Syiah : Emang lu kenape?, kemarin-kemarin kurang bahagia?
Aswaja : Kagak gitu bro, hari ini gua ngerayain hari maulid Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gua sangat gembira dengan hari lahirnya
nabi
Syi’ah : Kalau gua …..gua sangat sedih pas hari 10 Muharram lalu….hik hik hik…jadi nangis gua ngingatnya…hik
Aswaja : Emang kenapa lu nangis??!
Syi’ah : Soalnya hari itu hari terbunuhnya Husain bin Ali bin Abi
Tholib, kami kerukunan warga syi’ah memperingati hari tersebut dengan
hari ratapan. Bahkan sebagian kami sampai memukulkan pedang di tubuh
kami sehingga mengeluarkan darah.
Aswaja : Loh…lu lu kok pada ngeri buanget sih…sampai acara melukai
tubuh segala. Emang itu disyari’atkan?, setahu ku aswaja tidak
melakukannya.
Syi’ah : Jelas sangat disyari’atkan…., bukankah kalian keluarga
aswaja juga sangat cinta kepada Husain?, apakah kalian tidak bersedih
dengan terbunuhnya Husain secara tragis pada tanggal 10 Muharrom?
Aswaja : Iya ….kami jelas sangat cinta pada Husain…tapikan acara seperti yang kalian lakukan itu tidak ada syari’atnya??
Syi’ah : Justru sangat disyari’atkan sebagai bentuk bela sungkawa dan
turut berduka cita atas kematian Husain. Sekali lagi…kalau kalian
mengaku cinta kepada Husain mestinya lu lu pade semuanya juga ikut
berpartisipasi meramaikan acara kami. Kalau kalian tidak ikut
berpartisipasi maka pengakuan kalian mencintai Husain hanyalah OMONG
KOSONG BELAKA !!!!
Aswaja : Kok bisa begitu???, Kan Para sahabat tidak pernah
melakukannya?, kan Nabi tidak pernah menganjurkannya??, kan tidak pernah
dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu !!!
Syi’ah : Meskipun tidak pernah dicontohkan Nabi tapi kan yang penting
baik?? Bisa menambah kecintaan kita kepada cucu Nabi yaitu Husain !!!.
Loh kalian juga kenapa ngadain acara mauludan? Wong Nabi juga tidak
pernah ngadain mauludan?
Aswaja : Memang sih…tapi kan itu baik sekali?, acara mauludan kan bisa menambahkan kecintaan kepada Nabi?
Syi’ah : Lah sama saja dengan kita-kita dong….wong kita juga ngadain
acara ratapan pada 10 Muharrom kan juga menambahkan rasa cinta kepada
Husain
Aswaja : Tapi cara kalian buruk, pake acara mukul-mukul badan segala?, sampai darah lagi?
Syi’ah : loh…buruk itu menurut lu…menurut gua sangat baik…justru
dengan seperti itu semakin mendalam kecintaan kami kepada Husain…semakin
kami merasakan derita yang dirasakan Husain dan keluarganya.
Loh kalian juga merayakan maulud Nabi, kan itu buruk, karena harus mengeluarkan biaya, kadang campur laki-laki perempuan, dll?
Aswaja : loh itu buruk menurut lu pade, tapi menurut kami justru itu
sebagai indikasi dan barometer rasa kecintaan kepada kanjeng Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syi’ah : Wah kita kagak usah ribut deh…kita ternyata sama loh….
Aswaja : Sama apaan?
Syi’ah : Banyak kesamaan kita :
- Pertama : Acara mauludan dan acara ratapan 10 Muharam sama-sama tidak ada contohnya dari Nabi.
- Kedua : Acara perayaan ini sama-sama dibangun karena rasa cinta kepada Nabi atau kepada Husain.
- Ketiga : acara ini sama-sama mendatangkan kebaikan,
meskipun kebaikannya sih bersifat relatif. Yang penting sih baik menurut
masing-masing yang merayakannya.
Aswaja : Betul betul betul…tapi….tuh orang-orang wahabi ngatain acara-acara kita ini acara bid’ah??
Syi’ah : Biarin aja mereka-mereka kaum wahabi…toh bid’ah kita kan bid’ah hasanah
Aswaja : Betul…betul…betul…ternyata kita sepakat dalam perkara yang
sangat penting, yaitu semua perkara yang kita anggap baik (meskipun
dianggap jelek oleh orang/pihak) lain, serta meskipun tidak pernah
dilakukan dan dianjurkan oleh Nabi maka itu adalah bid’ah hasanah sangat
dianjurkan.
WAHABI : Wahai akhi aswaja…tidakkah lu tahu bahwasanya mauludan itu mengakibatkan banyak kemudhorotan??!, diantaranya :
- Pertama : Tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam masih diperselisihkan, akan tetapi hampir merupakan kesepakatan
para ulama bahwasanya Nabi meninggal pada tanggal 12 Rabi’ul awwal. Oleh
karenanya pada hekekatnya perayaan dan bersenang-senang pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal merupakan perayaan dan bersenang-senang dengan kematian
Nabi
- Kedua : Acara perayaan kelahiran Nabi pada hakekatnya
tasyabbuh (meniru-niru) perayaan hari kelahiran Nabi Isa yang dilakukan
oleh kaum Nashrani. Padahal Nabi bersabda مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ “Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk kaum
tersebut”
- Ketiga : Kelaziman dari diperbolehkannya merayakan hari
kelahiran Nabi adalah diperbolehkan pula merayakan hari kelahiran
Nabi-Nabi yang lain, diantaranya merayakan hari kelahiran Nabi Isa. Jika
perkaranya demikian maka sangat dianjurkan bahkan disunnahkan bagi kaum
muslimin untuk turut merayakan hari natal bersama kaum Nashrani
- Keempat : Bukankah dalam perayaan maulid Nabi terkadang
terdapat kemungkaran, seperti ikhtilat antara para wanita dan lelaki?,
bahkan di sebagian Negara dilaksanakan acara joget dengan menggunakan
music?, bahkan juga dalam sebagian acara maulid ada nilai khurofatnya
dimana sebagian orang meyakini bahwa Nabi ikut hadir dalam acara
tersebut, sehingga ada acara berdiri menyambut kedatangan Nabi. Bahkan
dalam sebagian acara maulid dilantunkan syai’ir-sya’ir pujian kepada
Nabi yang terkadang berlebih-lebihan dan mengandung unsur kesyirikan
- Kelima : Acara perayaan maulid Nabi ini dijadikan sarana
oleh para pelaku maksiat untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Nabi.
Sehingga tidak jarang acara perayaan maulid Nabi didukung oleh para
artis –yang suka membuka aurot mereka-, dan juga dihadiri oleh para
pelaku maksiat. Karena mereka menemukan sarana untuk menunjukkan rasa
cinta mereka kepada Nabi yang sesuai dengan selera mereka. Akhirnya
sunnah-sunnah Nabi yang asli yang prakteknya merupakan bukti kecintaan
yang hakiki kepada Nabipun ditinggalkan oleh mereka. Jika diadakan
perayaan maulid Nabi di malam hari maka pada pagi harinya tatkala sholat
subuh maka mesjidpun sepi. Hal ini mirip dengan perayaan isroo mi’rooj
yang dilakukan dalam rangka mengingat kembali hikmah dari isroo mi’rooj
Nabi adalah untuk menerima perintah sholat lima waktu. Akan tetapi
kenyataannya betapa banyak orang yang melaksanakan perayaan isroo’
mi’rooj yang tidak mengagungkan sholat lima waktu, bahkan tidak sholat
sama sekali. Demikian juga perayaan nuzuulul qur’an adalah untuk
memperingati hari turunnya Al-Qur’aan akan tetapi kenyataannya betapa
banyak orang yang semangat melakukan acara nuzulul qur’an ternyata tidak
perhatian dengan Al-Qur’an, tidak berusaha menghapal Al-Qur’an, bahkan
yang dihafalkan adalah lagu-lagu dan musik-musik yang merupakan seruling
syaitan
- Keenam : Kelaziman dari dibolehkannya perayaan maulid Nabi
maka berarti dibolehkan juga perayaan-perayaan yang lain seperti
perayaan isroo’ mi’rooj, perayaan nuzuulul qur’aan dan yang lainnya. Dan
hal ini tentu akan membuka peluang untuk merayakan acara-acara yang
lain, seperti perayaan hari perang badr, acara memperingati hari perang
Uhud, perang Khondaq, acara memperingati Hijrohnya Nabi, acara
memperingati hari Fathu Mekah, acara memperingati hari dibangunnya
mesjid Quba, dan acara-acara peringatan yang lainnya. Hal ini tentu akan
sangat menyibukkan kaum muslimin.
Adapun anda akhi syi’ah tahukah anda bahwa perbuatan anda meratapi
hari kematian Husain itu mengandung kemudhorotan, diantaranya :
- Pertama : Hal ini bertentangan dengan al-quran dan
hadits-hadits Nabi yang memerintahkan kita untuk bersabar tatkala
menghadapi musibah dan menyerahkan semuanya kepada Allah.
- Kedua : Juga bertentangan dengan hadits-hadits yang
melarang merobek-robek baju dan menampar-nampar pipi tatkala terjadi
musibah
- Ketiga : Acara seperti ini bertentangan dengan sunnah Nabi
yang menganjurkan kita untuk berpuasa pada tanggal 10 muharrom
- Keempat : Metode seperti ini menjadikan kaum non muslim
semakin benci dan antipati kepada Islam jika Islam modelnya seperti ini
Syi’ah & Aswaja (kompak) : Waaah itu buruk menurut kamu wahai
bang wahabi…menurut kami kerukunan warga aswaja mauludan itu baik dan
menurut syi’ah acara 10 muharrom itu baik
Wahabi : Kalau begitu yang menjadikan patokan untuk menentukan baik
buruknya perkara siapa dong?. Bukankah aswaja memandang acara
memukul-mukul tubuh pada 10 muharrom itu merupakan perkara yang buruk.
Syi’ah : Yaaa… masing-masing berjalan menurut perasaannya !!!
Wahabi : Kalau tidak ada yang menjadi patokan untuk menentukan
kebaikan maka seluruh kelompok sesat dalam barisan kaum muslimin harus
kita terima, karena setiap kelompok memandang baik bid’ah yang mereka
ada-adakan. Thoriqoh At-Tijaaniyah, memandang thoriqoh merekalah yang
terbaik…, toriqoh As-Syadziliyah Al-Qoodiriyah yang beribadah sambil
joget juga memandang bid’ah mereka yang terbaik? (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=E0nKMIHA0kA&feature=player_embedded), wihdatul wujud memandang aqidah merekalah yang terbaik…, bahkan Ahmadiah memandang bid’ah mereka di atas kebaikan.
Terus kaum wahabi yang kalian anggap sesat juga memandang apa yang
mereka dakwahkan (mengembalikan kaum muslimin kepada pemahaman para
sahabat) adalah yang terbaik. Jika masing berhak menentukan penilaian
baik maka semua kelompok dan sekte agama adalah baik. Padahal
kelompok-kelompok tersebut saling berseteru. Maka membenarkan semua
bid’ah hasanah mereka melazimkan berkumpulnya dua hal yang saling
bertentangan…Seperti berkumpulnya timur dan barat, utara dan selatan
!!.
Bukankah Aswaja menganggap sikap syi’ah yang mengkafirkan para sahabat merupakan bid’ah yang buruk??!!
Aswaja : Yaa itu benar…mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat adalah bid’ah yang buruk dan tercela..
Syi’ah : Tunggu dulu akhi aswaja…itu sih menurutmu, adapun menurut
kami kerukunan warga Syi’ah maka mengkafirkan para sahabat merupakan
bid’ah hasanah, karena mengkafirkan para sahabat Nabi merupakan bentuk
pembelaan dan kecintaan kepada Ahlul Bait, pembelaan kepada Ali bin Abi
Tholib dan keturunannya yang berhak memegang tampuk kepemimpinan. Hanya
saja Abu Bakar dan Umar tamak dan rakus terhadap kepemimpinan dan telah
berkhianat terhadap washiat Rasulullah !!!.
Syi’ah : akhi aswaja…saya harap anda menghormati pendapat dan aqidah
kami kerukunan warga syi’ah yang mengkafirkan para sahabat. Bukankah
para pimpinan kalian juga toleransi dengan aqidah kami ini??. Jangankan
toleransi terhadap kami warga syi’ah…bukankah para pemimpin kalian juga
toleransi terhadap kaum nasharani yang merayakan hari kelahiran Tuhan
mereka??, jangan lupa ini akhi aswaja !!!
Aswaja : iya..iyaa..betul..betul…hampir-hampir aku terhasut oleh tipuan si bang wahabi !!! salam sejahtera wahai akhi syi’ah.
Wahabi : Akhi aswaja…jangan lupa mereka warga syi’ah juga memiliki
perayaan-perayaan yang lain, mereka juga merayakan hari meninggalnya ibu
kita Aisyah radhiallahu ‘anhaa dengan menyatakan bahwa Aisyah seorang
pezina…Aisyah masuk neraka…?? (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=yRyqscRd6aY&feature=related),
apakah engkau tidak marah dengan sikap mereka itu??. Jangan lupa juga
akhi aswaja…mereka kaum syiah juga merayakan hari meninggalnya Umar bin
Al-Khottoob radhiallahu ‘anhu, mereka gembira dengan wafatnya Umar,
bahkan mereka memuja-muja Abu Lu’lu’ yang telah membunuh Umar? (lihat : http://www.alserdaab.org/articles.aspx?article_no=732), apakah engkau sebagai anggota kerukunan warga aswaja masih menghormati pendapat syi’ah??
Aswaja : Wah…gua bingung jadinya…
Syi’ah : Akhi Aswaja…jangan kau terpedaya dengan igauan bang wahabi…,
perayaan-perayaan tersebut menurut kami adalah bid’ah hasanah. Ingatlah
kesamaan kita banyak…ingat kita harus toleransi…ingat bahwa wahabi
adalah musuh kita bersama !!!!
Aswaja : Ya..ya.. akhi syi’ah..bagaimanapun kita sama…dan banyak
samanya…terutama dalam masalah bid’ah hasanah…. Syukron atas
peringatannya….kita harus bersepakat untuk memusuhi wahabi…sekali lagi
kita harus bersepakat. Jangan sampai kita termakan hasutan para wahabi
!!!
Wahabi : Yaa sudah kalau begitu….semoga Allah memberi hidayah kepada kalian suatu hari. Aaamiiin
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama