Hadits Mu’adz t;
« لاَ تُؤْذِي امْرَأةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا. إِلاَّ
قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ: لاَ تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ
الله، فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَك دَخِيلٌ يُوشِكَ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا
»
“Tidak ada seorang isteri yang menyakiti suaminya di
dunia melainkan bidadari yang menjadi pasangannya berkata: “Jangan
engkau sakiti dia -semoga Allah melaknatmu- sesungguhnya ia hanyalah
bertamu (di rumahmu), hampir saja ia berpisah meninggalkanmu menuju
kami.” (Shahih al-Jami’: 7192)
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (٣١)حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا (٣٢)وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (٣٣)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat
kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja
yang sebaya.” (QS an-Naba’: 31-33)
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٥٤)
”Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (QS. Ad-Dhukhan: 54)
مُتَّكِئِينَ عَلَى سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٢٠)
“Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan
kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.”
(QS. At-Thur: 20)
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢)
”(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (QS. Ar-Rahman: 72)
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠)
”Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman: 70)
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (٣٦)عُرُبًا أَتْرَابًا (٣٧)
”Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung.[1] Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah: 35-37)
Ibnu Abid Dunya meriwayatkan dari Abul Hawari, dia
berkata: Bidadari itu diciptakan langsung (kun fayakun). Apabila telah
sempurna peciptaan mereka maka dipasanglah kemah-kemah atas mereka. Oleh
karena itu Ibnul Qayyim berkata bahwa kemah-kemah ini bukanlah ghuraf
(kamar-kamar) atau qushur (istana-istana), melainkan ia adalah tenda di
taman-taman dan di atas sungai-sungai.
Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
1. Hadits Abu Sa’id al-Khudri Rodiallohu `anhu :
« إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً رَجُلٌ
صَرَفَ اللّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ قِبَلَ الْجَنَّةِ وَمَثَّلَ لَهُ
شَجَرَةً ذَاتَ ظِلٍّ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ قَرِّبْنِي مِنْ هذِهِ
الشَّجَرَةِ أَكُونُ فِي ظِلِّهَا ». فَذَكَرَ الْحَدِيْثَ فِيْ دُخُوْلِهِ
الْجَنَّةَ وَتًمًنٍّيْهِ إِلىَ أَنْ قَالَ فِيْ آخِرِهِ.
“Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah tingkatannya
adalah seseorang yang Allah palingkan wajahnya dari neraka kearah surga,
dan ditampakkan padanya satu pohon surga yang rindang. Lalu orang itu
berkata: Ya Allah dekatkanlah aku ke pohon itu agar aku bisa berteduh di
bawahnya.” Lalu Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam terus menyebutkan
angan-angan orang itu hingga akhirnya beliau bersabda:
« إِذَا انْقَطَعَتْ بِهِ الأَمَانِيُّ قَالَ اللّهُ: هُوَ
لَكَ وَعَشْرَةُ أَمْثَالِهِ. قالَ: ثُمَّ يَدْخُلُ بَيْتَهُ فَتَدْخُلُ
عَلَيْهِ زَوْجَتَاهُ مِنَ الحُورِ الْعِينِ فَيَقُولاَنِ : الْحَمْدُ
للّهِ الَّذِي أَحْيَاكَ لَنَا وَأَحْيَانَا لَكَ. قَالَ: فَيَقُولُ: مَا
أُعْطِيَ أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُعْطِيتُ ».
“Apabila telah habis angan-angannya maka Allah berfirman
kepadanya: “Dia itu milikmu dan ditambah lagi sepuluh kali lipatnya.”
Nabi bersabda: “Kemudian ia masuk rumahnya dan masuklah menemuinya dua
biadadari surga, lalu keduanya berkata: Segala puji bagi Allah yang
telah menghidupkanmu untuk kami dan yang menghidupkan kami untukmu. Lalu
laki-laki itu berkata: “Tidak ada seorangpun yang dianugerahi seperti
yang dianugerahkan kepadaku.” (HR. Muslim: 417)
2. Hadits Anas Rodiallohu `anhu :
« إِنَّ الْحُورَ الْعِينَ لَتُغَنينَ فِي الْجَنَّةِ يَقُلْنَ: نَحْنُ الْحُورُ الْحِسَانِ خُبئْنَا لأَزْوَاجٍ كِرَامٍ »
“Sesungguhnya bidadari nanti akan bernyanyi di surga:
Kami para bidadari cantik disembuyikan khusus untuk suami-suami yang
mulia.” (Shahih al-Jami’: 1602)
3. Hadits Abu Hurairah Rodiallohu `anhu :
« إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى
صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ. وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى
أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيَ، فِي السَّمَاءِ، إِضَاءةً. لاَ يَبُولُونَ،
وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَتْفِلُونَ.
أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ. وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ. وَمَجَامِرُهُمُ
الألُوَّةُ. وَأَزْوَاجُهُمُ الْحُورُ الْعِينُ. أَخْلاَقُهُمْ عَلَى
خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ. عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ. سِتُّونَ ذِرَاعاً،
فِي السَّمَاءِ ».
“Sesungguhnya kelompok pertama yang masuk surga adalah
seperti rupa bulan di malam purnama. Berikutnya adalah seperti binang
yang paling terang sinarnya di langit. Mereka tidak buang air kecil,
tidak buang air besar, dan tidak meludah. Sisir mereka dari emas, minyak
mereka adalah misik, asapannya adalah kayu gaharu, pasangan mereka
adalah bidadari, akhlak mereka seperti akhlak satu orang. Bentuk (postur
tubuh) mereka seperti Nabi Adam as; 60 lengan di langit.” (Bukhari,
Muslim dll. Al-Jami’ al-Shaghir: 3778, Shahih al-Jami’: 2015)
4. Hadits Abdullah ibnu Mas’ud Rodiallohu `anhu :
« أَوَّلُ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ كَأَنَّ
وُجُوهَهُمْ ضَوْءُ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالْزُّمْرَةُ
الثَّانِيَةُ عَلَى لَوْنِ أَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُريَ فِي السَّمَاءِ، لِكُل
رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُل زَوْجَةٍ
سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَىٰ مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ لُحُومِهِمَا
وَحُلَلِهِمَا، كَمَا يُرَىٰ الشَّرَابُ الأَحْمَرُ فِي الزُّجَاجَةِ
الْبَيْضَاءِ »
“Kelompok pertama kali yang masuk surga, seolah wajah
mereka cahaya rembulan di malam purnama. Kelompok kedua seperti bintang
kejora yang terbaik di langit. Bagi setiap orang dari ahli surga itu dua
bidadari surga. Pada setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum kakinya
dapat terlihat dari balik daging dan perhiasannya, sebagaimana minuman
merah dapat dilihat di gelas putih.” (HR. Thabrani dengan sanad shahih,
dan Baihaqi dengan sanad hasan. Hadits hasan, shahih lighairi: Shahih
al-Targhib: 3745)
Dalam lafazh Tirmidzi:
« وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ
سُوْقِهِمَا منْ وَرَاءِ الَّلحْمِ مِنَ الْحُسْنِ، لاَ اخْتِلاَفَ
بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبُ رَجُلٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحونَ
الله بُكْرَةً وَعَشِيَّا » .
“Masing-masing mendapat dua bidadari, sumsum kakinya
dapat dilihat dari balik daging karena begitu cantiknya, tidak ada
perselisihan di antara mereka, dan tidak ada saling benci di hati
mereka. Hati mereka seperti hati satu orang, mereka semua bertasbih
kepada Allah pagi dan sore.”
5. Hadits al-Miqdam Ibn Ma’di Karib Rodiallohu `anhu :
« لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سَبْعُ خِصَالٍ: يُغْفَرُ
لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَىٰ مَقْعَدَهُ مِنَ
الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّىٰ حُلَّةَ الإِيمَانِ، وَيُزَوجُ اثْنَيْنِ
وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى
رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا
وَمَا فِيهَا، وَيَشْفَعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَاناً مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ »
“Orang yang mati syahid memiliki 7 [yang benar 8]
keistimewaan di sisi Allah: (1) diampuni dosanya di awal kucuran
darahnya, (2) melihat tempat duduknya dari surga, (3) dihiasi dengan
perhiasan iman, (4) dinikahkan dengan 72 bidadari surga, (5) diamankan
dari adzab kubur, (6) aman dari goncangan dahsyat di hari qiamat, (7)
diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan; satu permata dari
padanya lebih baik dari pada dunia seisinya, (8) memberi syafaat kepada
70 orang dari kerabatnya.” (Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi. Silsilah
al-Shahihah: 3213, Shahih al-Jami’: 5182)
6. Hadits Mu’adz ibn Anas Rodiallohu `anhu ;
« مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّه سُبْحَانَهُ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلائِقِ حَتَّى
يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعينِ مَا شَاءَ ».
Barangsiapa mampu menahan amarah padahal ia mampu untuk
melampiaskannya, maka Allah memanggilnya di hadapan para makhluk hingga
Dia memberikan hak untuk memilih yang ia suka dari bidadari.” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits hasan. Lihat Shahih al-Jami’: 6518)
7. Hadits Mu’adz t;
« لاَ تُؤْذِي امْرَأةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا. إِلاَّ
قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ: لاَ تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ
الله، فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَك دَخِيلٌ يُوشِكَ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا
»
“Tidak ada seorang isteri yang menyakiti suaminya di
dunia melainkan bidadari yang menjadi pasangannya berkata: “Jangan
engkau sakiti dia -semoga Allah melaknatmu- sesungguhnya ia hanyalah
bertamu (di rumahmu), hampir saja ia berpisah meninggalkanmu menuju
kami.” (Shahih al-Jami’: 7192)
Imam Ibnul Qoyyim berkata:
“Jika anda bertanya tentang mempelai wanita dan
istri-istri penduduk surga, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang
montok dan sebaya. Pada diri mereka mengalir darah muda, pipi mereka
halus dan segar bagaikan bunga dan apel, dada mereka kencang dan bundar
bagai delima, gigi mereka bagaikan intan mutu manikam, keindahan dan
kelembutan mereka selalu menjadi kerubutan.
Elok wajahnya bagaikan terangnya matahari, kilauan cahaya
terpancar dari gigi-giginya dikala tersenyum. Jika anda dapatkan
cintanya, maka katakan semau anda tentang dua cinta yang bertaut. Jika
anda mengajaknya berbincang (tentu anda begitu berbunga), bagaimana pula
rasanya jika pembicaraan itu antara dua kekasih (yang penuh rayu, canda
dan pujian). Keindahan wajahnya terlihat sepenuh pipi, seakan-akan anda
melihat ke cermin yang bersih mengkilat (maksudnya, menggambarkan
persamaan antara keindahan paras bidadari dengan cermin yang bersih
berkilau setelah dicuci dan dibersihkan, sehingga tampak jelas keindahan
dan kecantikan). Bagian dalam betisnya bisa terlihat dari luar, seakan
tidak terhalangi oleh kulit, tulang maupun perhiasannya.
Andaikan ia tampil (muncul) di dunia, niscaya seisi bumi
dari barat hingga timur akan mencium wanginya, dan setiap lisan makhluk
hidup akan mengucapkan tahlil, tasbih, dan takbir karena terperangah dan
terpesona. Dan niscaya antara dua ufuk akan menjadi indah berseri
berhias dengannya. Setiap mata akan menjadi buta, sinar mentari akan
pudar sebagaimana matahari mengalahkan sinar bintang. Pasti semua yang
melihatnya di seluruh muka bumi akan beriman kepada Allah Yang Maha
hidup lagi Maha Qayyum (Tegak lagi Menegakkan). Kerudung di kepalanya
lebih baik daripada dunia seisinya. Hasratnya terhadap suami melebihi
semua keinginan dan cita-citanya. Tiada hari berlalu melainkan akan
semakin menambah keindahan dan kecantikan dirinya. Tiada jarak yang
ditempuh melainkan semakin menambah rasa cinta dan hasratnya. Bidadari
adalah gadis yang dibebaskan dari kehamilan, melahirkan, haidh dan
nifas, disucikan dari ingus, ludah, air seni, dan air tinja, serta semua
kotoran.
Masa remajanya tidak akan sirna, keindahan pakaiannya
tidak akan usang, kecantikannya tidak akan memudar, hasrat dan nafsunya
tidak akan melemah, pandangan matanya hanya tertuju kepada suami,
sekali-kali tidak menginginkan yang lain. Begitu pula suami akan selalu
tertuju padanya. Bidadarinya adalah puncak dari angan-angan dan
nafsunya. Jika ia melihat kepadanya, maka bidadarinya akan membahagiakan
dirinya. Jika ia minta kepadanya pasti akan dituruti. Apabila ia tidak
di tempat, maka ia akan menjaganya. Suaminya senantiasa dalam dirinya,
di manapun berada. Suaminya adalah puncak dari angan-angan dan rasa
damainya.
Di samping itu, bidadari ini tidak pernah dijamah
sebelumnya, baik oleh bangsa manusia maupun bangsa jin. Setiap kali
suami memandangnya maka rasa senang dan suka cita akan memenuhi rongga
dadanya. Setiap kali ia ajak bicara maka keindahan intan mutu manikam
akan memenuhi pendengarannya. Jika ia muncul maka seisi istana dan tiap
kamar di dalamnya akan dipenuhi cahaya.
Jika anda bertanya tentang usianya, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya dan sedang ranum-ranumnya.
Jika anda bertanya tentang keelokan wajahnya, maka apakah anda telah melihat eloknya matahari dan bulan?!
Jika anda bertanya tentang hitam matanya, maka ia adalah
sebaik-baik yang anda saksikan, mata yang putih bersih dengan bulatan
hitam bola mata yang begitu pekat menawan.
Jika anda bertanya tentang bentuk fisiknya, maka apakah
anda pernah melihat ranting pohon yang paling indah yang pernah anda
temukan?
Jika anda bertanya tentang warna kulitnya, maka cerahnya bagaikan batu rubi dan marjan.
Jika anda bertanya tentang elok budinya, maka mereka
adalah gadis-gadis yang sangat baik penuh kebajikan, yang menggabungkan
antara keindahan wajah dan kesopanan. Maka merekapun dianugerahi
kecantikan luar dan dalam. Mereka adalah kebahagiaan jiwa dan penghias
mata.
Jika anda bertanya tentang baiknya pergaulan dan
pelayanan mereka, maka tidak ada lagi kelezatan selainnya. Mereka adalah
gadis-gadis yang sangat dicintai suami karena kebaktian dan
pelayanannya yang paripurna, yang hidup seirama dengan suami penuh
pesona harmoni dan asmara .
Apa yang anda katakan apabila seorang gadis tertawa di
depan suaminya maka sorga yang indah itu menjadi bersinar? Apabila ia
berpindah dari satu istana ke istana lainnya, anda akan mengatakan: “Ini
matahari yang berpindah-pindah di antara garis edarnya.” Apabila ia
bercanda, kejar mengejar dengan suami, duhai… alangkah indahnya…!! (dari
kitab Hadil Arwah Ila Biladil Afrah (h.359-360) (Faiz)*
oleh: Abu Hamzah & Abu Salma
Sumber: Sifat-sifat Bidadari Surga, Majalah Qiblati edisi 1 th III
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama