Menjadi Imam Yang Adil
Saudaraku, dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala jualah Anda sampai
pada saat yang paling indah, paling bahagia, tetapi juga paling
mendebarkan dalam kehidupan Anda. Saat paling indah, sebab mulai sejak
sekarang cinta tidak lagi berbentuk khayalan dan impian. Saat yang
paling bahagia, sebab akhirnya Anda berhasil mendampingi wanita yang
Anda cintai. Saat yang paling mendebarkan, sebab mulai saat ini Anda
memikul amanat untuk menjadi pemimpin (qowwam) keluarga.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ
بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ
وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي
الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ
عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah Subhanahu Wata’ala telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang
salehah, ialah yang taat kepada Allah Subhanahu Wata’ala lagi memelihara
diri [tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya]
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah Subhanahu Wata’ala telah
memelihara (mereka) [mempergauli istrinya dengan baik]. wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya [meninggalkan rumah tanpa izin suami],
maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Subhanahu Wata’ala Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. An Nisa (4) : 34)
Menyusahkannya, maksudnya untuk memberi peljaran kepada isteri yang
dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila
nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka,
bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan
pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada
manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Kalau pada saat ini dada Anda berguncang, darah Anda berdebur, dan
suara Anda bergetar, itu adalah pertanda Anda tengah memasuki babak baru
dalam kehidupan Anda. Dahulu Anda adalah manusia bebas yang boleh pergi
sesuka Anda. Tetapi sejak hari ini Anda belum juga pulang setelah larut
malam, di rumah Anda ada seorang wanita yang tidak bisa tidur karena
mencemaskan Anda. Kini, bila berhari-hari Anda tidak pulang tanpa
berita, di kamar Anda ada seorang perempuan lembut yang akan membasahi
bantalnya dengan linangan air mata. Dahulu bila Anda mendapat musibah,
Anda hanya mendapat ucapan ‘turut berduka cita’ dari sahabat-sahabat
Anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja
agar Anda meraih kembali kebahagiaan Anda. Anda sekarang mempunyai
kekasih yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala untuk berbagi suka dan
duka, berbagi rasa dan empati dengan Anda.
Saudaraku, wanita yang duduk di samping Anda bukanlah segumpal daging
yang dapat Anda kerat dengan tidak semena-mena, dan bukan pula budakm
belian yang dapat Anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang
dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala untuk membuat hidup Anda lebih
indah dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah Subhanahu Wata’ala yang
akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
اِثْنَانِ يُعَجِّلُهُمَا اللهُ فِي الدُّنْيَا اَلْبَغْيُ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah Subhanahu Wata’ala
siksanya di dunia ini juga, yaitu al baghyu dan durhaka kepada
orangtua.” (HR. Turmudzi, Bukhari dan Thabrani).
Al baghyu adalah berbuat sewenang-sewenang, berbuat zalim
dan menganiaya orang lain. Dan al-baghyu yang paling dimurkai Allah
Subhanahu Wata’ala ialah berbuat zalim terhadap istri sendiri. Termasuk
al-baghyu ialah menterlantarkan istri, menyakiti hatinya, merampas
kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikannya dalam
mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan
hidup bersama Anda. Karena itulah Rasulullah Saw. mengukur tinggi
rendahnya martabat seorang laki-laki dilihat dari cara ia bergaul dengan
istrinya.
مَا أَكْرَمَ النِّسَاءَ اِلاَّ كَرِيْمٌ وَمَاأَهَانَهُنَّ اِلاَّ لَئِيْمٌ
“Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.”
“Laki-laki yang tidak sukses dalam mengendalikan keluarganya,
membiarkannya berbuat maksiat, ia termasuk dayyus (bencong). Tidak akan
masuk surga orang yang bencong (la yadkhulul jannata
dayyusan).”(al-Hadits).
Rasulullah Muhammad adalah manusia yang paling mulia. Ia melayani
keperluan istrinya, memasak, menyapu lantai, memerah susu, dan
membersihkan pakaian, cerita Aisyah. Dia memanggil istrinya dengan
gelaran yang baik. Ya humaira (wahai yang memiliki pipi
kemerah-merahan).
Sepeninggal Rasulullah ada beberapa orang menemui Aisyah, memintanya
agar menceritakan perilaku Rasulullah saw. Aisyah sesaat tidak menjawab
pertanyaan itu. Air matanya berderai, kemudian dengan nafas panjang, Ia
berkata :
كَانَ كُلُّ أَمْرِهِ عَجَبًا
(semua perilakunya mengagumkan).
Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling
mempesona, Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasulullah yang mulia
bangun di tengah malam dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat
malam. Izinkan aku menyembah Tuhanku, ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bayangkan, sampai shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu
terhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan dan penghormatan.
Muliakan istri saudara sedemikian rupa sehingga kelak, bila Allah
Subhanahu Wata’ala menakdirkan Anda meninggal dahulu, lalu kami tanyai
istri Anda tentang perilaku Anda, ia akan menjawab seperti Aisyah : Ah
………… semua perilakunya indah, mengagumkan.
Menjadi Makmum Yang Taat
Saudariku, Rasulullah saw pernah bersabda :
وَلَوْ كُنْتُ اَ مِرًا اَحَدًا اَنْ يَسْجُدَ ِلاَحَدٍ لَاَمَرْتُ
النِّسَاءَ اَنْ يَسْجُدْنَ لِاَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللهُ لَهُمْ
عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada
manusia lain, akan aku perintahkan istri untu bersujud kepada suaminya
karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala
atas mereka.” (HR. Abu Daud, Al Hakim, dan At Turmudzi)
Banyak istri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan bagaimana ia berupaya membahagiakan suami. Mawaddah dan rahmah tumbuh berkembang dalam suasana memberi bukan mengambil. Cinta adalah sharing – saling berbagi.
Saudariku, Anda boleh memberi apa saja yang Anda miliki kepada
pasangan Anda. Tetapi, bagi suami, tiada suatu pemberian istri yang
paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi rasa, berbagi
kesenangan dan penderitaan.
Di luar rumah ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan
kasar, pergumulan hidup yang berat, digoncangkan dengan berbagai
kesulitan. Ia ingin kembali ke rumah, disitu ditemukan wajah yang ceria,
penerimaan yang tulus, ucapan yang lembut, pAndangan mata yang sejuk,
yang bersumber dari keteduhan kasih sayang Anda. Suami saudari ingin
mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang keluar
dari telaga kasih sayang Anda.
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِيْ اِذَا نَظَرْتَ اِلَيْهَا سَرَّتْكَ وَاِذَا
اَمَرْتَهَا اَطَاعَتْكَ وَاِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِكَ
“Istri yang paling baik ialah yang membahagiakanmu bila kamu
memandangnya, yang mematuhimu bila kamu menyuruhnya, dan memelihara
kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada.” (HR. Thabrani).
Allah Subhanahu Wata’ala membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai
perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan
dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri
itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah Subhanahu Wata’ala;
dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS. At-Tahrim (66) : 10).
Artinya, nabi-nabi sekalipun tidak dapat membela isteri-isterinya
atas azab Allah Subhanahu Wata’ala apabila mereka menentang agama.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ
إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِندَكَ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي
مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا
فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ
وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“Dan Allah Subhanahu Wata’ala membuat isteri Fir’aun perumpamaan
bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku,
bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan
selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku
dari kaum yang zhalim. Dan (Ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara
kehormatannya, Maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh
(ciptaan) kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya,
dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim (66) : 11-12).
Surga itu terletak di bawah telapak kaki kaum ibu, kata Rasulullah.
Apakah rumah tangga yang Anda bangun hari ini akan menjadi surga dan
neraka tergantung Anda sebagai ratu rumah tangga (rabbatul bait). Rumah tangga akan menjadi surga (baitii jannatii) bila di dalamnya ada hiasan kesabaran, kesetiaan dan kesucian.
“(Wahai kaum wanita), ingatlah ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala
dan al-hikmah yang dibacakan di rumah-rumah kamu. Sesungguhnya Allah
Subhanahu Wata’ala Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Ahzab (33) : 34).
Saudariku, kelak bila perahu rumah tangga Anda bertubrukan dengan
kerikil tajam, bila impian ketika remaja menjelma menjadi kenyataan yang
pahit, bila bukit-bukit pulau idaman di guncang badai, kami ingin
melihat Anda tetap teguh, tegar di samping suami Anda. Anda tetap
tersenyum walaupun langit berawan tebal. Sedotlah haul dan kekuatan
Allah Subhanahu Wata’ala, dengan bangun malam. Jika pada saat yang
bersamaan suami Anda mengaminkan doa yang Anda panjatkan, insya Allah
Subhanahu Wata’ala harapan Anda akan segera dikabulkan oleh Allah
Subhanahu Wata’ala Swt. Tiada pemAndangan yang terindah bagi suami Anda
kecuali Anda berdoa dengan suara lirih untuk kebahagiaannya.
Aisyah pernah cemburu kepada kepada Khadijah, dan berkata :
مَا غِرْتُ مِنِ امْرَاَةٍ مَا غِرْتُ مِنْ خَدِ يْجَةَ
“Aku tidak pernah menaruh cemburu terhadap seorang perempuan sebagaimana aku cemburu terhadap Khadijah.” Rasulullah senantiasa terkenang dengan istri pertamanya itu, sekalipun secara fisik telah berpisah. Beliau bersabda :
اَمَنَتْ بِيْ اِذْ كَذِبَنِي النَّاسُ , وَوَاسَتْنِيْ بِمَا لِهَا اِذَ حَرَمَنِي النَّاسُ
“Khadijah beriman kepadaku pada saat orang mendustakan daku. Dan
Khadijah membantuku dengan harta kekayaannya pada saat orang
menghentikan pertolongan kepadaku.”
Saudariku, seandainya ditakdirkan Allah Subhanahu Wata’ala Anda
meninggal dunia lebih dahulu, lalu kami menemui suami Anda dan kami
tawarkan pengganti Anda, pada saat itu suami Anda akan marah seperti
Rasulullah yang mulia berkata, ketika Aisyah merasa cemburu dengan
Khadijah. Ia berkata: “Demi Allah Subhanahu Wata’ala, tidak ada yang
dapat menggantikan dia. Dia yang memperkuat hatiku ketika aku hampir
berputus asa. Dia mempercayaiku ketiak semua orang menjauhiku. Dia
memberikan ketulusan hati ketika semua orang mengkhianatiku.”
اَيُّمَا امْرَاَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتْ اَلْجَنَّةَ
“Bila seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha
sekali dengan tingkah lakunya ketika ia masih hidup, maka wanita itu
masuk surga.”
Jika suami dalam keluarga berhasil menjadi pemimpin yang adil dan
bijaksana, disupport dengan sami’na wa ‘atha’na istri (sendiko dhawuh),
dan diteladani oleh anak keturunannya, mereka akan reuni di surga,
kelak.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم
مِّن شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thur (52) : 21)
Alhasil, anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah
Subhanahu Wata’ala derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan
dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga. Itulah sebaik-baiknya
reuni di surga.
Marilah arahkan pasangan kita atau kita antarkan pernikahan kita
untuk mengayuh kapal rumah tangga dengan bekal taqwa. Semoga dengan
tiket dari Allah Subhanahu Wata’ala ini akan menyelamatkan keduanya dari
gelombang yang akan menerpa dinding-dinding kapal (QS. Al Baqoroh :
197).
Selamat berlabuh untuk menempuh batera kehidupan baru, semoga selamat dan bahagia sampai pulau idaman.*
Oleh: Shalih Hasyim
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama