Oleh: Haedar Yusuf
Pendahuluan
Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt dan sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi besar islam Muhammad saww dan kepada keluarganya yang suci dan jauhkanlah rahmatmu ya Allah atas orang-orang yang memusuhi mereka.
Sholat
adalah salah satu dari rukun-rukun islam yang sangat ditekankan kepada
seluruh ummat islam untuk menjalankannya bahkan anjuran dari nabi besar
Muhammad saw untuk tidak meninggalkannya, karena seluruh perbuatan baik
dan buruk tergantung pada yang satu ini. Jika sholat kita baik maka
seluruh perbuatan kita juga akan baik, karena sholat yang kita lakukan
setiap hari sebanyak lima waktu itu subuh, dzuhur, asar, magrib dan isya
akan mencegah kita dari perbuatan jelek, namun sebaliknya jika kita
mendirikan sholat dan masih juga melakukan hal yang tidak terpuji maka
kita harus kembali pada diri kita masing-masing dan mengkoreksi kembali
apakah sholat yang kita dirikan itu benar-benar sudah memenuhi syarat
atau ketika kita mendirikannya, benak dan pikiran kita masih dikuasai
atau diganggu oleh pikiran-pikiran selain Allah. Itu semua perlu juga
kita perhatikan.
Sholat di awal waktu dalam pandangan Al-Quran
Allah
swt berfirman: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa[*]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” [1]
Imam Shadiq as bersabda:
امتحنوا شيعتنا عند مواقيت الصلاة كيف محافظتهم عليها
Ujilah syiah kami pada waktu-waktu sholat, bagaimana mereka menjaganya. [2]
Allah swt juga berfirman: “Celaka bagi orang-orang yang mendirikan sholat, yang mana mereka mendirikannya secara lalai.” [3]
Berkenaan dengan ayat ini, Imam Shadiq as ditanya, beliau menjawab:
“Yang dimaksud dengan ayat ini adalah orang yang melalaikan sholatnya,
dan ia tidak mendirikannya di awal waktu tanpa ada halangan (uzur).[4]
Keutamaan sholat di awal waktu dalam pandangan riwayat
Imam Bagir as bersabda:
اعلم ان اول الوقت ابدا افضل فتعجل الخيرابدا ما استطعت
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya awal waktu itu adalah sebuah keutamaan, oleh karena itu laksanakanlah secepatnya pekerjaan baikmu selagi kamu mampu,.”[5]
Imam Shodiq as bersabda:
لفضل الوقت الاول على الاخير خير من ولده وماله
“Sesungguhnya
keutamaan yang ada di awal waktu dibandingkan akhirnya lebih baik bagi
seorang mukmin dari anak-anaknya dan hartanya.”[6]
Beliau juga dalam haditsnya yang lain bersabda:
فضل الوقت الاول على الاخير كفضل الآخرة على النيا
“Keutamaan awal waktu atas akhirnya sebagaimana keutamaan akherat terhadap dunia.”[7]
Imam
Musa bin Jakfar as bersabda: “Sholat-sholat wajib yang dilaksanakan
pada awal waktu, dan syarat-syaratnya dijaga, hal ini lebih wangi dari
bunga melati yang baru dipetik dari tangkainya, dari sisi kesucian,
keharuman dan kesegaran. Dengan demikian maka berbahagialah bagi kalian
yang melaksanakan perintah shalat di awal waktu.”[8]
Imam
Shadiq as bersabda: “Seorang yang mengaku dirinya haq (Syiah) dapat
diketahui dengan tiga perkara, tiga perkara itu adalah: 1. Dengan
penolongnya, siapakah mereka. 2. Dengan sholatnya, bagaimana dan kapan
ia melaksanakannya. 3. Jika ia memiliki kekayaan, ia akan teliti dimana
dan kapan akan ia keluarkan.[9]
Sholat di awal waktu cermin kesuksesan ruhani
Diantara
salah satu rahasia penting sholat di awal waktu adalah keteraturan
hidup dengan tolak ukur agama dan tidak lalai kepada tuhan. Adapun orang
yang mendirikan sholat, namun tidak terikat dengan awal waktu, dasar
tolak ukur hidup mereka adalah ditentukan oleh permasalahan selain
tuhan, dan ketika masuk waktu sholat, mereka mendirikannya, namun
terkadang di awal waktu, pertengahan dan atau diakhirnya, permasalahan
ini sudah sangat merendahkan dan meremehkan sholat itu sendiri sebagai
tiang dan pondasi agama bahkan merupakan rukun islam bagi setiap muslim,
dan dengan demikian seseorang akan merasa bahwa setiap permasalahan
duniawi yang datang, akan lebih ia dahulukan ketimbang mengerjakan
sholat, seperti contoh: Di tengah pekerjaan, makanan sudah dihidangkan,
dikarenakan teman atau tamu yang bertandang kerumah dan lain sebagainya
dari permasalahan dunia yang menyebabkan kita lalai dan tidak
mengerjakannya di awal waktu. Hal semacam ini adalah sebuah kejangkaan
dan tidak komitmen terhadap urusan agama.
Adapun
orang yang terikat -dengan urusan agama- mereka mendirikan sholat di
awal waktu. Tolak ukur kehidupan mereka, mereka susun sesuai dengan
tolak ukur yang sudah ditentukan oleh Ilahi. Dalam artian bahwa setiap
pekerjaan telah disusun sedemikian rupa sehingga ketika datang waktu
sholat, mereka tidak disibukkan dengan pekerjaan yang lain selain ibadah
sholat. Dan perhatikanlah jika menjanjikan sasuatu jangan mendekati
waktu sholat, dan jika hendak menyantap makan siang atau malam,
hendaknya tidak pada waktu sholat, dan jika hendak mengundang tamu atau
berpergian untuk tamasya, hendaknya disusun sesuai dengan waktu sholat.
Dengan demikian ia telah menunjukkan bahwa untuknya agama dan sholat
adalah segala-galanya. Permasalahan inilah yang memiliki pengaruh yang
sangat dalam untuk membentuk jiwa seorang insan menuju kesempurnaan.
Sholat
di awal waktu adalah rumus untuk dapat menguasai jiwa, hawa nafsu dan
pikiran serta menentang keinginan syahwat, karena dengan cara mengatur
waktu dan janji yang kuat, seorang manusia seiring dengan berjalannya
waktu dapat menemukan dan berhadapan dengan berbagai ragam hawa nafsu.
Ketika keragaman seperti makan, istirahat, rekreasi dan pekerjaan
menghadang, yang mana seseorang berkeinginan untuk melakukannya, namun
dikarenakan waktu sholat telah tiba, hal itu dikesampingkan demi
beribadah kepada Tuhannya (sholat), hal yang demikianlah yang disebut
dengan tegarnya jiwa dan kuatnya iman.
Seorang
yang ingin mendirikan sholatnya di awal waktu, tentu telah mengatur
jadwal kehidupannya, misalnya: untuk dapat sukses melaksanakan sholat
subuh di awal waktu, dia akan tidur lebih awal dan meninggalkan sebagian
menu(kegiatan) yang menyebabkan ia begadang malam, karena hal itu
bertentangan dengan keterjagaan di awal waktu. Di lain hal kita
mengetahui bahwa bangun diwaktu(azan) subuh itu memiliki banyak barakah
dari sisi kejiwaan dan bahkan dari sisi materi.
Nah
yang terpenting sekarang adalah kita harus mementingkan peranan sholat
dalam diri kita, dan mulailah sejak saat ini mengambilnya sebagai
rancangan yang mau tidak mau harus kita mulai dan kita kerjakan walaupun
terkadang sering kali dalam memulainya kita ketinggalan untuk
mengerjakan sholat itu di awal waktu, namun secepatnya kita
mendirikannya. Bukan sebaliknya kemudian kita menaruhnya di akhir waktu,
sehingga dengan cara ini, secara perlahan hal tersebut akan menjadi
adat bagi kita untuk menjalankannya secara mudah dan tidak merasa beban.
Dan ketika itulah sholat seseorang akan berbentur dengan keharuman dan
kesucain yang luar biasa.
Dan Jika Tidak Sampai Laknatlah Aku
Almarhum
Alamah Thabatabai dan Ayatullah Bahjat menukil dari almarhum Qadhi ra,
ketika itu beliau berkata: “Kalau saja seorang yang mendirikan sholat
wajibnya pada awal waktu dan ia tidak sampai pada jenjang yang tinggi
(dari sisi keruhaniannya), maka laknatlah aku!.” (dalam naskah lain
beliau berkata: “...maka ludahilah wajahku!”).
Awal waktu adalah rahasia yang sangat agung, karena firman allah swt yang berbunyi “ حافظوا على الصلوات
Peliharalah segala sholatmu...”, adalah salah satu poros dan sebagai
pusat, dan selain itu juga terdapat firman Allah yang lain yang berbunyi
“ واقيموا الصلاة
Dan dirikanlah sholat...”, seorang insan yang mementingkan dan mengikat
dirinya untuk mendirikan sholat di awal waktu, pada dasarnya itu adalah
baik, dan memiliki pengaruh yang sangat besar dan positif untuk
dirinya, walau tanpa dihadiri dengan sepenuh hati.[10]
Dari mana engkau dapatkan kedudukan ini
Mullah
Mahdi Naroki yang sangat melatih dirinya dengan sifat-sifat baik
seperti wara, kesucian, kesehatan, ketakwaan dan lain-lainnya, sehingga
dengan itu semua beliau berhasil dapat melihat dengan mata akherat,
berkata: “Pada hari raya, saya pergi berziarah ke tempat pemakaman, dan
saya berdiri ke sebuah makam dan kepadanya saya katakan: “Adakah hadiah
yang dapat engaku berikan padaku di hari raya ini?”.
Malam
harinya ketika saya beranjak tidur, dalam mimpi, saya melihat
seseorang yang wajahnya indah dan bercahaya datang menghampiriku, dan
berkata: “Datanglah esok hari ke makamku, akan aku berikan sesuatu
kepadamu sebagai hadiah di hari raya”. Keesokan harinya aku datang
kepemakaman yang diisyaratkan oleh mimpiku itu. Sesampainya aku di sana,
tiba-tiba tersingkaplah alam barzah untukku. Ketika itu tampaklah
sebuah taman yang indah dan sangat menakjubkan, di dalamnya ada sebuah
pintu dan pepohonan yang sebelumnya tidak pernah seorang pun melihatnya,
tapi aku dapat temukan di sana. Di tengahnya terdapat sebuah istana
yang sangat megah berdiri kokoh. Kemudian saya diajak memasuki ke
ruangan dalam istana, ketika aku masuk, aku melihat seseorang yang duduk
penuh dengan keagungan di atas singgasana yang bertahtakan intan
permata. Kepadanya aku katakan: “Dari golongan manakah engkau?. Ia
menjawab: “Aku dari golongan orang-orang yang beribadah. Kemudian aku
tanyakan kembali: “Dari manakah engkau dapatkan kedudukan ini?. Ia
berkata: “Pekerjaan yang sehat, dan sholat berjamaah diawal waktu.[11]
Perjalanan Ahlul Bait as dalam Sholat di Awal Waktu:
Sholat Awal Waktu pada Perang Shiffiin (Shofain)
Dalam
cuaca panas peperangan Shiffin, ketika imam Ali as sedang
sibuk-sibuknya berperang, Ibnu Abbas ra melihat beliau yang sedang
berada di tengah dua barisan perang itu, secara tiba-tiba menegadahkan
wajahnya ke arah matahari, ia bertanya: “Wahai imam, Ya Amirul Mukminin,
untuk apa hal itu engkau lakukan?. Beliau menjawab: “Aku melihatnya
karena ingin memastikan apakah sudah masuk waktu sholat dzuhur, sehingga
kita mendirikannya?. Kemudian Ibnu Abbas berkata: “Apakah sekarang ini
saatnya untuk mendirikan sholat?. Peperangan telah menghalangi kita
untuk mendirikan sholat, imam menjawab: “Untuk apa kita berperang
melawan mereka?, Bukankah kita berperang dengan mereka supaya kita dapat
mendirikan sholat?, hanya karena sholat kita berperang melawan mereka.
Setelah itu perawi berkata: “Imam Ali sama sekali tidak pernah
meninggalkan sholat malamnya walaupun pada malam “Lailatul Harrir”[12]
(Lailatul Harrir adalah sebuah malam yang sangat genting dimana
pasukan Imam Ali dan Muawiah (laknat Allah kepadanya) meneruskan perang
mereka sampai pagi.)
Sholat Terakhir Imam Husain as
Siang
hari dari sepuluh Muharram yang dikenal dengan hari Asyura, keadaan
yang begitu menyengat karena teriknya matahari, dan cuaca yang panas
dengan peperangan yang tidak seimbang sedang terjadi di tanah Karbala,
salah seorang dari pembela Sayyidus Syuhada Imam Husain as bernama Abu
Tsamamah Asshoidi kepada Imam berkata: “Wahai Aba Abdillah (Lakqab
panggilan Imam Husain as), jiwaku aku korbankan untukmu, saya lihat para
musuhmu ini sudah dekat denganmu, aku bersumpah demi Allah sungguh
engkau tidak akan terbunuh, kecuali dengan seizin Allah aku kobankan
dulu nyawaku, namun aku akan senang sekali menemui Tuhanku dalam keadaan
aku telah menjalankan tugasku yaitu mendirikan sholat yang sekarang ini
sudah saatnya melakukankan sholat dzuhur.
Seketika
Imam Sayyidus Syuhada menengadahkan wajah suci beliau kearah langit dan
melihat matahari (yang sudah condong) kemudian bersabda: “Engkau ingat
akan sholat!, Semoga Allah swt menjadikan engkau termasuk orang-orang
yang selalu ingat akan mendirikan sholat. Ya sekarang ini saatnya
mendirikan sholat di awal waktu, mintalah dari mereka waktu sesaat untuk
mengangkat senjata sehingga kita dapat mendirikan sholat. Seketika itu
seorang yang terlaknat bernama Hashin bin Tamim berkata: “Sholat yang
kalian dirikan tidak akan diterima., Kemudian perkataan itu dijawab oleh
Habib bin Madzohir, dikatakan padanya: “Wahai peminum arak, kau pikir
sholat yang didirikan oleh keluarga rasulullah saww tidak diterima Allah
swt, sedangkan sholat yang kau dirikan diterima!, jangan kira begitu”.
Kemudian Imam Husain as mendirikan Sholat Khauf bersama segelintir para pembela beliau yang tersisa.[13]
Perjalanan Imam Khomaini dalam mendirikan sholat di awal waktu
Dalam
sebuah media penerbitan yang menukil perkataan salah seorang dari putra
Imam yang menceritakan bahwa: “Hari pertama kali Muhammad Reza Syah
pergi, saat itu kami berada di kota Novel Losyatu. Hampir tiga atau
empat ratus wartawan berkumpul mengelilingi rumah Imam, sebuah ranjang
kecil disiapkan, dan Imam berdiri di atasnya. Seluruh kamera yang ada
aktif mengontrol seluruh ruangan. Dan sesuai perjanjian setiap orang
dari mereka melontarkan satu pertanyaan, setelah dua tiga pertanyaan,
tiba-tiba suara azan terdengar, tanpa ada aba-aba Imam langsung
meningalkan ruangan dan berkata: “Saat fadhilahnya (waktu yang
diutamakan) melaksanakan sholat dzuhur”. Semua orang yang hadir merasa
heran dan takjub karena Imam meninggalkan ruangan begitu saja. Kemudian
ada seseorang yang memohon kepada beliau untuk sedikit bersabar sampai
minimalnya empat atau lima pertanyaan yang akan disampaikan beberapa
wartawan, kemudian Imam dengan marahnya berkata: “Tidak bisa sama
sekali” dan pergi meninggalkan ruangan.[14]
Imam
Khomaini ra sampai akhir hayatnya, selalu merasa khawatir untuk tidak
dapat menjalankan sholatnya di awal waktu, walaupun ketika beliau
dirawat di rumah sakit. Dinukil dari Syekh Ansori ketika datang
menjenguk beliau yang sedang dirawat, berkata: “Apakah engkau hendak
mendirikan sholat?, kemudian beliau menggerakkan tangannya dan kami pun
sadar bahwa beliau sedang beribadah sholat.[15]
Semua yang aku miliki dari menjalankan sholat di awal waktu
Hujjatul
Islam Haji Hasyimi Nejad berkata: “Tempo lalu ada orang tua yang datang
ke sebuah masjid bernama Loleh Zar pada bulan Ramadhan, ia termasuk
seorang yang sukses di zaman itu, dan sebelum azan dikumandangkan ia
selalu hadir di dalam masjid.
Kepadanya
aku katakan: “Haji Fulan, saya lihat engkau termasuk orang yang sangat
sukses, karena setiap hari saya datang ke masjid ini, pasti engkau lebih
dahulu datang dariku dan mengambil tempat di salah satu bagian masjid.
Ia menjawab: “Sebenarnya, semua yang aku miliki ini, karena sholat yang
aku dirikan di awal waktu. Kemudian setelah itu ia meneruskan
perkataannya: “Pada masa mudaku, aku pergi ke Masyhad dan aku berjumpa
dengan Almarhum Haji Syekh Hasan Ali Bagceh-i, aku katakan padanya: “Aku
memiliki tiga keinginan, dan aku ingin Allah memberikan ketiganya di
masa mudaku, bisakah engkau mengajarkan sesuatu sehingga aku dapat
mencapai semua keinginanku tadi.
Kemudian
beliau bertanya, “Apa yang engkau inginkan; , aku katakan padanya: “Aku
ingin di masa mudaku, aku bisa mengamalkan ibadah haji, karena ibadah
haji di masa muda memiliki kelezatan tersendiri”.
Lalu ia berkata: “Sholatlah di awal waktu dan berjamaah”.
Dan kembali aku katakan: “Keinginanku yang kedua adalah aku ingin Tuhan memberikanku istri yang baik dan sholehah”.
Beliau pun menjawab: “Sholatlah di awal waktu dan berjamaah”.
Keinginanku yang terakhir aku katakan: “Aku ingin Allah memberikanku sebuah pekerjaan yang terhormat”.
Kemudian beliau menjawab sama seperti jawaban yang pertama dan kedua: “Sholatlah di awal waktu dan berjamaah”.
Setelah
itu aku mulai jalankan amalan yang diajarkan Syekh itu kepadaku, dan
dalam jangka waktu tiga tahun, Allah memberikan aku jalan untuk dapat
menjalankan ibadah haji, dan mendapatkan istri yang mukminah dan
sholehah dan memberikan padaku sebuah pekerjaan yang mulia.[16] Allahu A’lam
Penulis: S2 Jurusan ulumul Quran di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran
*
Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling
utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Shalat wusthaa
ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat Ini menekankan
agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Dan ada yang
mengatakan bahwa sholat wusthaa itu adalah sholat dzuhur.
[1] Surah Al-Baqarah ayat 238.
[2] Biharul Anwar jilid 80 hal: 23, dinukil dari kitab Qurbul isnad.
[3] Surah almaaun ayat 3-4.
[4] Biharul Anwar jilid 80 hal: 6.
[5] Idem dinukil dari kitab Asrar
[6] Idem hal: 12, dari kitab Qurbul Isnad.
[7] Idem dari kitab Tsawabul ‘Amaal.
[8] Idem hal: 18-20, dinukil dari kitab Tsawabul ‘Amaal dan Almahasin
[9] Idem.
[10] Dar Mahzare Digaran, hal, 99.
[11] Qeseha-e Namaz, hal: 92
[12] Biharul Anwar, jilid 80 hal: 23 dinukil dari Irsyadul Qulub, Dailami.
[13] Nafsul Mahmum, hal: 164.
[14] Simo-e Farzonegan, hal: 159.
[15] Dostonho-e
Namaz, hal: 87. kemudian dikatakan bahwa Imam Khomaini setelah itu
berkata: “Panggil perempuan-perempuan itu, ada sesuatu yang ingin aku
katakan pada mereka”. Ketika mereka datang, beliau berkata: “Jalan,
jalan yang sangat sulit dan meletihkan, kemudian beliau mengulangi
perkataan beliau dan berkata: “janganlah kalian berbuat dosa”.
[16] Idem.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama