Syar’i Atau Trendy?

Aroma akhir zaman sudah semakin menyengat, kuncup-kuncupnya semakin jelas terlihat. Dari penjajaan aurat hingga penyesatan-penyesatan aqidah dan subhat-subhat. Penghapusan kebenaran dan visualisasi setan. Inilah zaman kita…di penghujung berakhirnya dunia.

Diantara ciri-ciri akhir zaman itu adalah hilangnya rasa malu, khususnya pada diri wanita. Mereka akan dengan sangat mudah memperlihatkan aurat-aurat mereka, bahkan dengan sengaja mereka menjualnya untuk tujuan-tujuan yang tertentu.


Aurat wanita sudah bukanlah sesuatu yang sacral untuk dilihat, sudah bukan lagi sesuatu yang seharusnya hanya milik mahramnya saja. Akan tetapi, aurat wanita kini sudah menjadi sebuah pemandangan biasa dan milik semua orang yang menatapnya. Dari ujung kaki hingga ujung rambut seorang wanita telah dengan mudah kita dapati dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai busana yang dikenakan oleh para wanita saat ini sudah tidak mencerminkan apa-apa selain mempertontonkan aurat. Ibarat hanger yang bisa digantungkan pakaian apa saja. Seperti itulah kenyataan kebanyakan wanita saat ini. Mereka telah dengan rela dan sengaja mengenakan pakaian apa saja yang mereka suka, meskipun harus memperlihatkan auratnya.

Hilangnya rasa malu pada diri mereka adalah penyebab utamanya. Tidak adanya malu berarti bukti lemahnya iman. Lemahnya iman berarti bukti minimnya pengetahuan agama dalam dirinya. Minimnya pengetahuan agama dalam dirinya menjadi bukti bahwa sudah tidak adanya ketertarikan. Semua ini menjadi sangat mudah diurutkan karena kenyataan yang telah dengan sangat jelas menjelaskan keadaan diri mereka sendiri. Keadaan diri mereka yang sudah tidak punya rasa malu.

Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah SAW lewat di hadapan seorang Ansar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.’” HR Bukhori No. 24

Sedangkan salah satu penyebab kehancuran suatu negeri adalah hilangnya rasa malu dari penduduknya. Begitu Rasulullah SAW dalam sabdanya :

Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada kenyataannya, muslimah di negeri ini ternyata sudah tak lagi berpedoman pada “bagaimana seharunya” tapi “seperti apa musimnya”. Kenyataanya ini bisa dilihat dari busana-busana yang mereka kenakan sehari-hari. Banyaknya muslimah yang melepaskan jilbabnya demi keikutsertaannya dalam happening fashion disebabkan diperkenalkannya budaya barat yang mengedepankan kebebasan daripada kesopanan. Juga karena digemborkannya pandangan-pandangan buruk tentang jilbab yang seharusnya menjadi dress code seorang muslimah. Jilbab itu cermin penjajahan wanita, jilbab itu bikin gerah, jilbab itu kuper, jilbab itu gak gaul, jilbab itu akan membuat kita lebih terlihat tua dan tidak modis, dan stigma-stigma buruk lainnya.

Mereka lebih sibuk mencari pakaian yang trendy daripada mengenakan jilbab syar’i. Pengaruh budaya asing yang tidak dibarengi dengan filter iman, telah memporakporandakan kepribadian generasi muda Islam di negeri ini. Keseharian mereka lebih disibukan dengan peniruan-peniruan gaya hidup bebas seperti yang dikampanyekan oleh zionisme internasional melalui media massa yang telah dikuasainya.

Jika dahulu busana-busana minimalis atau lebih tepatnya animalis ini adalah budaya asing yang dicemooh dan dilecehkan, tapi hari ini justru sebaliknya. Jilbablah yang saat ini menjadi bahan cemoohan dan hinaan sedangkan busana animalis ini menjadi  sangat digemari oleh generasi muda di negeri ini. Dari anak TK sampai ibu-ibu kini berlomba-lomba mengenakan legging, jeans atau hotpants. Mereka tak lagi melihat pantas atau tidak, tapi modis atau tidak.

Modis, gaul, gaya, trendy dan istilah lainnya ini telah menjadi pedoman baru generasi muda kita. Sedangkan Islam tidak mengenal semua istilah itu. Yang ada pada Islam hanyalah satu, yaitu Syar’i, TITIK. Istilah-istilah itu adalah propaganda musuh dalam rangka menghancurkan moral umat Islam. Agar umat Islam meninggalkan identitasnya dan mengikuti gaya hidup animalis mereka. Jadi, patokan yang seharusnya itu bukan Trendy atau tidak, tapi Syar’i atau tidak. Kalau tidak syar’i berarti salah.

Sebagai manusia yang mengaku beragama Islam tentunya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada pada Islam. Termasuk tentang tata cara berpakaian yang baik menurut Islam, bukan menurut Ivan Gunawan.

Jilbab adalah Dress Code seorang Muslimah.

Tidak ada identitas seorang Muslimah selain dengan mengenakan Jilbab. Seperti itulah Allah SWT dalam firmannya,

Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59]

Jika tidak, maka entah dengan bukti apa mereka menunjukkan ciri keIslamannya, karena tidak ada cara lain yang Allah SWT perintahkan selain dengan jilbab.

Jika kita bangga dengan keIslaman kita, seharusnya kita juga bangga dengan Jilbab kita. Jika orang kafir punya budaya dan fashion sendiri, Islam juga punya. Jika mereka dengan bangga dan berani mempertontokan kekafiran mereka, kenapa kita harus malu untuk memperlihatkan Islam kita.

Dengan berjilbab, seorang muslimah berarti telah menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Muslim. Tapi bagaimana dengan seorang muslimah yang tidak berjilbab. Apakah mereka bisa dikatakan seorang Muslim? Sedangkan ciri satu-satunya seorang Muslimah adalah dengan Jilbabnya. Bukan KTPnya. Maka jilbab adalah dress code seorang Muslimah. Maka katakanlah “Aku seorang wanita Muslim, makanya aku berjilbab”. Jika ada seroang wanita Muslim tapi tidak berjilbab lalu ia berkata, “Aku juga seorang Muslim”. Maka tanyakanlah kepadanya, “Apa bukti keIslamanmu, sedang kamu tidak berjilbab?”

Modifikasi Jilbab

Untuk memenuhi keinginan fashion, munculah segelintir orang yang memodifikasi jilbab. Mereka berkeyakinan bahwa dengan berjilbab juga kita bisa tetap terlihat modis dan trendi. Dengan alasan itu mereka memodifikasi jilbabnya, lahirlah jilbab modis. Mereka mengatur ketentuan jilbab mereka sendiri dengan cara merubah pola, yang tadinya jilbab hanya gaun gelap yang diulurkan ke seluruh tubuh, kini telah berubah menjadi potongan-potongan kain warna-warni yang dibalutkan keseluruh tubuhnya.

Katakanlah Hijabers Community, komunitas ini seolah ingin membuktikan bahwa dengan berjilbab mereka masih bisa tampil cantik, anggun, menawan dan trendi tentunya. Padahal jilbab yang mereka perlihatkan justru jauh dari jilbab syar’i sebagaimana seharusnya. Lekukan tubuh yang masih terlihat, dada yang belum tertutupi sempurna, gaun yang warna-warni nan memikat syahwat serta penampilan mereka yang centil dan manja yang tidak menunjukkan Hijab dalam arti yang sebenarnya.

Penampilan mereka menunjukkan niat mereka. Jika memang niatnya adalah berjilbab secara syar’i maka jelas, jilbab syar’i bukan seperti yang mereka perlihatkan. Karena mereka masih diperbudak fashion, maka mereka akan terus mencari jalan utuk memenuhi panggilan fashion itu. Ingin tampil trendy atau Syar’i? Kenapa tidak mempopulerkan Hijab Syar’i saja. Apakah hijab syar’i itu tidak membuat mereka cantik? Apakah jilbab syar’i itu tidak membuat mereka menawan? Jawabannya YA. Karena Islam tidak menilai kecantikan seseorang. Yang dinilai dalam Islam adalah ketaatan seseorang. Bagaimana kita taat pada perintah Alloh SWT tanpa tawar menawar. Semoga lambat laun komunitas yang kini semakin digemari anak muda ini merubah hijab modis mereka menjadi hijab yang sesuai dengan ketentuanNya.

Syar’i atau Trendy

Kedua istilah ini sepertinya telah menjadi dilema dalam benak generasi muda kita saat ini. Saat mereka tahu bahwa mengenakan jilbab Syar’i itu wajib hukumnya, pada saat yang sama mereka juga disuguhkan dengan pemandangan fashion yang menggelitik mereka untuk mencoba. Dalam keadaan seperti ini seharusnya mereka lebih memperdalam keilmuan agama mereka, tetapi kebanyakan malah mengabaikannya. Maka akhirnya terlepaslah jilbab, karena memang godaan setan itu lebih kuat dan menggiurkan. Akhirnya kita terpedaya dan merelakan diri dalam kehinaan.

Padahal sebenarnya kita tidak dapat apa-apa dengan kita mengikuti fashion itu. Yang didapatkan hanya “perkiraan/perasaan” kita terhadap orang lain yang berkata bahwa kita cantik. Tetapi tidak dengan jilbab Syar’i. Jilbab Syar’i menunjukkan ketundukan kita kepada Syariat Alloh SWT. Dan itu adalah ibadah.
Syar’i itu kententuan Alloh SWT sedangkan trendy, gaul dll itu hanya anggapan manusia. Pilih mana?

“Barang siapa ada hambaKu yang tidak ridho dengan ketentuanKu dan dia tidak mau bersyukur atas nikmatKu dan dia tidak mau bersabar atas ujian dan cobaan yang Aku berikan maka kata Allah silakan dia keluar dari kolong langitKu dan silakan cari Tuhan selain Aku.” 
Hadits Qudsi
Wallohu’alam bisshowab.
Share on Google Plus

About Admin

Khazanahislamku.blogspot.com adalah situs yang menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya.
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment


Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com

Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama