Wawancara Salah Satu Admin PPMB dengan Pelajar dari Thailand
Ini merupakan wawancara saya dengan salah satu pelajar bercadar dari
Negara Thailand. Mahasiswi di salah satu jami’ah (universitas) di Sudan
ini akrab disapa Nuha. Saya lihat hijabnya paling sempurna di antara
teman-temannya dari Thailand. Kenapa saya katakana demikian, karena
hijabnya memenuhi syarat hijab dalam Islam. Karena itu, saya tertarik
untuk mewawancarainya. Berhubung saya tidak bisa bahasa Thailand dan
ukhtuna Nuha tidak bisa bahasa Indonesia,saya memutuskan mewawancarainya
dengan bahasa arab. Berikut adalah terjemahan wawancara saya dalam
bahasa Indonesia.
Admin : Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Nuha : Wa’alaykumussalam warohmatullahi wabarakatuh
Admin : Yaa ukhtana, Bagaimana kabar anti?
Nuha : Alhamdulillah baik. Tamaan jiddan. Dan bagaimana anti?
Admin : Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Bolehkan saya bertanya pada anti tentang hijab?
Nuha : Yaa,,Silahkan.
Admin : Apakah di Negara Thailand banyak yang memakai cadar atau tidak ?
Nuha : Sedikit diantara kami yang bercadar. Tetapi di Patani (salah
satu nama kota di Thailand) lebih banyak yang bercadar daripada di
daerah tempat tinggal saya.
Admin : Bisa ceritakan bagaimana anti bisa berhijab dan berniqob ?
Nuha : Awalnya saya orang yang awam masalah agama. saya memang
beragama Islam tetapi hanya sebatas pengakuan di mulut saja. Yang saya
ketahui Islam itu hanya sholat dan membaca Qur’an saja. Setelah lulus
dari SMA negeri di Thailand, saya melanjutkan kuliyah di Bangkok (nama
ibukota Thailand). Ya sama seperti kondisi bangku perkuliyahan umumnya.
Campur antara laki-laki dan perempuan, mahasiswinya berpakaian ketat,
pacaran, dll. Namun ada hal yang membuat saya tertarik yaitu saya punya
kakak tingkat ia memakai cadar. Hanya satu orang tersebut yaitu kakak
tingkat saya yang bercadar. Karena ia bercadar, tak seorangpun mau
ngobrol dengannya. Mahasiswa laki-lakipun menjauhinya seakan merasa
jijik padanya. Rasa penasaran saya padanya semakin kuat, akhirnya saya
beranikan diri berkenalan dan bertanya kepadanya mengapa ia
bercadar, apakah hukum cadar dalam islam, apakah istri rasulullah juga
bercadar, dll.. Segudang pertanyaan pun saya ajukan padanya. Subhanallah
saya terkejut mendengar semua penjelasannya.
Admin : Kenapa anda terkejut mendengar penjelasannya?
Nuha : Setelah mendengar penjelasannya ternyata Islam bukan hanya
sekedar sholat dan membaca Al-qur’an. Saya kanget ternyata hijab itu
bukan hanya kerudung-kerudung saja. Tetapi hijab itu menutupi seluruh
tubuh tanpa terkecuali. Adapun mata tidak ditutup tidak mengapa karena
digunakan untuk berjalan. Kalaupun ditutuppun tidak mengapa.
Saya semakin gigit jari ketika tau bahwasanya wanita-wanita pada zaman
Rasulullahpun berhijab yakni menutup semua tubuhnya termasuk wajah dan
telapak tangan. Inilah haditsnya : Asma’ binti Abi Bakar berkata: “Kami
menutupi wajah kami dari laki-laki, dan kami menyisiri rambut sebelum
itu di saat ihram.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata:
“Shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim”, dan disepakati oleh
Adz-Dzahabi.
Ini menunjukkan bahwa menutup wajah wanita sudah merupakan kebiasaan
para wanita sahabat. (Lihat Hirasah Al-Fadhilah, hal 68-69, karya Syaikh
Bakar bin Abu Zaid, penerbit Darul ‘Ashimah).
Saya merasakan betapa jauhnya saya dari Allah. Untuk apa hidup saya ini
kalau bukan untuk taat kepada-Nya? Lalu kenapa saya tidak melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Kenapa saya tidak bercadar?
Kenapa saya tidak belajar aqidah, fiqih, hadits, tafsir, dll sehingga
saya tau mana yang merupakan perintah Allah dan mana larangan-Nya?
Karena kebodohan saya,dunia saya menjadi sempit.
Admin : Apakah setelah kejadian itu anti mulai bercadar dan menutup aurat secara sempurna?
Nuha : Saat itu saya memiliki azzam untuk berhijab secara kaffah.
Namun ketika saya bertanya kepada orang tua, umi saya melarang keras
cadar,jilbab besar. Umi saya melarang karena permasalahan dunia, takut
tidak selesai kuliyah,tidak dapat kerjaan, takut dikeluarkan dari tempat
kuliyah,takut tidak ada laki-laki yang mau meminang saya,dll. Saya
hanya bisa menangis merasakan betapa susahnya untuk berhijab secara
syar’i. Dalam setiap sujud saya, saya selalu mengadu dan mengeluh pada
Allah.
Kuatnya keinginan saya, membuat saya memberanikan diri bercadar. Tanpa
sepengetahuan orang tua saya, saya sudah mulai memakai cadar saat
dibangku kuliyah dan saat pergi-pergi. Namun ketika saya dirumah dan
dilingkungan sekitar rumah, saya tidak berani memakainya karena takut
pada umi. Lama-kelamaan, akhirnya umi tahu juga bahwasanya saya
bercadar. Umi marah mengetahuinya. Di bangku kuliyahpun perlawanan dari
para dosen, dan teman-temanpun semakin kuat. Karena saya memakai cadar,
kerap kali saya di usir dan tidak boleh ikut mata kuliyah. Hal itu
semakin berat bagi saya, karena kakak tingkat saya yang mengajari cadar
kini ia sudah lulus kuliyah. Saya seorang diri disitu. Di dalam
kesendirian saya, saya berfikir, berarti kakak tingkat saya juga
merasakan apa yang saya alami dikarenakan cadar. Dikarenakan
melaksanakan salah satu Syari’at Allah.
Admin : Selanjutnya bagaimana kuliyah anti?
Nuha : Hati saya sudah sesak dengan berbagai ujian setelah saya
bercadar, namun saya berusaha kuat. Saya berusaha tegar. Saya bersabar
hingga saya lulus kuliyah. Alhamdulillah, saya bisa menjalaninya hingga
lulus kuliyah. Perasaan saya bagaikan kupu-kupu beterbangan bebas di
angkasa setelah lulus dari kuliyah. Bebas dan lepas, begitulah perasaan
saya. Setelah selesai kuliyah saya memutuskan belajar bahasa arab di
Negara saya. Setelah belajar bahasa arab di Thailand, saya ingin ke
daerah timur tengah untuk menimba ilmu disana.. Setelah saya selesai
belajar bahasa arab di Thailand, Alhamdulillah Allah mengizinkan saya
menghirup udara di Sudan. Di Sudan, kini saya bisa belajar agama lebih
banyak. Betapa besar nikmat Allah, kini keluarga saya di Thailand mulai
faham tentang agama. Adik laki-laki sayapun kini telah memulai belajar
agama dari masyayikh (jamak dari kata syaikh,disebut juga guru/ustadz)
di Sudan.
Admin : Subhanallah,,luar biasa. Jazakillah khairan jaza’ atas pengalamannya.
Nuha : Wa iyyaki.
Admin : Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarakatuh
Nuha : Wa’alaykumussalam warohmatullahi wabarakatuh
Sumber: facebook.com
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama