Orang Barat mengatakan: Time is money “Waktu adalah
uang”. Orang Arab mengatakan: Al-waqtu kas saifi “Waktu ibarat pedang”.
Yang jelas, waktu adalah kehidupan itu sendiri, karena hidup kita tidak
lain adalah waktu yang kita miliki semenjak kita terlahir sampai kita
dijemput kematian. Jika kita menyia-nyiakan waktu kita, berarti kita
menyia-nyiakan hidup kita sendiri.
Jika ada orang yang mengatakan, “Mari kita bunuh waktu dengan bersenang-senang,” maka sebetulnya mereka telah membunuh hidupnya sendiri, tetapi mereka tidak sadar.
Waktu memiliki beberapa tabiat. Pertama, waktu berlalu sangat cepat, apalagi ketika zaman semakin akhir. Diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah semakin terasa singkatnya waktu. Kedua, jika waktu sudah berlalu, ia tidak akan mungkin kembali lagi. Rabu pekan depan berbeda dengan Rabu pekan ini. Pukul 20.00 besok berbeda dengan pukul 20.00 hari ini.
Dalam Islam, waktu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Allah sendiri tidak jarang bersumpah atas nama waktu. Salah satu maksud dari sumpah-sumpah tersebut adalah agar kita memperhatikan waktu.
Jika ada orang yang mengatakan, “Mari kita bunuh waktu dengan bersenang-senang,” maka sebetulnya mereka telah membunuh hidupnya sendiri, tetapi mereka tidak sadar.
Waktu memiliki beberapa tabiat. Pertama, waktu berlalu sangat cepat, apalagi ketika zaman semakin akhir. Diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah semakin terasa singkatnya waktu. Kedua, jika waktu sudah berlalu, ia tidak akan mungkin kembali lagi. Rabu pekan depan berbeda dengan Rabu pekan ini. Pukul 20.00 besok berbeda dengan pukul 20.00 hari ini.
Dalam Islam, waktu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Allah sendiri tidak jarang bersumpah atas nama waktu. Salah satu maksud dari sumpah-sumpah tersebut adalah agar kita memperhatikan waktu.
Jika kita memperhatikan ibadah-ibadah yang
disyariatkan dalam agama, kaitannya juga sangat erat dengan waktu.
Ibadah sholat diatur pelaksanaannya berdasarkan waktu, dan ada
waktu-waktu dimana kita dilarang untuk sholat. Tidak hanya sholat,
ibadah-ibadah lain juga diatur dengan waktu. Ini semua tidak lain agar
kita perhatian dengan waktu.
Mengenai pentingnya waktu, dalam
sebuah hadits shahih (dengan syarat Bukhari-Muslim) yang diriwayatkan
oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw berpesan kepada kita: Ightanim khamsan qabla khams “Manfaatkanlah oleh kalian lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lainnya.”
Yang pertama, syababaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu).
Masa
muda penuh dengan potensi dan kekuatan. Badan dan otot sedang
kuat-kuatnya. Pikiran dan ingatan masih tajam. Semangat dan idealisme
sedang menggebu-gebu. Akan tetapi godaan di masa muda juga besar,
sehingga tidak heran banyak yang terjerumus dan menyia-nyiakan masa
mudanya.
Semestinya generasi muda muslim bisa mencontoh generasi
muda para pendahulu kita, seperti Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair,
Usamah bin Zaid, Muhammad Al-Fatih, dan sebagainya. Bukan malah
menggandrungi dan mencontoh idola-idola yang justru menjerumuskan,
seperti artis, bintang film, dan sebagainya.
Ingatlah bahwa salah
satu diantara tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada
hari kiamat adalah: syaab nasya-a fii ibadatillah “seorang pemuda yang
tumbuh besar dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah” (HR Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah ra).
Yang kedua, shihhataka qabla saqamika (masa sehatmu sebelum masa sakitmu).
Seringkali
kita baru menyadari besarnya nikmatnya sehat ketika sudah sakit.
Bayangkan pula orang yang banyak harta tetapi sakit keras dan hanya bisa
tergolek diatas dipan rumah sakit. Apakah ia akan bisa menikmati harta
bendanya? Kadang untuk makan dan minum saja ia tidak bisa.
Sebetulnya
amat mengherankan bagaimana kita bisa tetap sehat, karena menurut para
ahli sistem dan mekanisme dalam tubuh manusia sangatlah kompleks dan
rumit. Jika bukan karena pemeliharaan dan kasih sayang Allah, niscaya
amat sulit sistem dan mekanisme tersebut bisa terus terjaga dalam
keadaan baik.
Yang ketiga, ghinaka qabla faqrika (masa kayamu sebelum masa fakirmu).
Kecenderungan
manusia adalah bakhil (kikir). Pada saat yang sama syetan juga akan
selalu membisiki manusia untuk bersikap bakhil. Maka kapanpun kita
diberi kelapangan harta kekayaan oleh Allah, mari betul-betul kita
manfaatkan untuk bersedekah. Kita tunaikan zakat kita. Bahkan bukan
hanya zakat, tetapi juga infaq-infaq yang lainnya.
Sebetulnya
kekayaan pun bukan hanya berupa harta benda. Jikapun kita tidak memiliki
kekayaan harta benda, bisa jadi kita memiliki kekayaan dalam bentuk
yang lainnya seperti harta, kedudukan, dan ilmu. Tentu saja itu semua
juga bisa disedekahkan.
Yang keempat, faraghaka qabla syughlika (masa luangmu sebelum masa sibukmu).
Rasulullah
saw bersabda, “Ni’matani maghbuun fihima katsirun minan nas:
ash-shihhah wal faraagh (Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia
menyia-nyiakannya: sehat dan waktu luang).” (HR Bukhari, Ahmad,
Tirmidzi, Darimi, dan Ibnu Majah) Memang demikian. Justru kebanyakan
manusia malah terlena ketika sedang senggang. Di waktu-waktu senggang,
kebanyakan orang justru suka melakukan hal-hal yang sia-sia, bahkan yang
maksiat. Padahal Rasulullah saw berpesan, “Min husni islamil mar’i
tarkuhu ma laa ya’niihi (Diantara indikasi bagusnya keislaman seseorang
adalah kemampuannya meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
baginya).” (HR Tirmidzi)
Yang kelima, hayataka qabla mautika (hidupmu sebelum kematianmu).
Kematian
bisa datang kapan saja. Tidak harus menunggu tua. Tidak jarang pula
kematian datang secara mendadak dan tidak terduga. Disamping itu,
kematian jika datang tidak mungkin bisa diundur barang sejenak pun.
Hidup
kita ini, seberapapun lamanya, adalah waktu yang sangat pendek – jika
dibandingkan dengan lama & kekalnya akhirat. Karena itu marilah kita
sedikit bersabar dan menahan diri dalam hidup ini – sabar untuk taat,
sabar untuk tidak melanggar aturan Allah, sabar dengan berbagai hal yang
tidak menyenangkan – karena hidup ini hanya sebentar. Jika kita tidak
bisa menggunakan hidup kita dengan baik, maka kita akan menyesal untuk
selama-lamanya. Namun penyesalan ketika itu tidak lagi berguna.
Mari
kita perhatikan bagaimana Allah telah mengabarkan kepada kita keadaan
orang yang hidupnya tidak taat ketika di dunia. Maka ketika nyawanya
dicabut oleh Allah: “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun: 99-100)
Karena itu marilah kita
gunakan hidup kita semata-mata untuk beribadah kepada Allah, karena
sebenarnya tidaklah kita diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah
saja. Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun “Tidaklah Aku
(Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Mari
kita ingat pula perintah Allah dalam QS Al-Qashash: 77: “Dan carilah
apa yang Allah berikan kepadamu di negeri akhirat, namun janganlah kamu
melupakan bagianmu di dunia.” Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar
yang kita cari dan kita kejar dalam hidup ini adalah kepentingan akhirat
kita. Sedangkan kepentingan hanyalah sebatas “jangan engkau lupakan”.
Namun yang jadi masalah, banyak manusia justru 23 jam mereka untuk
urusan dunia semata, dan hanya 1 jam untuk akhirat. Karena itu marilah
kita optimalkan ibadah dan mengingat Allah.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama