Ada ketenangan yang terpancar di wajahnya. Memberi rasa tentram di
hati bagi siapapun yang melihatnya. Ia tampak lebih teduh dan mudah
tersenyum saat ini. Jauh berbeda dengan dulu, yang suka menampakkan
wajah kusam, penuh masalah, dan terkadang cepat emosi.
Hal lain yang membuat hati saya merasa takjub dan kagum adalah,
shalat lima waktu berjamaah tak pernah ia tinggalkan. Ia selalu datang
ke mesjid sesaat setelah adzan dikumandangkan. Demi Allah, saya sangat
bahagia melihat perubahan luar biasa ini!
Ia telah menjadi sosok yang mencintai mesjid, mencintai shalat tepat
waktu berjamaah. Hati saya dipenuhi tanda tanya. Siapakah yang telah
merubah hidupnya? Hal apakah yang telah memberi kesan mendalam pada
hatinya dan memberi daya rubah yang luar biasa.
Dulu, saya suka mengajaknya untuk ikut shalat berjamaah di mesjid
yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Tidak hanya sekali, namun
berulang kali saya tak pernah bosan mengajaknya shalat di rumah Allah.
Saat itu, ia sangat acuh, terlihat angkuh dan tak memperdulikan. Ia
selalu berdalih dengan berbagai alasan. Saya sedih belum bisa menjadi
sebab dirinya mendapat hidayah Allah. Tapi, saya tidak bisa memaksakan,
saya hanya berusaha dengan semampu yang saya lakukan, ketentuannya ada
di tangan Allah.
Saya semakin sibuk dengan usaha yang tengah saya kelola, sehingga
saya sudah jarang lagi bertemu dengannya. Untuk urusan bisnis dengannya,
saya tidak lagi terlibat banyak. Walau istri saya tak pernah bosan
mengingatkan saya, agar setiap kali bertemu dengannya, saya mengajaknya
untuk berjamaah di mesjid. Namun, karena berbagai kesibukan saya yang
cukup padat, hal itu hampir tak sempat saya lakukan.
Hingga saat ini, dia telah betul-betul berubah. Sungguh perubahan
yang luar biasa dan menakjubkan! Tiba-tiba rasa sedih menyesak di dada
saya, saya merasa gagal dalam ‘perdagangan’ dengan Allah, saya tidak
bisa menjadi sebab dapatnya seseorang hidayah dari Allah. Saya selalu
bertanya-tanya, siapakah orang yang beruntung itu? Yang telah menjadi
sebab dapat hidayahnya teman saya tersebut? Tentu, pahala kebaikan yang
dilakukan teman Mesir saya tersebut akan terus mengalir dalam lembaran
kebaikannya.
Saya tak dapat lagi menahan gejolak rasa penasaran, bahagia dan sedih
di dada. Saya temui teman Mesir saya itu. Saya tanyakan padanya,
siapakah yang telah membuat dirimu mengalami perubahan seperti ini?
Ia menjawab, “Allah.., Allah lah yang memberi saya petunjuk. Allah
yang telah memasukkan cahaya hidayah ke dalam hati saya. Segala puji
hanya milik Allah.”
Saya sungguh bahagia mendengar kata-kata penuh tulus itu. Saya tatap
ia dengan penuh cinta, lalu saya ucapkan, “Alhamdulillah, semoga Allah
selalu menjagamu dalam pelukan hidayah-Nya, amin.”
Ia melanjutkan, “Akhi, saya sangat menyesal, saat dulu akhi mengajak
saya shalat di mesjid, saya saat itu selalu acuh, tidak peduli, dan
sombong. Saya menangis setiap kali mengingat hal itu. Saya memohon ampun
pada Allah atas segala dosa dan khilaf saya di masa lalu.Akhi, hidup di
dunia hanya sesaat, hanya sebentar dan persinggahan saja. Kelak kita
semua akan dihisab dihadapan-Nya. Apalah yang dapat kita banggakan dari
hidup ini, kalau bukan iman dan amal saleh kita. Saya takut dengan siksa
neraka, sungguh saya tak kuat dengan azab-Nya. Alhamdulillah, saat ini
saya berusaha menjaga shalat lima waktu di mesjid, saya berusaha untuk
shalat malam, yang dulu hampir tak pernah saya lakukan, saya berusaha
untuk puasa sunah senin dan kamis, saya ingin terus berusaha menjadi
hamba terbaik dihadapan-Nya.”
“Akhi, istiqamah lah, teruslah berbuat yang terbaik, semoga Allah
selalu mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya padamu, amin.” ucap saya
padanya.
Hari semakin larut malam, saya harus segera pulang ke rumah. Dengan
agak tergegas saya meminta izin darinya. Sungguh, saya belum puas dengan
penjelasannya, esok saya berniat untuk kembali menemuinya, untuk
memenuhi rasa penasaran yang masih menyisa di hati.
Oleh M. Arif As-Salman
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama