Dulu sering sekali mempertanyakan hal ini, jika seorang laki-laki mempunyai sosok Nabi Muhammad
sebagai teladan utama, lalu bagaimana dengan kaum wanita? Siapa teladan
terbaik bagi mereka? Karena menurut saya, tidak mungkin bagi seorang
wanita, apalagi dalam Islam, untuk di ombang-ambing tidak jelas, termasuk di dalamnya perihal keteladanan.
Dan akhirnya, saya menemukan jawabannya, sebuah jawaban yang
diberikan oleh ia yang ucapannya selalu mengandung hikmah dan
pembelajaran.
“Yang sempurna dari kaum lelaki sangatlah banyak, tetapi yang sempurna dari kaum wanita hanyalah Maryam binti Imran, Asiyah binti muzahim, Khadijah binti khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. Sedangkan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid (roti yang diremukkan dan direndam dalam kuah) atas segala makanan yang ada.” (HR Bukhari)
“Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu
Maryam binti Imran, Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan
Asiyah binti muzahim, istri fir’aun.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
“Sebaik-baik wanita penduduk surga adalah Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiyah istri fir’aun.” (HR Ahmad)
Tetapi,
nama-nama tersebut hanya akan menjadi nama saja, jika kita tidak
mengetahui kisah hidup, bara api semangat perjuangan serta pancaran
cahaya keimanan yang bersemburat indah dari mereka.
Sudah sewajarnya, kita sebagai umat Islam, tahu tentang kisah
mereka, para wanita terbaik dunia dan akhirat, terutama kaum hawa.
Bacalah biografi mereka dan dapatkan hikmah terbaik dari mereka. Apa
yang akan disampaikan di sini hanya sebagian kecil saja. Namun,
mudah-mudahan memberikan hikmah bagi kita semua.
Asiyah Binti Muzahim
Sebuah keniscayaan, bagi mereka yang Allah
muliakan di dunia dan akhirat untuk mengalami ujian yang berat untuk
menentukan kadar kualitas mereka. Tentulah kita sudah familiar akan
siksaan dahsyat yang dialami Asiyah binti Muzahim, sampai ia harus
meregang nyawa di bawah salib dan terik panas matahari, setelah
sebelumnya disiksa dengan siksaan yang berat. Sampai-sampai Allah
membocorkan sedikit rahasia-Nya dengan menampakkan istana surga pada
Asiyah. Benar-benar sebuah pembelajaran iman bagi kita. Inilah
konsekuensi terberat dari makna keimanan.
“Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang
yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah
rumah di sisi-Mudalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. Attahrim: 11)
Dari
Asiyah pula kita belajar akan fitrah indah dari seorang wanita, ketika
Allah menganugerahkan kasih sayang kepadanya saat Musa kecil dihanyutkan
d sungai Nil. Refleks saja baginya untuk meminta kepada firaun untuk
mengasuh Musa kecil. Dan Fir’aun pun, seperti kebanyakan laki-laki
lainnya, kadang tak kuasa jika berhadapan dengan keinginan wanita.
Fitrah yang sering kita lihat, dari ibu kita, kakak atau adik perempuan
kita, serta kaum wanita lainnya, mudah sekali bagi mereka untuk
menampakkan kasih sayangnya, terutama pada anak kecil. Lihat betapa
luwesnya mereka. Bandingkan dengan kaum ayah yang untuk menggendong saja
banyak yang kaku.
“Dan berkatalah istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati
bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia
bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka
tiada menyadari.: (QS. Al-qoshos: 9)
Dari Asiyah pula kita belajar tentang arti kesabaran. Kita bisa
membayangkan jika mempunyai pasangan seperti fir’aun dengan sifatnya
yang congkak, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Pastinya harus luar biasa
sabar menghadapi orang seperti ini.
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka
bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas
segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan
hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-qoshos: 4)
Asiyah juga menggambarkan dengan jelas, jika keimanan sudah
terpatri kuat dalam hati, lingkungan yang luar biasa penuh dengan nuansa
kemusyrikan dan kekufuran tidak menggoyahkan keimanannya sedikit pun.
Apalagi mereka yang mendapati dalam hidupnya nuansa penuh dengan
keimanan, harus benar-benar bersyukur.
Dan mungkin, inilah bagian yang sedikit sulit untuk saya kemukakan,
seperti yang telah saya sebutkan, Asiyah lebih memilih kematian
daripada menggadaikan keimanannya. Bayangkan, pengorbanan yang telah ia
lakukan, semua fasilitas terbaik sebagai seorang permaisuri, semua
materi yang ada dan semua kenikmatan dunia terbaik yang telah menyatu
dalam kehidupannya. Semuanya dia korbankan. Entah bisa kita bandingkan
dengan wanita zaman sekarang atau tidak, katanya realistis padahal
aslinya materialistis, menuntut berlebihan pada ayah atau suaminya. Kita
benar-benar banyak mendapatkan hikmah dan pembelajaran dari
kehidupanmu, wahai permaisuri Mesir yang dirahmati Allah.
Maryam Binti Imran
Dan inilah wanita kedua, seorang wanita yang namanya paling masyhur
di dunia dan akhirat. Jika kita coba hitung, lebih dari 3/5 penduduk
dunia saat ini, umat Islam dan nasrani, tahu namanya. Namanya begitu
harum, sampai-sampai menjadi nama seorang wanita yang paling banyak
disebut dalam Al-Qur’an,
bersanding dengan nama ayahnya yang mulia pula. Dialah Maryam binti
Imran, namanya terabadikan dalam Al-Qur’an surat ke-19, sedangkan nama
ayahnya pada surat ke-3. Sebuah penghargaan yang luar biasa yang Allah
berikan.
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Al-Imran: 42)
Hikmah
pertama yang bisa kita ambil adalah bagaimana ‘gen’ orang tua
berpengaruh langsung kepada anaknya. Imran dan Hanna sebagai orang tua
dari Maryam adalah orang yang terkenal akan kesalehan dan track record
kebaikannya. Wajar jika kemudian Maryam menjadi sosok yang banyak
diinginkan oleh kaumnya ketika ia dilahirkan. Bukankah hak pertama
seorang anak adalah dilahirkan dari seorang wanita yang shalih??
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”.” (QS. Maryam: 28)
Kedua, lingkungan tumbuh kembang seorang Maryam kecil sangat
kondusif. Kita semua tahu, Maryam akhirnya diasuh oleh nabi Zakariya
setelah masyarakat luas berlomba untuk mengasuhnya. Maryam kemudian
ditempatkan khusus di mihrab Baitul Maqdis.
Sebuah lingkungan yang begitu bagus dan istimewa (di asuh oleh nabi)
untuk menjadikannya seorang wanita yang super shalihah dan super dekat
dengan Allah. Bahkan, disebutkan bahwa Maryam adalah sosok wanita yang
tidak pernah meninggalkan qiyamulail dan memiliki waktu puasa yang
khusus, yaitu 2 hari berpuasa dan 1 hari berbuka.
“Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku.” (QS. Al-Imran: 43)
Dalam buku 4 wanita terbaik dunia dan akhirat karya Ali Awudh
Uwaidhoh disebutkan bahwa Maryam mengandung Nabi Isa AS pada usia 13
tahun. Ini menandakan kedewasaan yang terbentuk pada jiwa dan diri
Maryam, sehingga Allah kemudian mengujinya dengan kehamilan tanpa ayah
dan menjadikannya seorang ibu bagi nabi yang mulia.
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara
kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh
(ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya,
dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)
Tibalah bagi Maryam dan anaknya untuk hijrah ke negeri Mesir
dikarenakan keamanan yang memburuk di negeri para nabi, 12 tahun lamanya
dia menetap di Mesir, perjuangan membesarkan nabi Isa AS dilakukannya
dengan penuh kesabaran, jangan dikira Maryam hanya santai-santai saja di
sana, perjuangannya untuk memberikan makan anaknya dilakukan sendiri
dengan menjadi buruh tani gandum, sekali lagi, semua ini dilakukan oleh
seorang Maryam, wanita terbaik dunia akhirat. Coba kita bayangkan
perjuangannya, perjalanan jauh dari Palestina ke Mesir, panas terik di
ladang sambil membesarkan nabi Isa as. Dan, kita tahu bersama hasil
didikan Maryam, seorang nabi yang terkenal karena kesantunan dan kasih
sayangnya. Sampai akhir hayatnya, Maryam selalu setia mendampingi
putranya dalam menyebarkan agama tauhid di masyarakat. Benar-benar
menjadi teladan sejati wanita seantero dunia.
Khadijah Binti Khuwailid
Inilah sosok wanita yang tak kalah supernya, beliau merupakan istri
al amin, Muhammad. Butuh keberanian yang tinggi untuk ‘nembak duluan’
bagi seorang wanita, Khadijah yang memang melihat keistimewaan dan budi
pekerti yang luhur dari Muhammad, tentu tidak ingin kehilangan
kesempatan untuk bersanding dengan sosok seperti Muhammad. Dan tentu
saja, apa yang dilakukannya membutuhkan mental baja, terlebih dengan
backgroundnya sebagai janda. Tapi apakah perbuatannya itu membuat
dirinya menjadi hina? Tidak sama sekali.
Gambaran sosok Khadijah sebenarnya cukup simpel, Khadijah adalah
teladan sejati para istri dalam rangka ketaatannya pada suami. Khadijah
adalah wanita pertama yang mengakui kenabian suaminya, karena memang dia
yang paling paham karakter dan sifat dari suaminya.
“Demi Allah, sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah
menghinakanmu. Demi Allah sungguh engkau telah menyambung tali
silaturahim, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa
mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamu, dan
menolong orang-orang yang terkena musibah” (HR Al-Bukhari I/4 no 3 dan Muslim I/139 no 160)
Dan kita semua tahu bagaimana support terbaik diberikan Khadijah
kepada baginda rasul, dengan konsekuensi yang tidak murah dan mudah.
Hampir semua harta yang ia dan Nabi Muhammad miliki, digunakan untuk
pergerakan dakwah Islam. Ia rela membersamai Rasulullah selama 3 tahun
dalam embargo ekonomi dan sosial yang dilakukan kaum kafir Quraisy, coba
sejenak kita bayangkan kondisi embargo yang membuat Bani Hasyim harus
makan rumput kasar padang pasir. Dan Ia, tetap setia, sekali lagi, ia
tetap setia kawan.
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku di saat orang-orang
mengingkari. Ia membenarkanku di saat orang mendustakan. Dan ia
membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau”. (HR. Ahmad)
Wajar jika baginda rasul sendiri tidak bisa menduakan Khadijah
selama ia hidup, padahal Rasul mampu melakukan itu. Bahkan setelah
Khadijah wafat pun butuh waktu lebih dari 1 tahun bagi baginda rasul
sampai kemudian menikah lagi. Memang ada seorang laki-laki yang mampu
menyakiti hati dan melupakan sosok seperti Khadijah? Penulis rasa tidak
ada.
Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Belum pernah aku cemburu kepada istri-istri nabi lainnya kecuali kepada Khadijah, padahal aku belum pernah bertemu dengannya.” Ia
melanjutkan setiap kali Rasulullah menyembelih seekor kambing beliau
berkata ”Kirimlah daging ini kepada teman-teman Khadijah!” Pada suatu hari aku membuat beliau marah. Aku berkata:”Khadijah?”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Sesungguhnya aku telah dianugerahi rasa cinta kepadanya.” (HR. Muslim)
Jangan tanya tentang kemandirian yang ada pada diri Khadijah.
Dialah salah satu saudagar Mekah yang sukses, sebuah pelajaran penting
bagi kaum hawa untuk menjadi pribadi yang mandiri dan profesional. Rumah
tangga yang di bangun bersama Muhammad pun termasuk rumah tangga yang
santun dan dewasa karena dalam keberjalanannya tidak pernah sekalipun
mereka beradu kata-kata kasar, apalagi hujatan. Bahkan Khadijah tidak
pernah ‘manyun’ di hadapan Muhammad, pun setelah ia diangkat menjadi
Rasul. Khadijah benar-benar menjadi teladan sejati para istri.
Dan setiap apa yang dilakukannya mendapatkan balasan terbaik dari Rabbnya. Bersabda Rasulullah saw: “Wahai
Khadijah, ini malaikat Jibril telah datang dan menyuruhku untuk
menyampaikan salam dari Allah kepada-mu dan memberikan kabar gembira
kepadamu dengan rumah yang terbuat dari kayu, tidak ada keributan dan
rasa capai di dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Fatimah Binti Muhammad
Dan inilah yang terakhir. Ia merupakan cahaya mata baginda rasul.
Jika ingin tahu sifat, karakter, cara bicara bahkan cara berjalan rasul
versi perempuan, maka ialah yang paling mirip dengannya. Ia adalah
Fatimah binti Muhammad.
“Saya tidak melihat seorang pun yang cara berjalan, tingkah
laku, pembicaraan, dan saat berdiri juga duduknya yang sangat mirip
dengan Rasulullah selain Fatimah.” (HR Tirmidzi)
Dari ketiga nama sebelumnya, mungkin Fatimah adalah contoh terbaik
bagi wanita yang menginjak masa dewasa. Fatimah kecil adalah saksi
pembangkangan kafir Quraisy terhadap apa yang dibawa oleh ayahnya. Ialah
yang kemudian membersihkan pakaian rasul, saat kotoran ditimpakan
padanya. Ia pula yang kemudian dengan lantang berorasi di depan kaum
kafir yang menyakiti baginda rasul. Sungguh wanita yang sangat
pemberani. Setidaknya ‘kecerewetan’ seorang wanita di tempatkan
proporsional olehnya.
Fatimah juga mendapatkan tempa ujian yang dahsyat. Dari kecil, dia
membersamai orang tuanya dalam embargo, membuatnya kehilangan masa kecil
yang seharusnya nyaman dan mengasyikkan. Saat usianya belasan, ia harus
rela untuk ditinggalkan sang ibu dan saudari-saudarinya yang lain satu
per satu. Bayangkan betapa beratnya ditinggal ibu dan saudari-saudari
tercinta dalam kurun waktu yang tidak telalu lama. Namun, bukan Fatimah
namanya jika tidak tegar menghadapi ujian. Bahkan kemudian ia yang
mengurusi setiap kebutuhan dari ayahandanya. Benar-benar contoh bakti
yang luar biasa, itulah sebabnya ia terkenal dengan sebutan Ummu Abiha
(anak yang menjadi seperti ibu bagi ayahnya).
Dan tentu saja, tak lengkap jika membicarakan Fatimah, namun tidak
membicarakan kisahnya bersama suaminya, Ali bin abi Thalib. Kisah cinta
mereka berdua memang menjadi teladan bagi muda-mudi dalam mengontrol
setiap apa yang berkecamuk dalam hatinya. Rasa yang ada di hati Fatimah,
tersimpan sangat rapi. Kata cinta, terucapkan hanya ketika ia yang
telah mengusik hatinya, Ali bin Abi Thalib, telah menjadi penyempurna
separuh agamanya. Hal yang sangat langka untuk kurun waktu sekarang.
Dari kehidupan Fatimah, kita juga mungkin banyak belajar tentang
makna kesederhanaan dan penerimaan. Kita tentu paham dengan kehidupan
keluarganya yang pas-pasan, menuntutnya untuk lebih banyak berkorban dan
bekerja dengan tangannya sendiri. Kehidupan awal-awal rumah tangga
untuk pasangan muda. Padahal dia adalah putri kesayangan Rasul, manusia
termulia. Coba sedikit kita renungkan nasihat nabi sekaligus ayah kepada
putri kesayangannya ini.
“Kalau Allah menghendaki wahai Fatimah, tentu lumpang itu akan
menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis
beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan-keburukan serta
hendak mengangkat derajatmu
Wahai Fatimah, barangsiapa perempuan yang
menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan
menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan
darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan
mengangkat derajatnya.
Wahai Fatimah, barang siapa perempuan berkeringat manakala
menumbuk (gandum) untuk suaminya. Tentu Allah akan menjadikan antara dia
dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang panjang).
Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki
kemudian menyisir anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan
menuliskan pahala untuknya dari memberi makan seribu orang lapar dan
memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Wahai Fatimah, bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak
mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum
dari telaga “Kautsar” kelak di hari Kiamat.
Wahai Fatimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami
terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka
aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai
Fatimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah
sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.
Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan mengandung janin
dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan
ampun untuknya, dan Allah menuliskan untuknya setiap hari seribu
kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Manakala dia
menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan untuknya pahala
para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya, maka berarti
dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut ibunya.
Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada
suaminya dengan niat yang tulus murni, maka dia telah keluar dari
dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak
akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya
sebagai taman di antara taman-taman surga. Bahkan dia hendak diberi
pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat
memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang
perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan
penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya
serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari
Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya
seribu kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan
umrah.
Wahai Fatimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di
depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan
‘rahmat’.
Wahai Fatimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya
dengan hati yang lega, maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya
“mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”.
Wahai Fatimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan
jenggot suaminya, mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan
meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika
mengalami sakaratil maut, juga dia hendak mendapati kuburnya bagaikan
taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka
serta lulus melewati shirat”
Namun, kita tentu bisa lihat, hasil dari apa yang ia lakukan, dari
setiap ujian dan dari setiap pengorbanan yang dilakukannya. Allah
mengangkat derajatnya dunia akhirat dan melahirkan dari rahimnya
anak-anak yang menjadi penerus keturunan Rasulullah. Walaupun, hidupnya
tidak lebih dari 30 tahun, namun inspirasi yang diberikan Fatimah
sewajarnya terus hidup bagi wanita-wanita mukmin setelahnya. Termasuk
generasi kita sekarang.
Demikian saudara-saudariku sedikit kisah wanita terbaik dunia
akhirat. Dari kisah di atas, kita bisa mengambil banyak sekali persamaan
yang ada pada mereka. Ujian yang mereka dapat tentu saja bukan ujian
yang remeh remeh, tapi sebanding dengan julukan yang kemudian ada pada
mereka, wanita terbaik dunia dan akhirat. Jadi, jangan khawatir bagi
mereka yang mendapatkan ujian yang berat, barangkali Allah tengah
mengupgrade diri kita, sehingga menjadi pribadi yang lebih berharga di
sisi-Nya.
Mereka juga terkenal dengan wanita mutakamil atau wanita yang
sempurna. Baik dari sisi lahiriah maupun ruhiyah. Mereka terkenal dengan
sebutan jamilatul jamil (cantik dari yang tercantik), itu dari sisi
lahir sedangkan dari sisi ruhiyah, mereka terkenal dengan sebutan
albatul atau atthohiroh yang berarti suci.
Dari keempat nama tersebut, kita juga bisa melihat karakter atau
sifat luar biasa yang seharusnya melekat pada seorang ibu. Asiyah dengan
Musa, walau ia hanya anak angkatnya. Maryam dengan Isa. Khadijah dengan
anak-anaknya yang cukup banyak, serta Fatimah dengan para pemuda
penghulu surganya. Kasih sayang mereka, didikan dan teladan mereka pada
anak-anaknya, itulah kunci keberhasilan pengasuhan mereka. Ibu memang
sosok luar biasa, kita pasti sepakat dengan kalimat ini.
Dari kisah mereka, kaum wanita seharusnya bisa mengambil pelajaran,
bahwa dalam Islam tidak membatasi potensi kebaikan dan kebermanfaatan
yang mungkin dilakukan oleh seorang wanita. Apakah itu menjadi engineer,
dokter, farmasist, scientist, guru, ahli gizi, plantologist, polwan,
entrepreneur, penulis dan profesi lainnya. Namun, tentu saja, tidak
boleh melupakan potensi kebaikan dan kebermanfaatan terbesar yang Allah
berikan kepada kaum wanita, yaitu menjadi istri dan menjadi ibu. Istri
yang taat kepada suaminya dan Ibu yang mengandung, melahirkan dan
mendidik anaknya dengan didikan rabbani. Suatu hal yang seharusnya
diingat oleh mereka yang ramai meneriakkan kesetaraan gender yang
ternyata jauh dari nilai-nilai Islam.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama