Manusia yang hidup di dunia ini tidak bisa
luput dari kesalahan. Dalam bahasa Arab manusia disebut ”An Nas” yang
berarti makhluq yang pelupa. Berkata Ibnu Abbas: ”Nabi Adam AS lupa
terhadap janji Allah, maka dinamakan manusia.”[1]. Salah satu cara
menutupi kelupaan dan kesalahan tersebut adalah dengan istighfar
(meminta ampun kepada Allah SWT). Oleh karenanya, Allah dalam banyak
ayat memerintahkan kaum muslimin untuk beristighfar dan memohon ampun
kepada-Nya atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Sebagaimana
yang tersebut dalam hadist qudsi :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله
تبارك وتعالى : ” يا عبادي إنكم تخطئون بالليل والنهار ، وأنا أغفر الذنوب
جميعا فاستغفروني أغفر لكم
Rasulullah saw bersabda: Allah berfirman: ”Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kamu membuat kesalahan pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka memohon ampunlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu." [2]
Orang yang merasa tidak pernah berbuat salah adalah orang yang menyalahi fitrah dan menyalahi hukum alam yang telah diletakkan Allah dalam kehidupan ini. Hal ini telah diterangkan oleh Rosulullah saw dalam suatu haditsnya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم والذي نفسي بيده لو لم تذنبوا لذهب الله بكم ، ولجاء بقوم يذنبون فيستغفرون الله فيغفر لهم
Rasulullah saw bersabda: ”Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, jika kamu tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan mematikan kamu dan menggantikannya dengan suatu kaum yang berbuat dosa kemudian mereka meminta ampun kepada-Nya, kemudian Allah akan mengampuni mereka.” [3]
Maka, sebagai orang yang beriman hendaknya
kita mengakui bahwa setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan,
kemudian selalu memohon ampun kepada Allah swt. Untuk menuju kearah itu,
tentunya kita harus mengetahui seluk beluk istighfar itu sendiri, apa
hakekatnya, apa saja keutamaannya, bagaimana cara beristighfar, kapan
waktunya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan istighfar.
Arti Istighfar
Istighfar berarti meminta ampun kepada
Allah, dengan harapan agar Allah menutupi dan memaafkan dosa-dosa yang
pernah dilakukan-nya, serta tidak menghukumnya.[4]
Di sana ada pertanyaan: apa perbedaan antara istighfar dengan taubat?
Jawabannya : Istighfar kalau disebut dalam
Al-Qur’an dan hadist secara sendiri maka berarti taubat juga. Akan
tetapi kalau istighfar dan taubat disebut bersamaan dalam satu kalimat,
maka perbedaan antara keduanya adalah bahwa istighfar: meminta ampun
kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Sedang taubat
adalah kembali kepada Allah supaya dijauhi dari dosa-dosa atau
kesalahan-kesalahan yang akan datang. Jadi dosa itu ada dua, yang
pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar,
dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah taubat
supaya tidak terjebak di dalamnya dikemudian hari. [5]
Keutamaan atau kekuatan istighfar
Istighfar mempunyai beberapa faedah dan keutamaan, diantaranya adalah :
Pertama : Istighfar menyebabkan terhapusnya dosa-dosa dan kesalahan.
Rosulullah saw bersabda :
ما من رجل يذنب ذنبا ثم يقوم فيتطهر ثم يصلى
ثم يستغفر الله إلا غفر له ، ثم قرأ هذه الآية وَالَّذِينَ إِذَا
فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ
فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ
وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Rosulullah saw bersabda : ” Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk mengambil air wudlu, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. Kemudian Rosulullah saw membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. “ [6]
Beberapa pelajaran dari hadist di atas :
Pertama: Orang yang bertaqwa bukanlah orang
yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, akan tetapi orang yang
bertaqwa sebagaimana yang tersebut dalam surat Ali Imran, ayat 135
diatas, salah satu sifatnya adalah jika ia melakukan kesalahan segera
beristighfar, mengakui kesalahannya serta memohon ampunan dari Allah
swt.
Kedua: Salah satu cara untuk bertaubat dari
dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah dengan berwudlu, kemudian
melakukan sholat, boleh dua rakaat atau lebih, kemudian setelah sholat
beristigfar memohon ampun kepada Allah SWT. Shalat tersebut oleh
sebagian orang disebut ”Shalat Taubah ”. Kalau kita perhatikan dari
bunyi hadist di atas, bahwa shalat taubat sangatlah mudah dan ringkas.
Bacaan-bacaan di dalamnya sebagaimana shalat biasa, dan shalat taubat
seperti ini adalah sholat taubat yang benar. Adapun sholat taubat yang
dilakukan oleh sebagian orang dengan melakukan sholat 12 rekaat pada
malam senin dengan didahului ritual mandi dan shalat witir, kemudian
diharuskan membaca bacaan-bacaan tertentu didalamnya, adalah sholat
bid’ah yang tidak mempunyai landasan kecuali hadist maudhu’ dan batil,
yang tidak boleh diamalkan oleh setiap muslim. [7]
Dosa dan maksiat yang ada dalam diri kita,
bagaikan penyakit dalam tubuh manusia, dia akan memberatkan tubuh,
mengganggu gerakannya, memperlambat kecepatannya, memandulkan
kecakapannya, memusingkan kepalanya, membuat nyeri di perut, membuat
pegal di badan, membuatnya tidak bernafsu untuk makan, tidak selera
untuk minum dan tidak enak untuk tidur, tidak bisa konsentrasi dalam
kerja. Makanya dengan istighfar penyakit dosa dan maksiat itu akan
dihilangkan dan dihapus oleh Allah swt, sehingga hati ini menjadi lebih
tenang dan wajah menjadi cerah, semangat menjadi tumbuh kembali, badan
menjadi segar dan bugar.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الله تبارك وتعالى : يا ابن آدم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك ولا أبالي
Rosulullah saw juga bersabda : Allah berfirman : ” Wahai anak adam, walaupun dosa kamu mencapai setinggi langit , kemudian kamu beristighfar memohon ampun kepada –Ku, maka niscaya Aku ampuni kamu, dan Aku tidak peduli. ” [8]
Hadist di atas mengajak kepada siapa saja
yang telah berbuat dosa dan maksiat walaupun sebanyak apapun juga, untuk
tidak putus asa dari rahmat Allah…jangan sampai ia menganggap atau
mengira bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya lagi. Dalam hadist
qudsi diatas Allah berfirman ” Wala Ubali ” artinya Aku tidak peduli
berapa banyak dosa-dosa yang pernah kamu kerjakan wahai anak Adam.
Beberapa bulan yang lalu, seseorang
berkonsultasi kepada saya, dan bertanya apakah Allah mengampuni
dosa-dosanya selama ini, karena dia telah banyak mabuk-mabukan dan minum
mimuman keras, bahkan sampai berzina berkali-kali ?
Saya mengira orang yang bertanya demikian
tidaklah sendiri, banyak dari umat Islam ini yang tidak mengetahui bahwa
Allah swt Maha Pengampun, mengampuni segala dosa baik yang besar maupun
yang kecil, kecuali dosa syirik.
Kejadian ini mirip dengan kisah seorang
penjahat kelas kakap yang pernah membunuh 99 orang secara dhalim, karena
merasa berdosa orang tersebut mendatangi seseorang yang terkenal dengan
ahli ibadat, ketika ia bertanya apakah dirinya masih ada kesempatan
untuk bertaubat ? Ahli ibadat tersebut menjawab : ” Tidak ada ” . Karena
kecewa dengan jwaban tersebut, akhirnya ahli ibadat tersebut dibunuhnya
juga, dengan demikian orang yang dibunuhnya lengkap menjadi 100 orang.
Kemudian dia bertanya kepada seorang alim ( yang mengetahui ilmu syar’I
), sang alim tersebut menjawab bahwa pintu taubat masih terbuka lebar
baginya. Kemudian sang alim tersebut menyuruhnya pindah ke daerah yang
lingkungan baik agar bisa melaksanakan ibadat dengan benar. [9]
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas :
Pertama : Allah telah menggerakkan hati
orang yang bermaksiat , sehingga ada keinginan untuk bertaubat, atau
dengan kata lain : Allah telah memeberikan taufik-Nya kepada orang
tersebut untuk bertaubat. Tanpa taufik dari Allah, seseorang tidak akan
mempunyai kemauan, bahkan tidak akan tergerak hatinya sedikitpun untuk
bertaubat. Dari sini kita ketahui betapa pentingnya taufik dari Allah
swt, maka hendaknya kita selalu memohon kepada Allah swt agar diberikan
taufik untuk bisa berbuat baik,memeohon kekuatan untuk bisa menghindari
hal-hal yang tidak baik , dan dijauhi dari bermaksiat kepada Allah swt.
Kedua: Ahli ibadat yang tidak punya ilmu,
yang dalam hadist di atas disebut sebagai ” rahib ” ( seorang pendeta )
adalah orang yang rentan terjerumus dalam kesesatan dan akan menyesatkan
orang lain. Ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh para ulama
tafsir bahwa maksud kalimat ” wala ad-Dhollin ” dalam surat Al Fatihah
adalah orang-orang Kristen, termasuk di dalamnya para pendetanya yang
semangat beribadat, akan tetapi tidak mempunyai ilmu, sehingga dicap
oleh Allah sebagai golongan yang sesat. Oleh karenanya kita diwajibkan
untuk selalu membaca surat Al Fatihah dalam sholat lima waktu sebanyak
17 kali, yang di dalamnya terdapat doa memohon kepada Allah agar
dijauhkan dari jalannya orang-orang kristen yang sesat.
Pendeta di atas dikatakan sesat dan
menyesatkan, karena dia tidak mengetahui bahwa Allah mengampuni segala
dosa, kecuali dosa syirik, kemudian dia berfatwa kepada orang yang ingin
bertaubat bahwa pintu taubat telah tertutup. Akibat kesesatannya itu
akhirnya dia terbunuh secara tidak terhormat.
Ketiga : Seorang yang alim ( mempunyai ilmu
syar’i) adalah sosok yang mampu memberikan penerangan dan pencerahan
kepada manusia karena ilmu yang dimilikinya. Sehingga manusia menemukan
kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akherat.
Keempat : Lingkungan sangat menentukan
keberhasilan atau kegagalan seseorang. Orang yang membunuh 100 orang
tadi adalah hanyalah salah satu korban dari lingkungannya sendiri.
Kelima : Pentingnya mencari ilmu syar’i.
Seorang pembunuh 100 orang bisa menemukan kebahagian hidup karena
berusaha mencari ilmu syar’I, sehingga dia bertemu dengan seorang alim
yang menunjukkan padanya jalan yang benar.
Catatan :
Kisah pembunuh 100 orang di atas bukan
berarti mengajak seseorang berbuat jahat seenaknya sendiri dengan dalih
Allah akan mengampuni dosa-dosanya jika ia beristighfar. Hal itu
dikarenakan dua hal :
Pertama : Seseorang yang telah berbuat
jahat tidak mengetahui apakah dia akan hidup lama sehingga bisa
beristighfar kepada Allah swt. Bagaimana ketika dia sedang berbuat jahat
atau sedang bermaksiat kemudian tiba-tiba Allah mencabut nyawanya ?
Bukankah dia akan merugi karena mati dalam keadaan bermaksiat dan suul
khotimah.
Kedua : Anggap saja ia bisa hidup lama,
akan tetapi apakah yakin dia akan bisa sadar dan tergerak untuk
beristighfar kepada Allah swt ? Sebagaimana yang disebut di atas bahwa
bertaubat itu adalah taufik dari Allah swt, tanpanya manusia tidak
mungkin ada keinginan untuk bertaubat.
Kekuatan Kedua: Istighfar menyebabkan seseorang tinggi derajatnya di dunia dan di akherat.
Orang yang selalu istighfar, niscaya Allah
akan meninggikan derajatnya di dunia dan di akherat. Tinggi derajatnya
di dunia, karena orang yang selalu beristighfar akan selalu hati-hati
dalam berbuat, seandainya ia terjatuh ke dalam suatu kesalahan ataupun
dosa segera ia ingat Allah swt dan memohon ampun kepada-Nya.Orang
seperti ini akan disenangi dan dihormati oleh masyarakat sehingga secara
otomatis derajatnya akan menjadi tinggi di mata mereka.
Tinggi derajatnya di akherat, karena Rosulullah saw pernah bersabda :
إن الله عز وجل ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة ، فيقول : يا رب أني لى هذه ؟ فيقول : باستغفار ولدك لك
” Sesungguhnya Allah telah mengangkat derajat seorang hamba sholeh di syurga. Hamba tersebut bertanya kepada Allah : ” Wahai Rabb ! kenapa derajat saya jadi terangkat ? Allah berfirman : Itu, karena anakmu memohonkan ampun atas dosa-dosamu . ” [10]
Derajat hamba tersebut menjadi tinggi di
syurga karena anaknya selalu memintakan ampun atas dosa-dosanya ,
bagaimana kalau dia sendiri yang beristighfar dan memohon ampun kepada
Allah atas segala dosanya, tentunya derajatnya akan naik lebih tinggi.
Hadits di atas, secara tidak langsung
memerintahkan kepada umat Islam akan selalu mendoakan orang tuanya,
memohonkan ampun atas dosa-dosanya, baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal dunia.
Berkata Ibnu Taimiyah : ” Istighfar bisa
memindahkan seorang hamba dari perbuatan yang jelek kepada perbuatan
yang terpuji, memindahkannya dari suatu amalan yang belum sempurna
menjadi sebuah amalan yang sempurna, dan meninggikan seorang hamba dari
posisi yang rendah menuju posisi yang lebih tinggi darinya bahkan lebih
lengkap. ” [11]
Kekuatan ketiga : Istighfar membuat hati menjadi bersih dan bening.
Seorang muslim yang selalu beristighfar dan
memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang ia perbuat, tidak
diragukan lagi hatinya akan menjadi bening dan bersih. Bagaimana tidak
bening, kalau setiap saat ia selalu mengakui kesalahan yang ia lakukan,
selalu menjaga dirinya agar tidak terpelosok dalam hal-hal yang akan
mengotori hatinya. Orang yang hatinya bening biasanya tidak pendendam
dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Dalam hal ini Rosulullah saw
bersabda :
إن العبد إذا أخطأ خطيئة تكتت في قلبه نكتة
سوداء ، فإذا هو نزع واستغفر وتاب سقل قلبه ، وإن عاد وزيد فيها حتى تعلو
قلبه ، وهو الران الذي ذكر الله كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا
كَانُوا يَكْسِبُونَ
”Sesungguhnya seorang hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari hatinya dengan satu bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar (memohon ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia melakukan kesalahan lagi, dan menambahnya maka hatinya lama-kelamaan akan menjadi hitam pekat. Inilah maksud dari ”al-Raan” (penutup hati) yang disebut Allah dalam firman-Nya: ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.(Qs Al Muthoffifin : 14 ) ” [12]
Beberapa pelajaran dari hadist di atas :
Pertama: Seorang manusia pasti tidak pernah luput dari kesalahan.
Kedua: Kesalahan yang dilakukan manusia
akan membekaskan warna hitam pada hatinya. Dan bekas itu tidak akan
hilang kecuali kalau dia beristighfar kepada Allah swt. Oleh karenanya,
kita tidak boleh meremehkan dosa walaupun kelihatan kecil. Karena yang
kecil ini lama-kelamaan akan menjadi besar. Para ulama mengatakan :
لا تحقرن صغيرة إن الجبال من الحصي
”Janganlah engkau meremehkan dosa kecil …. Sesungguhnya gunung itu merupakan kumpulan dari kerikil.”
Pernyataan ini dikuatkan dengan suatu hadist bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إياكم ومحقرات الذنوب فإنهن يجمعن على الرجل حتى يهلكنه
”Janganlah engkau meremehkan dosa, karena dosa-dosa itu kalau terkumpul pada diri seseorang, niscaya akan mencelakakannya.” [13]
Ketiga: Salah satu sifat orang yang
bertaqwa adalah jika ia melakukan dosa ataupun kesalahan baik yang kecil
maupun yang besar, dia akan segera ingat kepada Allah dan memohon ampun
atas dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya, sebagaimana yang pernah
diterangkan di atas.
Keempat: Orang-orang yang sering meremehkan
dosa-dosa kecil, apalagi yang besar dan tidak mau beristighfar, hatinya
akan menjadi hitam dan keras, bahkan lebih keras dari batu. Sulit
baginya untuk menerima nasehat dan peringatan. Hatinya tidak bergetar
sedikitpun ketika dibacakan ayat-ayat Allah, tidak pernah menangis
karena takut akan dosa-dosanya, dan tidak takut dengan adzab Allah.
Orang seperti ini tidak pernah merasakan nikmatnya keimanan, tidak
pernah merasakan lezatnya bermunajat dengan Allah swt, bersimpuh di
depan-Nya mengharap rahmat-NYa dan takut dengan adzab dan siksaan-Nya.
Orang seperti ini akan merasa berat jika diajak untuk melakukan ibadat,
hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, karena tidak pernah mengingat
Allah swt, padahal Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [14]
Kekuatan Keempat : Istighfar menyebabkan turunnya rahmat dan kasih sayang dari Allah swt.
Kalau seorang anak yang berbuat salah dan
melanggar perintah orang tuanya, kemudian tiba-tiba anak itu datang
kepada orang tuanya seraya mengakui dosa dan kesalahan yang telah ia
perbuat, serta memintanya maaf, maka biasanya orang tua yang baik dan
perhatian terhadap perkembangan anak, dia akan memaafkan kesalahan yang
diperbuat anaknya, bahkan dia semakin sayang kepadanya, karena ia
berbuat jujur dan mau meminta maaf. Contoh ini hanyalah untuk
memperjelas masalah sesungguhnya - dan Allah memiliki permitsalan yang
lebih tinggi dan mulia- yaitu jika seorang hamba yang telah berbuat dosa
dan melakukan kesalahan, kemudian secara sadar dia ingin bertaubat dan
mengakui segala dosa-dosanya sambil bersimpuh di hadapan Allah swt
seraya beristighfar memohon ampun atas segala kekhilafan dan dosa yang
telah diperbuatnya, niscaya Allah akan mengampuninya, serta memberikan
rahmat dan kasih sayang-NYa kepada hamba tersebut. Dalam hal ini Allah
berfirman :
قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” [15]
Ayat di atas menerangkan bagaimana Nabi
Shaleh melarang kaumnya untuk berdoa memohon disegerakan adzab,
sebaliknya Nabi Shaleh menganjurkan mereka untuk selalu beristighfar
memohon ampun kepada Allah atas segala dosa, agar rahmat Allah turun
kepada mereka.
Orang-orang yang hidupnya susah, ataupun
yang mempunyai banyak problematika yang tidak kunjung selesai, ataupun
punya cita-cita yang belum kesampaian, atau takut terhadap sesuatu yang
akan menimpanya, atau terhadap sesuatu yang mengancam dirinya, hendaknya
mereka selalu beristighfar kepada Allah SWT, dengan harapan Allah akan
memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya dan memudahkan segala urusan
serta dijauhi dari segala marabahaya. Itu semua masuk dalam katagori
rahmat dan kasih sayang Allah SWT.
Kairo, 11 Juli 2007
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 14 Juli 2007 M
______________________________________________________________________________________
[1] Al Qurtubi, Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, ( Beirut, Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1996 ) juz I, hal : 135
[2] Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2577
[3] Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2749
[4] Ibnu Qayyim, Madarik Salikin : Juz I , hal . 20
[5] Ibid , hal .307
[6] Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521
[7] Lihat secara lebih lengkap tentang
sholat bid’ah yang dasarnya hadist batil ini dalam : Abu Umar Abdullah
bin Muhammad al Hamadi. Al Asinah Al Musyri’ah fi at Tahdzir mi as
Sholwat Al Mubtada’h,( As Syariqah, Maktabah As Shohabah, 2002 ) , hal :
169-170.
[8] Hadist Shohih Riwayat Tirmidi no : 2540 dan Ahmad : 5/ 172
[9] Hadist Shohih Riwayat Muslim
[10] Hadist Hasan Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya ( 3/509 )
[11] Ibnu Taimiyah, Risalah Istighfar, ( Manshurah, Dar Al Dakwah, 2006 ) hal : 72
[12] Hadist Hasan riwayat Tirmidzi ( no : 3334 ) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya ( 2/ 297 )
[13] Hadist riwayat Ibnu Majah dan Ahmad
[14] Qs Ar Ra’du , ayat : 28
[15] Qs An Naml, ayat : 46
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama