24. Al Mu`izz ( المعز ) Yang Maha Memuliakan ( makhluknya )

Artinya :

Dzat yang maha memuliakan, yaitu memuliakan hamba-hambaNya yang dikehendaki, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menghalang-halangi.

DIALAH Yang Maha Memuliakan dan Maha Menghinakan. Orang yang dimuliakan berarti mendapat kebanggaan atau kemuliaan ('izzah), namun kemuliaan yang diperoleh dari Allah berbeda dengan kebanggaan yang dibayangkan oleh manusia sebagai hal yang sepantasnya mereka dapatkan. Kebanggaan dan kemuliaan orang yang dimuliakan oleh Allah bukanlah kebanggaan demi kebanggaan semata, tetapi penghargaan kepada kemuliaan yang diberikan kepada mereka dari Zat yang memberikan kemuliaan tersebut. ( mudah mudahan aku diberikan kemudahan untuk dapat mencerna kata kata ini ).

Orang yang diberikan kemuliaan oleh Zat yang Maha Mulia tetaplah sebagai manusia, mereka tetap membutuhkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia namun bedanya mereka selalu melakukan hal hal yang halal dan baik. Hal tersebut disebabkan karena Allah memberikan kebijaksanaan dan kesenangan dalam mendapatkan kebutuhan dan kebahagiaan di dunia ini dengan keridhaan NYA. Hamba hamba Allah tersebut tidak akan menyimpang dari izin dan keridhaan Allah meski itu berarati kematian bagi mereka, karena dalam anugrah Yang Maha Mulia kepada orang yang dimuliakan terdapat perlindungan dari kemungkinan mengingkari anugrah Tuhan itu.

Kemuliaan yang kita nisbahkan kepada diri kita sendiri atau yang dinisbahkan oleh mahluk yang lain merupakan bencana yang akan merusak hakikat kita, membuat kita membayangkan bahwa kita berada dalam keadaan yang bukan merupakan keadaan kita sendiri. Pengenalan terhadap diri sendiri akan membimbing orang tersebut kepada Tuhannya. Orang yang tidak mendapatkan kemuliaan dari Allah terbakar hatinya oleh hasrat dunia.

Orang yang hanya meminta dan berharap kepada Allah mengetahui bahwa semua kemuliaan adalah milik Nya dan hanya mungkin datang dari NYA. Sedang orang yang beranggapan bahwa semua ditentukan oleh dirinya maka, dirinya sendiri lah yang menjadi pelindungnya. Tidaklah terbayangkan bagaimana kelak jadinya diri kita tanpa pelindung yang sebenar benarnya Pelindung kita.

Hamba yang memiliki sifat al muizz adalah orang beriman, yang banyak mendapat kecukupan dari Allah dan yang tidak meminta lagi kepada yang lain. Dia diberikan kekuatan untuk mempertahankan diri dari kejahatan dan hawa nafsunya. Dia dimuliakan karena menjadi sabahat Allah, naik ke puncak kemuliaan dan keberuntungan tertinggi dan keadaannya itu terlihat oleh seluruh mahluk.

Jika seseorang merasa kaya tanpa berharta, kuat tanpa harus bersenjata dan berotot, mampu mengalahkan dirinya untuk membantu orang lain yang harus berhadapan dengan musuh yang kuat dan teraniaya maka itulah hamba yang memiiki sifat al muizz, ia akan terlihat kuat dan terhindar dari rasa takut terhadap musuh musuhnya.

Sedangkan Hamba yang memiliki sifat al mudzill adalah orang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan merasa iri terhadap orang lain, maka dialah hamba dari hawa nafsunya sendiri. Ia merupakan contoh dari hilangnya sifat sifat yang normal dalam diri manusia.

 "Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah..." [Q.S. Fathir: 10]
Al Mu'izz secara bahasa berarti memberikan kemuliaan. Allah Al Mu'izz, artinya Allah memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki menurut hikmah kebijaksanaan-Nya. Allah Yang Maha Memuliakan dan Maha Menghinakan akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang baik akhlaknya dan menghinakan derajat orang-orang yang buruk akhlaknya. Allah berfirman,

"Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Q.S. Ali 'Imran: 26]

Allah adalah pemilik segala kemuliaan. Karenanya, Allah pulalah yang menganugerahkan kemuliaan kepada siapa yang Dia kehendaki. Diantaranya, Allah menganugerahkan kemuliaan kepada para rasul dan orang-orang mukmin.

"...Padahal 'izzah (kemuliaan) itu hanya bagi Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." [Q.S. Al Munafiqun: 8]

Seharusnya kita menyadari bahwa kemuliaan itu milik Allah. Karenanya, jika kita menginginkan kemuliaan maka taatlah kepada-Nya. Niscaya, Allah akan menganugerahkan kemuliaan kepada kita.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari, 'Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia) siapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al Aziz."

Jadi siapapun yang ingin mulia dengan sesungguhnya harus dengan rumus tidak boleh bergantung kepada sebab, tetapi bergantung kepada yang memberikan penyebab. Siapapun yang ingin mulia oleh sesuatu yang pasti akan berakhir, maka dia tidak akan mulia. Kemuliaan hakiki adalah kalau kita bergantung kepada yang tidak akan pernah berakhir. Ada orang yang akan merasa mulia apabila mempunyai harta, maka dia akan mengumpulkan harta sebanyak mungkin, dia akan merasa bangga dengan banyak tabungannya, memakai mobil mewah, mempunyai rumah megah dan semua itu akan berakhir. Boleh jadi dia yang meninggalkan hartanya atau hartanya yang meninggalkan dia. Seperti itu semua tidak salah, asalkan semua yang ada pada diri kita menjadi jalan untuk kemuliaan yang hakiki menurut pandangan Allah SWT.

Kalau orang sudah menyukai dengan sesuatu yang kekal, maka mencari harta penuh dengan kejujuran. Karena kejujuran itu kekal nilainya. Kalau sudah dapat harta maka distribusikan dengan zakat, shodaqoh, maka akan kekal. Kalau saudara ingin mulia dengan harta, maka selalu shodaqoh. Semakin banyak orang yang lapar, tidak berpakaian menjadi bisa makan dan berpakaian melalui perantara tetesan keringat yang dapat kita berikan kepada mereka. Ada dua kunci pokok yang perlu kita lakukan:

1. Perbaiki diri terus menerus, karena kita jatuh bukan dari orang lain, tetapi kita jatuh oleh perbuatan diri kita sendiri.

2. Tingkatkan kemampuan supaya kita bisa berbuat lebih baik.

Orang yang bermanfaat itu adalah orang yang bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya orang lain, selebihnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.

Jabatan tidak identik dengan kemuliaan, karena tidak sedikit orang yang diberikan jabatan oleh Allah tetapi untuk memperlihatkan kehinaannya, sehingga kuncinya sabar. Sabar ketika diuji dengan kesusahan lebih banyak yang sukses dibanding sabar jika diuji oleh kelapangan. Kalau saudara ingin punya kemuliaan dan saudara mempunyai kedudukan, jangan saudara bersandar dengan kedudukan tersebut. Jadi kedudukan itu untuk mengajak orang banyak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Bukan jabatan yang penting, tetapi nilai manfaat dari jabatan tersebut yang penting.

Jadi kita jangan merasa mulia dengan sesuatu yang tidak kekal, Menurut Imam Ibnu Atthaillah justru kemuliaan itu letaknya kalau kita menyukai sesuatu yang kekal. Itulah yang membuat kita mulia hakiki. Kalau wanita hanya mengandalkan penampilan maka akan berakhir, makin bertambah umur makin turun penampilan fisiknya. Tetapi kalau wanita mengandalkan kemuliaan yang kekal, iman, akhlaq pribadi yang mulia seperti Siti Khotidjah, maka semakin tua semakin menawan dihadapan Rasullullah.

"Inna akraa makum 'in dallahi atqokum" - Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Jangan sampai kita bersikap yang berlebihan terhadap orang yang mempunyai pangkat, jabatan dan harta kekayaan. Kita harus bersikap yang proporsional, biasa-biasa saja. Karena boleh jadi orang yang kelihatannya hina menurut pandangan manusia tetapi mulia di sisi Allah SWT.

Kita juga harus memuliakan orangtua kita. Merekalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Memuliakan orangtua dibuktikan dengan berbakti kepada keduanya, tidak menyakiti perasaannya, apalagi durhaka kepadanya.

Akhirnya marilah kita berdoa, "Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu bahwa sesungguhnya hanya milik-Mu pujian, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu, Yang Maha Pemberi Anugerah, Sang Pencipta langit dan bumi, wahai Yang Maha Agung dan Mulia, wahai Dzat Yang Maha Hidup abadi dan senantiasa mengurus makhluk-Nya, sungguh aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka." [H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa'i, dan Tirmidzi]

______________________________________________________________________________________

QS. Ali 'Imran [3] : ayat 26

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِى ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ‌ۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Share on Google Plus

About Admin

Khazanahislamku.blogspot.com adalah situs yang menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya.
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment


Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com

Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama