Di sebuah majelis pengajian Imam Hasan Al Bashri hadirlah seorang
gembong penjahat. Beliau sendiri tidak pernah mengenalnya, hanya tahu
namanya saja. Orang menyebutnya, Atabatul Ghulam. Siapa yang tidak kenal
dengan kejahatan dan kekejamannya. Bahkan, tokoh ini sudah layak
disebut orang fasik.
Di tengah sesi tanya jawab, seorang jamaah mengajukan pertanyaan
kepada Hasan Al Bashri, Ya Syekh, bagaimana jika seseorang sudah sangat
keterlaluan mengerjakan kemaksiatan, apakah dosanya bisa diampuni Allah?
Ulama besar dan tokoh sufi ini menjawab, Apabila penuh kesadaran dan
dengan hati yang sungguh-sungguh bertobat menurut syarat-syaratnya, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya, sekalipun dosanya itu seperti yang
dilakukan Atabatul Ghulam.
Betapa terkejutnya tokoh penjahat ini ketika dirinya dijadikan contoh
pelaku dosa besar. Namun Allah tetap berkenan memberikan ampunan,
seandainya ia mau bertobat sepenuh hati.
Ada apa dengan istighfar?
Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Luasnya ampunan Allah tidak
bisa kita ukur atau kita batasi. Allah selalu membuka Diri-Nya untuk
memberi ampunan bagi setiap hamba yang pernah menyimpang dari jalan-Nya.
Bertaburan ayat dalam Alquran dan hadis Nabi yang menunjukkan betapa
Maha Pengampunnya Allah SWT. Tidak hanya akan mengampuni, bahkan dengan
kasih sayang-Nya, Allah mengajak setiap pendosa untuk bersegera kembali
kepada-Nya.
Dalam QS Ali Imran [3] ayat 133-134, Allah SWT berfirman, Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa; (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Ayat ini diawali dengan kata wassyarii’u atau dan bersegeralah yang
berbentuk fiil amr (bentuk perintah). Mengapa Allah memerintahkan
manusia bersegera (dengan bersungguh-sungguh) mendatangi ampunan-Nya?
Setidaknya ada tiga alasan.
Pertama, waktu yang
dimiliki manusia sangat terbatas–berkisar 60 sampai 70 tahun–dan Allah
hanya akan menerima tobat seseorang sebelum ajalnya tiba.
Kedua, tidak semua orang mendapatkan ampunan Allah, walau Dia membuka lebar-lebar pintu tobat bagi hamba-Nya yang berdosa.
Ketiga, tidak semua orang memiliki kesadaran dan perhatian terhadap arti penting bertobat dan maghfirah Allah SWT.
Ada hal menarik dalam susunan ayat tersebut. Perintah untuk
mendapatkan maghfirah Allah diungkapkan lebih dulu daripada perintah
untuk mendapatkan syurga. Apa sebabnya? Jelas, bila kita mendapatkan
maghfirah maka syurga pun otomatis akan kita raih. Maka, hal pertama
yang kita lakukan adalah berusaha optimal untuk mendapatkan maghfirah
Allah dan bertobat kepada-Nya.
Apa perbedaan antara maghfirah dan tobat? Kedua kata ini hakikatnya
merujuk pada hal serupa, yaitu kembali kepada Allah setelah melakukan
dosa. Secara umum maghfirah berasal dari kata ghafara, yang berarti
menutupi atau menyembunyikan. Orang Arab berkata, Ghafara al-syaib bil
khidhab. Ia menyembunyikan ubannya dengan celupan. Jadi maghfirah dapat
diartikan dengan ampunan Allah di mana Dia menutupi dosa-dosa yang
pernah kita lakukan. Cara kita memohon maghfirah Allah disebut
istighfar. Dengan istighfar, kita meminta kepada Allah agar kita
dipelihara dari konsekuensi dosa, dari akibat-akibat dosa, atau dari
hal-hal buruk yang terjadi karena dosa tersebut. Ali bin Abi Thalib
berkata, Pakailah wewangian istighfar, supaya Allah tidak mempermalukan
kalian dengan bau busuk dari dosa-dosa kalian. Sedangkan tobat berarti
kembali dari perbuatan buruk yang pernah dilakukan sebelumnya kepada
perbuatan baik.
Mengapa kita harus ber-istighfar? Setidaknya ada tiga alasan.
Pertama,
Allah SWT telah memberikan nikmat melimpah kepada kita. Dan, nikmat
tersebut harus kita syukuri sebagai hak Allah. Masalahnya kemampuan kita
untuk mensyukuri nikmat sangatlah terbatas. Karena itu kita
beristighfar atas ketidakoptimalan kita dalam menunaikan hak-hak Allah
tersebut.
Kedua, pada hakikatnya manusia membutuhkan ampunan Allah. Sesempurna apapun manusia pasti tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Ketiga,
istighfar adalah kebiasaan para nabi dan orang-orang bertakwa. Dalam QS
Ali Imran [3] ayat 133-134 di awal, Allah SWT menunjukkan bahwa
istighfar merupakan karakteristik utama orang bertakwa. Ia mendahulukan
beristighfar sebelum menjalankan amalan-amalan pelengkap lainnya,
seperti menafkahkan harta-baik pada saat lapang ataupun sempit, menahan
amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Enam tahap Istighfar
Istighfar itu kunci ibadah. Maka bersegeralah menuju ampunan Allah.
Ketahuilah, Allah teramat bahagia saat seorang hamba kembali kepada-Nya.
Kebahagiaan Allah melebihi bahagianya seseorang yang kehilangan unta
dan semua perbekalannya di padang pasir, lalu ia menemukannya kembali
tanpa kurang satu apapun. Namun, Istighfar bukan sekadar ucapan tanpa
penghayatan yang memengaruhi perilaku. Istighfar mengandung sejumlah
konsekuensi agar seorang pendosa berhak mendapat ampunan Allah SWT.
Pertanyaannya, istighfar seperti apa yang memenuhi syarat ampunan
Allah? Simaklah kisah berikut ini. Suatu hari, Ali bin Abi Thalib
melewati seorang yang sedang mengulang-ulang kata astaghfirullah. Ali
menegurnya, Celaka kamu. Tahukah kamu apa arti istighfar? Istighfar ada
pada tingkat yang sangat tinggi. Istighfar mengandung enam makna.
Pertama, penyesalan akan apa yang sudah kamu lakukan.
Kedua, bertekad untuk tidak mengulangi dosa.
Ketiga,
mengembalikan kembali hak makhluk yang sudah kamu rampas, sampai kamu
kembali kepada Allah dengan tidak membawa hak orang lain padamu.
Keempat, gantilah segala kewajiban yang telah kamu lalaikan.
Kelima,
arahkan perhatianmu kepada daging yang tumbuh karena harta yang haram.
Rasakan kepedihan penyesalan sampai tulang kamu lengket pada kulitmu.
Setelah itu tumbuhkanlah daging yang baru.
Keenam,
usahakan agar tubuhmu merasakan sakitnya ketaatan, setelah kamu
merasakan manisnya kemaksiatan. Setelah memenuhi semua syarat itu,
ucapkanlah Astaghfirullah.
Semoga Allah memampukan kita menapaki tingkat demi tingkat istighfar ini. Amin. (tri )
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama