Pujian adalah fenomena umum yang kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak tujuan orang memberi pujian. Ekspresi kekaguman,
sekadar basa-basi atau bisa juga pujian yang diucapkan untuk menjilat.
Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa menjadi hal
positif yang dapat memotivasi untuk terus meningkatkan diri. Namun
kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan,
lepas kontrol, bahkan takabur.
Semakin sering orang lain memuji, makin besar potensi kita untuk
terlena, besar kepala, serta hilang kendali diri. Rasulullah SAW memberi
teladan yang menarik menyikapi pujian ini.
Pertama, selalu mawas diri agar tidak terbuai pujian yang dikatakan
orang. Setiap kali ada yang memuji, Rasulullah SAW menanggapinya dengan
doa. ”Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan
orang-orang itu.” (HR Al-Bukhari). Lewat doa ini, Rasulullah SAW
mengingatkan bahwa pujian berpotensi menjerumuskan kita.
Kedua, kalaupun sisi baik tentang kita itu benar adanya, Rasulullah
SAW mengajarkan agar memohon kepada Allah SWT menjadikan lebih baik dari
apa yang tampak di mata orang lain. ”Dan jadikanlah aku lebih baik dari
apa yang mereka kira.” (HR Al-Bukhari).
Selain memberi kiat menyikapi pujian, Nabi SAW dalam kesehariannya
juga memberi contoh bagaimana mengemas pujian yang baik agar tidak
menjerumuskan dan merusak kepribadian yang kita puji. Dalam
kesehariannya, Nabi SAW tidak memuji di hadapan yang bersangkutan secara
langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi
mereka. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang
Islam.
Setelah mendapat jawaban Nabi SAW, orang Badui itu berjanji
menjalankannya dengan konsisten. Setelah si Badui pergi, Nabi SAW
memujinya di hadapan para sahabat. ”Barangsiapa yang ingin melihat
penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Rasulullah SAW juga lebih sering melontarkan pujian dalan bentuk doa.
Ketika melihat minat dan ketekunan Ibnu Abbas mendalami tafsir Alquran,
Nabi SAW tidak serta-merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk
mendoakan Ibnu Abbas. ”Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama
dan ajarilah dia ilmu tafsir (Alquran).” (HR Al-Hakim).
Begitu pula ketika melihat ketekunan Abu Hurairah dalam mengumpulkan
hadis dan menghafalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah
dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihafalnya. Doa
ini dikabulkan Allah SWT, sehingga Abu Hurairah sebagai sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadis.
Sumber: republika.co.id
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama