Syaikh Muhammad Al 'Arifi bercerita :
Seorang pemuda pelajar di perguruan tinggi pernah menahanku. Ia berkata : "aku mempunyai pertanyaan!"
Aku menjawab : "Apa pertanyaanmu?"
Ia
berkata : "Jika aku ingin menunaikan shalat sunnah seperti Witir atau
Dhuha; apakah aku wajib berwudhu?
Ataukah aku shalat tanpa bersuci?!"
Aku
heran dengan pertanyaannya dan aku mengira diriku tidak memahami
pertanyaan. Aku memintanya untuk mengulangi pertanyaannya, dan ia pun
mengulangi pertanyaan yang sama!!
Akhirnya aku menjawab : "Tentu saja. Engkau wajib berwudhu… Engkau punya masalah tentang ini?"
Ia berkata : "(Aku berpikir), shalat ini adalah kebaikan yang datang dariku, kenapa aku harus berwudhu untuknya?" (??!!)
******
Berkata seorang Syaikh :
Saya
pernah menyampaikan ceramah di sebuah masjid tentang hukum-hukum
thaharah besar dan kecil. Ketika keluar, seorang pemuda seumuran
mahasiswa kampus memegangku. Ia berkata :
"Syaikh,,
engkau telah menyebutkan tadi bahwa siapa yang bangun dari tidurnya
dalam keadaan junub dikarenakan mimpi basah, maka dia wajib mandi…"
Saya menjawab : "Iya, benar.."
Ia bertanya kembali : "Apakah yang wajib baginya itu wudhu saja seperti wudhu untuk shalat ataukah mandi yang sempurna?!"
Saya
menjawab : "Bahkan wajib baginya mandi yang sempurna. Dia mengguyurkan
air ke seluruh tubuhnya. Jika dia tidak melakukannya, hadats itu tidak
hilang darinya, dan akibatnya, shalatnya tidak sah.."
Anak
muda itu berkata : "Demi Allah,,, semenjak bertahun-tahun jika aku
junub dalam tidur, aku hanya mencukupkannya dengan wudhu seperti wudhuku
untuk shalat… Sama sekali aku tidak tahu tentang kewajiban mandi dalam
keadaan demikian kecuali saat ini!!" (??!!)
******
Sahabat,,,
Bukanlah
perkara aneh jika datang pertanyaan seperti ini di zaman ketika
orang-orang berilmu semakin sedikit dan kebodohan semakin tersebar.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa
diantara tanda-tanda Kiamat adalah semakin sedikitnya ilmu dan
tersebarnya kebodohan.
Ya,, siapa yang mau
memperhatikan keadaan manusia, maka dia akan dapatkan berpalingnya
mereka dari ilmu, majelis-majelis ilmu, membaca buku, dan tenggelam
dalam lautan kejahilan dan kebodohan..
Anehnya juga,
sebagian orang begitu sibuk dengan persoalan-persoalan "besar" yang
tidak terjangkau oleh dirinya dan tidak dibutuhkan orang awam, dan luput
darinya perkara-perkara "kecil" yang wajib untuk segera diamalkan…
Sahabat,,,
Siapapun
diri Anda, marilah memperbaiki keadaan… Tuntutlah ilmu dan ajarkan ilmu
tersebut kepada orang-orang bodoh dari umat ini… Tidak perlu berbicara
besar tentang penegakan Syariat Islam, sementara mayoritas masyarakat
kita jahil dengan persoalan-persoalan "kecil" seperti dalam kisah
diatas…
Pahamilah prioritas dakwah dan komitmenlah diatas jalan dakwah ini… Semoga Allah memberkahi perjuangan kita… Aamiin!!
******
@ Kisah dikutip dari Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al ‘Arifi dalam "Hal Tabhats ‘an al-Wadzhifah?"
MULAILAH UNTUK BERDAKWAH...
Syaikh Muhammad al ‘Arifi berkata :
Seorang
da’i pernah menceritakan kepadaku bahwa pintu rumahnya diketuk orang
pada akhir malam. Berkata Syaikh itu : Aku pun keluar dan aku dikagetkan
dengan seorang pemuda yang nampak padanya bekas-bekas maksiat… Aku
bertanya padanya : "Apa yang engkau inginkan?"
Ia
berkata : "Bersamaku di mobil ada dua orang pekerja India yang ber-Islam
melalui tanganku. Aku datangkan mereka kepadamu agar engkau ajarkan
kepada mereka syahadat dan berkenan menjawab pertanyaan mereka berdua…"
Berkata Syaikh : Aku pun heran dan bertanya : "Bagaimana engkau bisa mendakwahi keduanya?"
Ia berkata : "Aku selalu mengikuti mereka dengan memberikan buku-buku dan kaset hingga akhirnya mereka ber-Islam…"
Sahabat,
Berapa
banyak orang yang melihat kawan-kawannya melakukan perbuatan haram,
bertukar gambar-gambar yang diharamkan, berpacaran, dan sebagainya,
namun, walaupun demikian, jika kita minta dia untuk bernasehat, ia akan
mengatakan : "Saya pribadi masih butuh kepada nasehat,, saya masih
melakukan perbuatan dosa,, jika saya sudah komitmen dengan agama ini,
saya akan bernasehat kepada orang lain",,,,
Aneh… Alangkah bahagianya setan mendengarkan kata-kata ini…
Bagaimanakah
Islam masuk ke India dan China?! Sampai-sampai di India saat ini
terdapat 100 juta muslim,, dan di China juga dengan jumlah yang hampir
sama,, siapa yang mendakwahi mereka?
Mereka hanyalah orang-orang biasa,, bukan penuntut ilmu,, bukan imam-imam masjid,, dan bukan juga alumni fakultas Syari’ah,,
Orang-orang
yang datang untuk berdagang, yang kemudian -dengan sedikit bekal
pemahaman agama-, mengajak manusia kepada agama Allah hingga manusia pun
masuk ke dalam Islam,, Dari orang-orang yang masuk Islam itulah
kemudian muncul ulama-ulama dan da’i-da’i,, dan pahala hidayah mereka
itu akan dicatat dalam catatan kebaikan para pedagang tersebut…
Sahabat,
Jangan
pernah menyerah dengan dosa dan maksiat yang telah dan sedang Anda
lakukan… Berusahalah untuk meninggalkan dosa dan maksiat tersebut, dan
teruslah berdakwah dan berbuat kebaikan… Semoga Allah mengampuni kita
semua… Amin.
ولو لم يعظ فى الناس من هو مذنب # فمن يعظ العاصين بعد محمد؟
Kalau bukan yang menasehati manusia adalah orang yang berbuat dosa
Maka siapakah yang akan menasehati para pelaku maksiat setelah Muhammad?! (shallallahu ‘alaihi wasalam)
@ Faedah yang diambil dari Syaikh Muhammad al ‘Arifi, dalam bukunya “Hal Tabhats ‘an al Wadzhifah?”
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama