Ahludz Dzimmah (Orang Kafir yang Berada di Wilayah Pemerintahan Islam)
Ketentuan-ketentuan tersebut di atas meliputi seluruh ahli kitab
di mana saja mereka berada. Tetapi untuk mereka yang berada di bawah
naungan pemerintahan Islam ada satu tempat khusus. Mereka ini dalam
istilah yang dipakai ummat Islam dinamakan Ahludz Dzimmah. Dzimmah itu
sendiri artinya: perjanjian.
Kata-kata ini memberikan suatu isyarat, bahawa mereka itu mendapat
perjanjian Allah, Nabi dan jama’atul muslimin untuk hidup di bawah
naungan Islam dengan aman dan tenteram.
Mereka ini dalam istilah sekarang disebut Warga Negara dalam suatu negara Islam.
Seluruh ummat Islam dari dahulu sampai sekarang sudah sepakat, bahawa
apa yang bermanfaat buat mereka bermanfaat juga bagi ummat Islam dan
apa yang membahayakan mereka, berbahaya juga bagi ummat Islam. Kecuali
masalah keyakinan dan urusan agama, maka Islam berlepas diri dari mereka
berikut cara-cara persembahannya.
Rasulullah s.a.w. memperkeras wasiatnya tentang masalah ahli kitab
ini, dengan suatu ancaman siapa yang menentangnya akan mendapat murka
dan siksaan Allah.
Seperti tersebut dalam salah satu hadisnya yang berbunyi sebagai
berikut: “Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka sungguh ia
mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia
mengganggu Allah.” (Riwayat Thabarani)
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka saya adalah
musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya nanti
di hari kiamat.” (Riwayat al-Khatib)
“Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir ‘ahdi, atau
mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau
mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya
adalah pembelanya nanti di hari kiamat.” (Riwayat Abu Daud)
Para khalifah Nabi telah melaksanakan perlindungan hak dan kehormatan
ini terhadap warga negara yang bukan beragama Islam. Dan diperkuat pula
oleh para ahli fiqih dalam berbagai madzhab.
Seorang ahli fiqih Maliki Syihabuddin al-Qarafi mengatakan:
“Perjanjian perlindungan adalah menentukan hak yang harus kita patuhinya
kerana sesungguhnya mereka itu berada di samping kita, dalam
perlindungan kita, dalam perjanjian kita, dalam perjanjian Allah, dalam
perjanjian Rasulullah dan dalam perjanjian Islam. Oleh kerana itu
barangsiapa mengganggu mereka kendati dengan sepatah kata yang tidak
baik, atau dengan mengumpat yang menodai kehormatan mereka, atau macam
gangguan apapun atau membantu perbuatan tersebut, maka sungguh ia telah
mengenyampingkan perjanjian Allah, perjanjian Rasulullah dan perjanjian
Agama Islam.”[36]
Ibnu Hazm, salah seorang ahli fiqih Dhahiri mengatakan: “Kalau ada
kafir harbi datang ke negeri kita untuk mengganggu ahludz-dzimmi, maka
kita wajib keluar untuk melawannya dengan memanggul senjata dan bersedia
mati demi melindungi orang yang berada dalam lindungan Allah dan
RasulNya. Sebab menyerahkan mereka ini berarti mengabaikan perjanjian
perlindungan.”[37]
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama