Sungguh
telah banyak kuketahui pengalaman masuk Islamnya orang-orang Nasrani,
baik laki-laki maupun perempuan di negeri yang berbeda-beda. Tetapi ada
satu kisah yang paling mengesankan, bahkan membuatku menangis panjang.
Ia sebuah kisah yang kudengar langsung dari pemiliknya.
Ia seorang gadis Mesir yang masih muda belia. Ia sangat mencintai
agamanya, dan sangat berpegang teguh dengan ajaran-ajarannya. Dia
seorang gadis yang beradab, suci, lagi berakhlak mulia. Tetapi di saat
dia meragukan sesuatu dari Bibel, pikirannya tidak tenang kecuali dia
harus sampai pada hakikat yang sebenarnya agar keraguan itu hilang dari
dirinya. Dia ingin beribadah kepada Allah melalui agama yang Dia ridhai.
Akhirnya, dia pun sampai kepada hakikat yang sebenarnya dengan
seorang diri, tanpa seorang pun yang mempengaruhi atau ikut campur. Agar
tidak memperpanjang kata, saya persilahkan Anda untuk membaca kisahnya
langsung dari penuturannya. Sungguh, sepanjang penuturan kisah ini, dari
awal hingga akhir, dia banyak menangis, bahkan terhenti dari perkataan
untuk beberapa lama karena dia teruskan penuturannya setiap kali dia
sedikit tenang.
Dia berkata:
Pertama, saya ingin mengatakan kepada seluruh orang Nasrani,
sesungguhnya firman Tuhan kita haruslah bisa dipahami keseluruhannya
oleh orang terpelajar, orang jahil, orang kaya, miskin, dan seluruh
makhluk.
Permulaan kisah berawal ketika aku duduk dalam sebuah bis, di tempat
khusus untuk kaum wanita. Lalu aku mendapati seorang muslimah duduk di
tengah teman-temannya. Ia sedang membaca al-Qur’an di hadapan mereka.
Aku melihat kepadanya, dan kagum. Lalu aku bertanya-tanya, apakah
mungkin bagiku untuk memegang Bibel, lalu aku bacakan ‘Kidung Agung’ di
hadapan seluruh manusia tanpa ada seorang pun di antara mereka yang
memahaminya dengan pemahaman yang buruk?
Aku berkata pada diri sendiri,”Aku harus menirunya.” Lalu kukeluarkan
Bibel, dan berusaha untuk membacanya, tetapi aku tidak bisa. Setiap kali
berusaha membaca, kudapati diriku merasa tidak enak untuk membaca
kalimat-kalimat kitabku.
Kukatakan pada diri sendiri,”Mengapa wahai Yesus, aku takut mereka
akan salah dalam memahami-Mu? Mengapa aku tidak bisa membaca firman-Mu?”
Kemudian aku pun duduk sambil menangis.
Aku pergi ke gereja, lalu masuk menemui pastur. Kukatakan
kepadanya,”Wahai Bapa, aku telah membuka Bibel. Tadi aku ingin
membacanya di hadapan manusia, tetapi aku tidak kuasa. Apakah Anda kuasa
wahai Bapa untuk membaca Kidung Agung di hadapan manusia?” Anda akan
mengatakan, ‘Perutmu, pahamu, dan pusarmu?’ Wahai Bapa, bukankah firman
itu dari roh Allah? Jika demikian haruslah ia berbicara dengan roh pula?
Akan tetapi kitab kita hanya membicarakan gairah dan syahwat belaka.
Jika saya membacanya di hadapan siapapun, apakah saya akan mengatakan
kepadanya, perut adalah roh, paha adalah roh, dan segala sesuatu adalah
roh. Kemudian setelah itu aku katakana kepadanya bahwa zina itu adalah
sebuah kesalahan?!
Pastur itu pun menjawab seraya berkata,”Yesus akan marah kepadamu, bukan urusanmu terhadap orang lain.”
Aku kembali ke rumah dalam keadaan bingung. Aku tidak kuasa berbicara
dengan seorang pun. Lebih dari sehari aku tinggal, tidak makan dan
minum, dalam keadaan menangis setiap kali ada yang bertanya kepadaku
tentang sebabnya, aku mengatakan,’Temanku mati dalam sebuah kecelakaan
di hadapanku.’
Beberapa hari setelahnya, aku masuk ke internet. Kuceritakan kisahku
kepada orang-orang Nasrani,’Aku ingin ada seorang kristiani yang
memahamkan dan menjawabku.’
Aku menungggu selama tiga hari, tidak seorang pun yang menjawab.
Lalu kuputuskan untuk masuk ke website milik seorang Nasrani terkenal
yang ahli dalam bidang teologi. Websitenya terkemuka di kalangan
Nasrani. Kukatakan pada diriku,’Dialah yang akan memberikan petunjuk
kepadaku.’ Aku pun langsung bertanya kepadanya,’Apakah mungkin bagiku
untuk membaca Kidung Agung di hadapan manusia tanpa malu?’
Dia menjawab,’Di tengah-tengah kaum muslimin ada orang-orang sufi
yang mengatakan perkataan tidak bagus, dan Rabi’ah al-Adawiyah
mengatakan,’Aku mencintai-Mu dengan dua cinta.’
Kukatakan kepadanya,’Jawablah saya (dengan jawaban) dari agama saya
sendiri, jangan menjawab dari agama lain. Saya katakan kepada Anda
firman Tuhan kita, maka jangan berdalil atas orang lain dengan perkataan
seorang wanita dari mereka. Tetapi sebutkanlah dalil dari kitab Tuhan
mereka.’
Dia menjawab dan berkata kepada saya,’Di dalam al-Qur’an, Tuhan kita
mensifati Bidadari dengan: “Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS.
Al-Waqi’ah: 37)
Kukatakan kepadanya,’Apakah Tuhan kita menyerupakan hubungannya
dengan bidadari itu seperti penyerupaan-Nya dalam Bibel, yaitu
seakan-akan keduanya tidur bersama? Kemudian setiap melihat saluran
televisi keIslaman, tidak pernah aku dapati ada seorang ulama yang
menjawab pertanyaan berdalil dengan Bibel. Ia hanya berdalil dari kitab
mereka, dan perkataan nabi mereka. Lalu mengapa Anda tidak menjawab saya
dari Bibel?’
Dia menjawab dengan marah dan mencibir,’Sudah, biarkan al-Qur’an memberimu manfaat.’
Kukatakan kepadanya,’Aku akan diam dan tidak akan bertanya, agar aku
tidak paham, karena tidak ditemukan jawaban pada kitab Tuhan kita.’
Di saat aku lelah berpikir, timbullah satu pemikiran,’Aku akan
memcoba membacakan sesuatu dari Injil kepada manusia, barangkali aku
salah persepsi bahwa manusia akan salah paham.’ Lalu kukatakan,’Aku
harus mencoba agar waswas ini menjauh dariku, dan waswas itu akan
menjauh karena Yesus telah melakukan beberapa mukjizat. Aku yakin, di
saat aku membaca, firman itu akan sampai kepada roh manusia. Dan
barangkali salah satu di antara orang yang nantinya akan beriman kepada
Yesus, atau kagum dengan firman Tuhan yang kemudian hilanglah
keragu-raguanku.’
Aku pun pergi ke halte bis. Ketika menunggu bis, di sebelahku
terdapat beberapa gadis muslim. Kala itu aku bersama seorang teman.
Kukatakan kepada temanku,’Bagaimana pendapatmu, aku bacakan kepadamu
beberapa ayat yang indah dari Bibel?’ Dia setuju.
Aku mengeraskan suaraku agar gadis-gadis muslimah itu mendengar ayat-ayat Bibel (dalam bahasa Arab) tersebut:
Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, putri yang
berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan
seniman. Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur
campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung. Seperti
dua anak rusa, buah dadamu, seperti anak kembar kijang. Lehermu bagaikan
menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang
Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang menghadap ke
kota Damsyik. Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah
lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. Betapa cantik,
betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.
Sosok tubuhmu seumpama pohon kurma dan buah dadamu gugusannya. Kataku:
“Aku ingin memanjat pohon kurma itu dan memegang gugusan-gugusannya.
Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti
buah apel. Kata-katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu mengalir
kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir
orang-orang yang sedang tidur! Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairah
tertuju. Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara
bunga-bunga pacar! Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan
melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar
bunganya, apakan pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan
memberikan cintaku kepadamu! Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita
ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja
dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku! (Kidung Agung 7: 1-13)
Hingga:
Kidung Agung (8-10) “Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.”
Kemudian aku pun membaca ayat-ayat perzinaan, dan sisa ayat-ayat lain
serta kalimat kotor yang ada padanya. Kemudian aku dapati gadis-gadis
tersebut tertawa sambil tangan-tangan mereka menutupi mulut-mulut
mereka, seakan-akan mereka tengah melihat pemandangan porno.
Kemudian aku dikagetkan dengan seorang pemuda di belakangku yang
telah mendengarkan seluruh perkataanku. Lalu dia mendekat di belakangku,
dan berbisik di telingaku dengan kalimat-kalimat kotor. Dan dia
membuatku merasa bahwa aku adalah salah satu gadis-gadis malam yang
kotor.
Kukatakan pada diri sendiri,’Mengapa aku seperti gadis malam, sementara aku membaca firman-Mu wahai Yesus?’
Lalu aku melihat kepada pemuda itu dan kukatakan kepadanya,’Ini adalah kitabku, aku membaca darinya, dan itu bukan urusanmu.’
Maka dia berkata kepadaku, sementara dia telah menganggapku sebagai
bagian dari gadis-gadis malam,’Apa pendapatmu jika kita mengingat
bersama apa yang telah engkau baca?’
Aku memberikan al-Kitab padanya, kemudian aku pergi sambil menangis.
Kutinggalkan temanku, lalu aku berjalan kaki sangat jauh, jauh sekali,
sejauh 9 halte bis, dalam keadaan bingung.
Kemudian aku berpikir,’Apakah mungkin bagi seseorang yang
mendengarkan firman ini lalu menerima bahwa maknanya adalah roh dan
teladan yang mulia? Apakah, saat aku berkata kepada seorang
pemuda,’Sesungguhnya gadis yang sedang berjalan di jalan itu akan
bermanfaat jika menjadi istrimu.’ Lalu saat dia mendapatinya mencaci,
dan perkataannya buruk, serta akhlaknya rusak, kukatakan
kepadanya,’Tidak, wanita itu tujuan mulia, dan ucapannya itu ditujukan
untuk roh!’
Setelah itu, aku duduk sambil bertanya-tanya,’Mengapa Tuhan tidak
menjadikan hubungan cinta itu sebagai sesuatu yang suci di dalam Bibel?’
Mengapa dia tidak menyerupakannya dengan hubungan cinta seorang ibu kepada anaknya, atau saudara dengan saudaranya?!
Akhirnya aku sampai di rumah. Pintu kamar kututup rapat. Lalu aku
bicara kepada Yesus,’Buatlah aku tenang, pahamkanlah aku, dan jawablah
aku!’ Tetapi dia tidak menjawab, dan aku tidak tenang. Di saat aku
lelah, aku berkata.’Mengapa tidak ada seorang pun yang menjawabku?
Mengapa tidak ada seorang pun yang mendengarku? Sungguh aku telah
berusaha bersama kalian, dan lelah tanpa guna…’
Aku keluar dari rumah, ketika seluruh penghuni rumah telah tidur.
Lalu aku naik keatap rumah. Sekalipun saat itu hujan, angin bertiup
kencang dan suara Guntur pun keras, aku berdiri di atap rumah dan ingin
sampai kepada kebenaran.
Aku mengangkat kepalaku. Aku berbicara kepada Tuhanku yang
sesungguhnya, kukatakan kepada-Nya,’Wahai Rabbku, wahai Tuhanku yang
sejati, wahai Dzat yang telah menciptakanku, Engkau telah menciptakan
segala sesuatu, dan Engkau ingin agar kami menyembah-Mu, maka rahmatilah
aku, tenangkanlah diriku. Wahai Pencipta langit yang aku melihatnya,
wahai Pencipta Guntur yang aku mendengarnya, wahai pencipta hujan yang
sedang turun, tenangkanlah diriku, beritahukanlah kepadaku, apakah Bibel
dan Kidung Agung adalah firman-Mu ataukah ucapan selain-Mu?’
Tiba-tiba Allah, Tuhanku yang sebenarnya menjawab, dan Dialah
satu-satunya yang menjawab dan menenangkanku, smentara aku di atas atap,
dia berfirman:
“Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar (Allah Maha Besar… Allah Maha Besar).”
Aku mengulang pertanyaan kedua, sementara aku kebingungan,’Apakah Kidung Agung adalah firman-Mu?’
Lalu kudapati masjid lain mengumandangkan:
“Allaahu Akbar… Allaahu Akbar (Allah Maha Besar… Allah Maha Besar).”
Dan setiap kali aku mendapat jawaban, aku berkata,’Ya, wahai Tuhanku,
Engkau Maha Besar dari itu semua, Engkau Maha Besar dari penyerupaan
yang tidak layak dan tidak pantas itu.’
Kemudian aku berkata,’Terima kasih wahai Tuhanku, aku mohon ampun
kepada-Mu wahai Tuhan, aku tidak ingin lebih dari itu. Aku telah berkata
kepada Yesus, dan bunda Maria, ternyata tidak ada yang menjawabku. Dan
ketika aku berbicara dengan-Mu wahai Tuhanku, Engkau menjawab dan
menenangkanku.’
Sekalipun aku telah mencelamu, dan mencela Rasul-Mu, serta mencela
kaum muslimin, Engkau membiarkanku, dan tetap menjadikanku hidup.
Kemudian setelah itu Engkau muliakan aku dengan menenangkan aku. Sungguh
aku tidak pantas menerima semua itu dari-Mu, ya Allah.
Sungguh aku sudah terbiasa mendengar imam shalat di mushalla sebelah
membaca dua buah surat yang sama setiap hari, tidak pernah menggantinya.
Dan pada saat itu terjadi kejadian aneh, ternyata yang menjadi imam
adalah imam lain, dan dia membaca firman Allah:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
Tuhan selain Allah..?” Hingga:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah
116-120)
Maka aku pun menangis keras, dan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Sesungguhnya aku adalah manusia yang paling berbahagia di dunia.
Tidak ada seorang pun yang bisa merasakan kebahagiaan dan kegembiraan
yang kini kurasakan.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepada gadis
tersebut di dunia dan akhirat, serta meninggikan kedudukan dan
derajatnya di surga. Amin.
(Sumber: Kidung Agung Membuatku Masuk Islam, majalah Qiblati)
Seorang
anak tidak akan malu atau risih jika membacakan Al Qur’an di hadapan
orangtuanya, begitu juga sebaliknya orangtua tidak akan malu atau risih
jika membacakan Al Qur’an di hadapan anaknya. Sekarang murid juga tidak
akan malu dan risih jika membacakan Al Qur’an di hadapan gurunya, begitu
juga sebaliknya. Dikarenakan Al Qur’an adalah kitab yang berbahasa
sopan dan mendidik.
Bagaimana halnya jika yang dibacakan adalah kitab Injil (kitab suci milik agama Nasrani sekarang ini)?
Apakah seorang anak berani dan tidak malu jika membacakan ayat-ayat Injil di depan orangtua mereka? begitu juga sebaliknya?
Apakah seorang murid berani dan tidak malu jika membacakan ayat-ayat Injil di depan gurunya? begitu juga sebaliknya?
Bagaimana jika yang dibacakannya adalah ayat-ayat ini (khusus dewasa) :
- Ayat-ayat jorok tentang seksual.
“Datanglah firman TUHAN kepadaku: “Hai anak manusia, ada dua orang
perempuan, anak dari satu ibu. Mereka bersundal di Mesir, mereka
bersundal pada masa mudanya; di sana su**nya dijamah-jamah dan da**
keperawanannya dipegang-pegang.” (Yehezkiel 23:1-3).
“Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka
Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai
nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem.”
(Yehezkiel 23:4).
“Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada
kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur, pahlawan-pahlawan perang,
berpakaian kain ungu tua, bupati-bupati dan penguasa-penguasa, semuanya
pemuda yang ganteng, pasukan kuda.” (Yehezkiel 23:5-6).
“Ia melakukan persundalannya dengan mereka, semuanya orang Asyur
pilihan; ia menajiskan dirinya dengan semua orang, kepada siapa ia
berahi dan dengan berhala-berhalanya.” (Yehezkiel 23:7).
“Ia tidak meninggalkan persundalannya yang dilakukannya sejak dari
Mesir, sebab pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka
memegang-megang da** keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka
kepadanya.” (Yehezkiel 23:8).
“Oleh sebab itu Aku menyerahkan dia ke dalam tangan
kekasih-kekasihnya, dalam tangan orang Asyur, kepada siapa ia berahi.”
(Yehezkiel 23:9).
“Mereka menyingkapkan auratnya, anak-anaknya lelaki dan perempuan
ditangkap dan ia sendiri dibunuh dengan pedang. Dengan demikian namanya
dipercakapkan di antara kaum perempuan sebab hukuman telah dijatuhkan
atasnya.” (Yehezkiel 23:10).
“Walaupun hal itu dilihat oleh adiknya, Oholiba, ia lebih berahi lagi
dan persundalannya melebihi lagi dari kakaknya.” (Yehezkiel 23:11).
“Ia berahi kepada orang Asyur, kepada bupati-bupati dan
penguasa-penguasan kepada pahlawan-pahlawan perang yang pakaiannya
sangat sempurna, kepada pasukan kuda, semuanya pemuda yang ganteng.”
(Yehezkiel 23:12).
“Aku melihat bahwa ia menajiskan diri; kelakuan mereka berdua adalah
sama. Bahkan, ia menambah persundalannya lagi: ia melihat laki-laki yang
terukir pada dinding, gambar orang-orang Kasdim, diukir dalam warna
linggam,” (Yehezkiel 23:13-14).
“pinggangnya diikat dengan ikat pinggang, kepalanya memakai serban
yang berjuntai, semuanya kelihatan seperti perwira, yang menyerupai
orang Babel dari Kasdim, tanah kelahiran mereka. Segera sesudah
kelihatan oleh matanya ia berahi kepada mereka dan mengirim suruhan
kepada mereka ke tanah Kasdim.” (Yehezkiel 23:15-16).
“Maka orang Babel datang kepadanya menikmati tempat tidur percintaan
dan menajiskan dia dengan persundalan mereka; sesudah ia menjadi najis
oleh mereka, ia meronta dari mereka.” (Yehezkiel 23:17).
“Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan
memperlihatkan sendiri auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik
dari padanya, seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya.” (Yehezkiel
23:18).
“Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada
masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir. Ia berahi kepada
kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan
zak**nya seperti zak** kuda.” (Yehezkiel 23:19-20).
“Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir
memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah su** kegadisanmu.” (Yehezkiel
23:21).
- Ayat porno yang bugil-bugil.Yehezkiel 16: 22-38,
“….Waktu engkau telanjang bugil sambil menendang nendang dengan kakimu ….”(ayat.22).
“…dan menjual kecantikanmu menjadi kekejian dengan meregangkan kedua
pahamu bagi setiap orang yang lewat, sehingga persundalanmu
bertambah-tambah” (ayat.25).
“Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu…..”(ayat.26).
“Engkau bersundal juga dengan orang Asyur, oleh karena engkau belum
merasa puas ya, engkau bersundal dengan mereka, tetapi masih belum puas”
(ayat.28).
- Puisi Kenikmatan Cinta. Kidung Agung 7:6-13,
“Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dada gugusannya. Aku
ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya
buah dadamu seperti gugusan anggur.”
- Anak Gadis Meniduri Ayahnya : (Kitab Perjanjian Lama, Kitab Kejadian: 19)
“Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua
anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar,
maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. Kata kakaknya
kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri
ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Marilah
kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya
kita menyambung keturunan dari ayah kita. Pada malam itu mereka memberi
ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur
dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu
tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada
adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga
kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia,
supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. Demikianlah juga pada
malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang
lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui
ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu mengandunglah kedua
anak Lot itu dari ayah mereka.” (19:30-34).
Dan juga ayat-ayat yang lain:
- Kejadian 35:22 : Perzinahan ibu – anak.
- Kejadian 38:15-30 : Perzinahan ayah-menantu.
- 2 Samuel 13:5-14 : Perzinahan kakak-adik.
- 2 Samuel 16:21-23 : Anak memperkosa Ibu.
- Yehezkiel 16:23-24 : Pelacur tak pernah puas.
- Amsal 7:7-22 : Istri berselingkuh.
- Hakim-hakim 16:1 : Berzinah dengan sundal.
Berikut komentar-komentar dari tokoh Nasrani sendiri:
- George Bernard Shaw (Budayawan dan Kritikus Kaliber International
dan pemenang Nobel tahun 1925) dia berpendapat : “Alkitab adalah kitab
yang paling berbahaya di muka bumi, simpanlah kitab ini di laci dan
kuncilah.”
- Majalah Time 31 Maret 2001: “Alkitab merupakan kitab orang dewasa yang penuh sekali dengan erotisme.”
- Romo Don Bruno Maggioni: “Alkitab adalah sebuah karangan untuk
orang dewasa. Bukan hanya karena-halaman seksualnya tetapi karena jenis
masalah yang muncul di seputar seks manusia.”
Oleh Abu Fahd Negara Tauhid, dengan menukil dari berbagai sumber.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama