Seorang wanita berkebangsaan Perancis

Sang dokter menjawab: “Ketika istriku bangun dipagi hari maka dia
menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan anak-anak di sekolah,
kemudian tidur sampai jam 9 atau 10 pagi. Setelah itu dia bangun untuk
membersihkan dan mengatur hal-hal lain yang dibutuhkan di dalam rumah.
Setelah urusan bersih-bersih selesai maka dia akan sibuk dengan urusan
di dapur dan penyiapan makanan.”
Dengan penuh keheranan dokter perempuan tersebut bertanya: “Siapa yang memenuhi kebutuhannya, padahal dia tidak bekerja?!”
Dengan singkat sang dokter mengatakan: “Saya.”
“Lalu siapakah yang membelikan berbagai kebutuhannya?” Lanjut sang dokter wanita tersebut bertanya.
“Aku yang membelikan semua yang dia inginkan.” Jawab dokter muslim tersebut.
Dengan penuh keheranan dan ketercengangan wanita tersebut mengatakan: “Engkau yang membelikan segala sesuatu untuk istrimu?!”
Dia menjawab: “Ya.”
Perempuan tersebut bertanya lagi: “Sampai-sampai urusan perhiasan emas?!”
“Ya.” jawab dokter muslim tersebut sekali lagi.
“Sungguh istrimu adalah seorang permaisuri.” Komentar akhir perempuan tadi.
Dokter yang menceritakan kisah ini bersumpah dengan nama Allah, bahwa
pada akhirnya dokter wanita tadi menawarkan diri kepadanya untuk
bercerai dan berpisah dari suaminya, dengan syarat dokter tadi mau
menikahinya, sehingga dia bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter
perempuan, lalu tinggal dirumah sebagaimana layaknya seorang wanita
muslimah. Tidak hanya itu, dokter perempuan tersebut rela menjadi istri
kedua seorang laki-laki muslim dengan syarat dia diperbolehkan tinggal
saja di dalam rumah.
Seorang wanita berkebangsaan Inggris yang angan-angannya telah ditulis lebih dari seratus tahun yang lewat.
Seorang wanita yang berprofesi sebagai penulis terkenal bernama Ety
Rudh menulis dalam sebuah artikel yang disebarluaskan pada tahun 1901:
“Sungguh seandainya anak-anak perempuan kita sibuk bekerja dalam rumah
sebagai pembantu atau seperti pembantu, itu lebih baik dan lebih ringan
resikonya daripada meniti karier diberbagai instansi, karena meniti
karir diluar rumah itu menyebabkan seorang wanita ternodai berbagai
kotoran yang menghilangkan indahnya kehidupan untuk selama-lamanya.
Andaikan saja negeri kita ini seperti negeri orang-orang Islam yang berhias dengan rasa malu, menjaga kehormatan dan kesucian !?
Sungguh sebuah aib di negeri Inggris yang menjadikan putri-putrinya
sebagai teladan dalam keburukan karena seringnya bercampur baur dengan
laki-laki. Jika demikian mengapa kita tidak berusaha untuk menjadikan
putri-putri kita bekerja sesuai dengan fitrah dan tabiatnya sebagai
wanita yaitu dengan mengurusi rumah tangga dan membiarkan berbagai jenis
pekerjaan laki-laki untuk kaum laki-laki dalam rangka menjaga
kemuliaannya.”
Seorang wanita berkebangsaan Jerman
Dia berkata: “Sesungguhnya aku ingin berada di rumah saja akan
tetapi selama perkembangan ekonomi Jerman akhir-akhir ini tidak bisa
menyentuh semua lapisan masyarakat maka permasalahan seperti ini yaitu
back to home adalah sebuah kemustahilan. Sungguh suatu hal yang sangat
menyedihkan.” (dikutip dari majalah mingguan berbahasa Jerman)”.
Seorang perempuan berkebangsaan Italia
Dia berkata kepada dokter Mustafa as-Shiba’i rahimahullah: “Sungguh
aku merasa iri dengan wanita muslimah dan aku berangan-angan seandainya
aku dilahirkan di negeri kalian.”
Inilah Islam, satu-satunya agama yang benar-benar memuliakan wanita.
Karena orang-orang Barat mengetahui bahwa baiknya umat Islam adalah
dengan berdiam dirinya kaum wanita mereka didalam rumah-rumah mereka.
Oleh karena itu mereka membuat berbagai makar, sehingga wanita muslimah
meninggalkan rumah, dan berbagai rencana lain untuk merusak wanita
muslimah, sehingga mereka melepas jilbab dan tidak lagi memiliki
hubungan dengan agama kecuali pada waktu shalat, inipun seandainya dia
masih mau shalat. Berbagai makar ini dikemas dengan dalih kebebasan
wanita, demokrasi, hak-hak asasi manusia dan hak-hak wanita.
Sesungguhnya tugas pokok seorang wanita dalam ajaran Islam yang
disadari betul oleh orang-orang Barat adalah pembentuk tokoh dan
pendidik generasi. Darinyalah anak-anak belajar tentang nilai-nilai
luhur, menjaga kehormatan, menjauhi akhlak-akhlak tercela, mencintai
Islam, dan mendahulukannya diatas nyawa dan darah.
Sangat disayangkan, setelah menyimak kisah-kisah di atas, kita lihat
sebagian wanita muslimah tidak menemukan kemerdekaan kecuali dengan
kacamata Barat dan mereka tidak mengetahui hak-hak mereka kecuali dari
sudut pandang dari orang-orang Barat.
Yang jelas mereka adalah korban-korban pendidikan yang keliru yang
tidak tersentuh nilai Islam sedikitpun. Dalam kesempatan ini kami
tegaskan bahwasanya Islam tidak akan berdiri tegak kecuali dengan
mengembalikan wanita ke dalam rumah untuk melaksanakan kewajiban mereka
yang paling penting yaitu membentuk generasi yang akan mengantarkan umat
Islam menjadi pemimpin kemanusiaan.
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 7 Tahun I.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama