’a dan memohon pertolongan dari-Nya
Pelajaran Kelima :
Adapun khusu’ dalam sholat,
pembahasannya sangat luas sekali, di bawah akan disebutkan beberapa
kuncinya saja, diantaranya adalah :
1/ Mengetahui pentingnya sholat dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.
2/ Mempersiapkan diri sebelum sholat, dengan mensucikan diri dari hadast dan najis serta memakai pakaian yang pantas.
3/ Selalu memperhatikan adab- adab sholat secara lahir, seperti tuma’ninah dalam setiap gerakan sholat.
4/ Melakukan sholat dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah saja.
5/Menjauhi segala sesuatu yang akan mengganggu konsentrasi sholat.
6/Mengetahui dan merenungi bacaan-bacaanyang terdapat di dalam sholat.
Pelajaran Keenam :
Tanda-tanda khusu’ yang terdapat dalam diri seseorang adalah sebagai berikut :
1/ Cinta terhadap sholat dan hatinya selalu tertambat padanya.
2/ Segera mengerjakan sholat jika sudah datang waktunya, dan terasa sangat ringan di dalam mengerjakannya.
3/ Selalu menghadirkan hatinya ketika membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdo’a.
4/ Selalu bersyukur terhadap
nkmat-nikmat yang diberikan Allah kepadanya, walaupun terlihat dimata
manusia nikmat itu hanya sedikit. Dan dalam satu waktu dia sangat
berhati-hati ketika mendapatkan nikmat, karena khawatir kalau hal itu
hanya ujian dari Allah, akibat dosa-dosanya .
5/ Selalu bersabar ketika mendapatkan musibah dan menyerahkan segala urusan kepada Allah swt saja.
6/Selalu merenungi fenomena
yang terjadi disekitarnya, seperti pergantian malam dan siang, keajaiban
makhluq-makhluq Allah baik yang ada di darat, di lautan,maupun yang
berada di angkasa. Begitu juga dia selalu merenungi kehancuran
bangsa-bangsa terdahulu maupun yang sekarang akibat bermaksiat kepada
Allah swt.
7/ Jika disebut nama Allah swt,maka tergetar hatinya dan sering menangis karena takut kepada Allah swt.
Kairo, 15 Januari 2008
[1] Fahru Rozi, Mafatihil Ghoib : Juz II, hlm : 77
[2] Al Qurtubi, al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Juz I, hlm : 253
[3] Ibnu Qayyim, Ar Ruh, hlm : 520.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama