Alam kubur adalah awal kehidupan hakiki
dari seorang manusia. Mempelajari apa-apa yang terjadi di alam kubur
banyak memberikan faedah. Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur
ada nikmat kubur tentu akan berusaha sebisa mungkin selama ia masih
hidup agar menjadi orang yang layak mendapatkan nikmat kubur kelak.
Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur juga akan
berusaha sebisa mungkin agar ia terhindar darinya kelak. Nikmat dan
adzab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera oleh manusia.
Manusia yang merasakannya pun tentu tidak dapat mengabarkan kepada yang
masih hidup akan kebenarannya. Maka satu-satunya sumber keyakinan kita
akan adanya adzab dan nikmat kubur adalah dalil Qur’an dan Sunnah. Dan
banyak sekali dalil dari Qur’an dan As Sunnah serta ijma’ para sahabat
dan tabi’in yang menetapkan adanya alam kubur. Namun sebagian orang dari
kalangan ahlul bid’ah mengingkarinya karena penyimpangan mereka dalam
memahami dalil-dalil syar’i.
Dalam artikel ini akan kami paparkan
beberapa dalil yang menetapkan adanya adzab dan nikmat kubur serta
pembahasan mengenai beberapa kerancuan yang beredar seputar masalah ini.
DALIL AL QUR’AN
Dalil 1
وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ
الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.” (QS. Ghafir/ Al Mu’min: 45-46)
Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat
ini, “Arwah Fir’aun dan pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan
petang terus-menerus hingga datang hari kiamat. Ketika kiamat datang
barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan api neraka”. Beliau
juga berkata, “Ayat-ayat ini adalah landasan kuat bagi Ahlussunnah
tentang adanya adzab kubur” (Tafsir Al Qur’an Azhim, 7/146). Hal ini juga senada dengan penjelasan jumhur ahli tafsir seperti Mujahid (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 18/103), Asy Syaukani (Fathul Qadir, 6/328), Al Baidhawi (Anwar At Tanziil, 5/130), Muhammad Amin Asy Syinqithi (Adhwa’ Al Bayan, 7/82), Abdurrahman As Sa’di (Taisiir Kariim Ar Rahman, 738).
Memang benar bahwa ada penafsiran lain terhadap ayat ini. Qatadah menafsirkan bahwa maksud ayat (yang artinya) ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang‘ adalah taubiikh atau
penghinaan terhadap Fir’aun dan pengikutnya dalam keadaan mereka masih
hidup. Penafsiran ini walaupun tidak menetapkan adanya adzab kubur namun
tidak menafikannya. Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu menafsirkan
bahwa arwah mereka ada di sayap burung hitam yang bertengger di atas
neraka yang datang di kala sore dan pagi hari (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39). Penafsiran Ibnu Abbas ini pus menetapkan adanya alam kubur.
Ahli tafsir yang terpengaruh permikiran mu’tazilah pun membantah bahwa ayat ini membicarakan adzab kubur semisal Az Zamakhsyari (Al Kasyaf, 6/118) dan Fakhruddin ArRazi (Mafatihul Ghaib, 13/342), dengan sebatas bantahan logika semata. Maka, -insya Allah-
penafsiran yang tepat adalah yang kami sebutkan di awal karena
bersesuaian dengan dalil lain dari Al Qur’an dan Hadits yang akan kami
sebutkan nanti. Karena antara dalil itu saling menafsirkan dan tidak
mungkin saling bertentangan.
Dalil 2
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي
غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا
أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ
تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ
تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am: 93)
Al Imam Al Bukhari rahimahullah, dalam Shahih-nya
membuat judul bab باب مَا جَاءَ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ (Bab dalil-dalil
tentang adzab kubur) lalu beliau menyebutkan ayat di atas.
Seorang pakar tafsir di zaman ini, Syaikh Abdurrahman As Sa’di -rahimahullah-
menjelaskan, “Ayat ini adalah dalil adanya adzab dan nikmat kubur.
Karena dari konteks kalimat, adzab yang ditujukan kepada orang-orang
kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul maut, ketika dicabut nyawa dan
setelahnya” (Taisiir Kariim Ar Rahman, 264)
Dalil 3
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah: 154)
Al Hafidz Ibnu Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para syuhada itu hidup di alam barzakh dalam
keadaan senantiasa diberi rizki oleh Allah, sebagaimana dalam hadits
yang terdapat pada Shahih Muslim….(lalu beliau menyebutkan haditsnya)” (Tafsir Al Qur’an Azhim,
1/446). Mengenai keadaan para syuhada yang setelah wafat mendapat
kenikmatan di sisi Allah di alam barzakh adalah pendapat jumhur mufassirin, di antaranya Mujahid, Qatadah, Abu Ja’far, ‘Ikrimah (Lihat Tafsir Ath Thabari, 3/214), Jalalain (160), Al Baghawi (Ma’alim At Tanzil, 168), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 2/64), dll. Mereka hanya berbeda pendapat tentang bagaimana bentuk rizki atau kesenangan tersebut.
Ayat ini sejalan dengan ayat 45-46 pada
surat Ghafir (surat Al Mu’min) yang disebutkan di atas. Sebagaimana
penjelasan dari Al Hasan Al Bashri, “Para syuhada itu hidup di sisi
Allah, mereka dihadapkan kepada surga sehingga mereka pun merasakan
kesenangan dan kebahagiaan. Sebagaimana arwah Fir’aun dan kaumnya yang
dihadapkan ke neraka setiap pagi dan sore hari sehingga mereka merasakan
kesengsaraan” (dinukil dari Ma’alim At Tanzil, 168). Artinya,
para syuhada merasakan kebahagiaan dan kesenangan di alam barzakh
sebagaimana Fir’aun merasakan kesengsaraan juga di alam barzakh.
Dan masih banyak lagi dalil dari Al
Qur’an Al Kariim yang menetapkan adzab kubur sekiranya kita mau merujuk
pada penjelasan para ulama.
DALIL AS SUNNAH
Dalil 4
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني
“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik radhilallahu’anhu)”
Dalam Silsilah Ahadits Shahihah pada hadits nomor 158-159, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani -rahimahullah- menjelaskan bahwa hadits ini memiliki beberapa syawahid,
yaitu dari jalan Zaid bin Tsabit (HR. Muslim 7392) dan dari jalan Jabir
bin Abdillah (HR. Ahmad 14185, Al Albani berkata: “Shahih muttashil sesuai persyaratan Imam Muslim”).
Setelah itu beliau memberikan penjelasan penting, beliau berkata:
“Dari beberapa hadits di atas terdapat banyak faidah, yang paling penting diantaranya:
Pertama, menetapkan adanya adzab kubur, dan hadits-hadits tentang hal ini mutawatir. Maka tidak ada lagi kerancuan bila ada yang meng-klaim bahwa hadits-hadits tentang hal ini adalah hadits Ahad.
Pun andaikata memang benar
hadits-haditsnya adalah Ahad, tetap wajib mengimaninya karena Al Qur’an
telah menunjukkan kebenarannya. (Kemudian Syaikh membawakan surat Ghafir
ayat 45-46).
Pun andaikata memang benar bahwa
permasalahan adzab kubur tidak ada dalam Al Qur’an, hadits-hadits shahih
yang ada sudah cukup untuk menetapakan akidah tentang adzab kubur ini.
Klaim bahwa perkara aqidah tidak bisa ditetapkan dengan hadits Ahad yang
shahih adalah klaim yang batil yang diselipkan ke dalam ajaran Islam.
Tidak ada imam yang mengatakan pendapat demikian, tidak tidak katakan
oleh imam madzhab yang empat atau semisal mereka. Pendapat ini hanya
dikemukakan oleh ulama ahli kalam yang sama sekali tidak didasari oleh
dalil” (Silsilah Ahadits Shahihah,1/244)
Beliau juga mengatakan, “Adanya
pertanyaan dua Malaikat di alam kubur adalah benar adanya. Wajib untuk
mengimaninya. Hadits tentang hal ini punmutawatir.” (Silsilah Ahadits Shahihah, 1/244)
Dalil 5
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ
عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ
الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ
أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ –
صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ
يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا
رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari 6005)
Hadits ini juga menunjukkan bahwa ‘Aisyah Radhiallahu’anha meyakini adanya adzab kubur setelah diberitahu oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Dalil 6
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ
أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ )
“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari 1369, Muslim 7398)
Ini adalah dalil Al Qur’an sekaligus As
Sunnah. Karena merupakan bukti bahwa surat Ibrahim ayat 27 berbicara
tentang adzab kubur dan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang menafsirkan demikian.
Dalil 7
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ
أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى
قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ،
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ
أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى
بِالنَّمِيمَةِ »
“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari 6055, Muslim 703)
Dan masih banyak lagi dalil dari
hadits-hadits yang shahih mengenai adzab kubur, artikel ini tentu bisa
berpuluh-puluh halaman jika kami bawakan semua.
IJMA SAHABAT
Dalil 8
Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :
« إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج
منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط
إلا والقبر أفظع منه
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’
Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192)
Juga sebagaimana telah lewat, ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Sa’id Al Khudriy, Jabir bin Abdillah radhiallahum jamii’an, mereka semua mengimani adanya adzab kubur. Imam Abul Hasan Ali bin Isma’il Al Asy’ari -rahimahullah- berkata:
وأنكروا شفاعة رسول الله صلى الله عليه
وسلم للمذنبين ودفعوا الروايات في ذلك عن السلف المتقدمين وجحدوا عذاب
القبر وأن الكفار في قبورهم يعذبون وقد أجمع على ذلك الصحابة والتابعون رضي
الله عنهم أجمعين
“Para ahlul bid’ah (yaitu mu’tazilah dan qadariyah), mengingkari syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang memiliki dosa. Mereka menolak riwayat-riwayat dari generasi salaf terdahulu. Mereka juga menolak kebenaran akan adanya adzab kubur dan bahwa orang kafir diadzab di dalam kubur mereka. Padahal para sahabat dan tabi’in radhiallahu’anhum ajma’iin telah bersepakat tentang hal ini.” (Al Ibanah, 4)
Wassalam.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama