TAK SEORANGPUN SEMPURNA DALAM HIDUP INI
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa
mereka benar meskipun terbukti salah Bila kita mengisi hati kita dengan
penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tak
memiliki hari ini untuk kita syukuri.
Pikiran yang terbuka dan mulut yang
tertutup, merupakan suatu kombinasi kebahagiaan. Semakin banyak Anda
berbicara tentang diri sendiri, semakin banyak pula kemungkinan untuk
Anda berbohong.
Allah SWT berfirman,“Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan pemisahkan yang hak dari yang batil”. (QS.Al-Baqarah:186)
Jika Anda tidak bisa menjadi orang pandai,
jadilah orang yang baik.
jadilah orang yang baik.
- Iri hati yang ditunjukan kepada seseorang akan melukai diri sendiri. Anda cuma bisa hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika anda hidup dengan benar,sekali saja sudah cukup.
- Kenangan indah masa lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diingat-ingat.
- Rasa takut bukanlah untuk dinikmati, tetapi untuk dihadapi.
- Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan.
- Buka mata kita lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kita setengah terpejam sesudahnya
- Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya
- Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
- Semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosan kan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.
- Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat.
- Sesungguhnya sebagian perkataan itu ada yang lebih keras dari batu,lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam dan lebih panas daripada bara.
- Sesungguhnya hati adalah ladang,maka tanamkanlah ia dengan perkataan yang baik karena jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik) niscaya tumbuh sebagiannya.
- Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu.
- Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab.
- Tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal. Tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut.
Menuju Kesempurnaan IMAN
Allah menurunkan Qur’an sebagai panduan bagi manusia. Menjalani hidup dengan “akhlak Qur’an” dalam pengertiannya yang sejati hanya mungkin melalui menjalankan semua yang diperintahkan dalam ayat-ayat ini.
Ada sebagian orang yang gagal melihat
kenyataan ini, dan memperhatikan seksama penaatan sebagian perintah
Qur’an sambil mengabaikan sebagian lainnya.
Mereka melakukan sebentuk pemujaan kepada
surah, namun gagal menunjukkan kesempurnaan akhlak yang digambarkan
gamblang oleh Allah dalam Qur’an.
Menurut orang-orang seperti mereka, hanya mengatakan “Aku beriman kepada Allah” sudah memadai. Akan tetapi, dalam Qur’an, Allah memperingatkan manusia terhadap nalar ini:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-Ankabut, 29: 2)
Ayat ini membuat jelas bahwa, sebagaimana
apa yang diakuinya, cara bertindak seorang mukmin harus juga
membuktikan ia sungguh-sungguh hidup mencari rida Allah. Yakni, ia harus
menunjukkan akhlak yang ia harapkan menyenangkanNya.
Demikianlah cara menjadi mukmin sejati.
Upaya tulus memperlihatkan nilai-nilai yang menyenangkan Allah merupakan
syarat tunggal ketulusan seseorang.
True believer = mukmin sejati; pilihan lebih baik daripada mukmin yang “saleh”,
sebab “saleh” telah tercemar / terdegradasi hanya mencakup praktik
fisik. Silakan penyunting memilih jika berkeyakinan “saleh” masih tetap
dalam makna aslinya.
Ada kesalahan pemikiran yang umum di
kalangan manusia tentang hal ini. Sebagian besar orang percaya bahwa
menunjukkan nilai-nilai Qur’an adalah sifat mulia khusus para nabi dan
mukmin dengan kesempurnaan akhlak yang dicontohkan dalam buku ini. Itu
sama sekali tidak benar.
Hidup mereka dicontohkan dalam Qur’an
sehingga manusia bisa menganut nilai-nilai yang sama dan mengikuti
langkah-langkah mereka. Dengan cara ini, Allah menyerukan segenap mukmin
agar menaati perintah Qur’an dan hidup berhati-hati dengan azas-azas
Islam.
Jika tulus mengikuti suara nuraninya dan
berjuang demi tujuan agama, seseorang dapat hidup dengan nilai-nilai
Qur’an sama seperti mukmin sejati sebagaimana dilukiskan dalam ayat-ayat
Qur’an. Satu ayat berbunyi:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiridan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS Fathir, 35: 32)
Sebagaimana dikatakan ayat di atas,
sebagian orang mungkin gagal mengikuti jalan ke mana Allah mengundang
mereka dan karena itu menderita kerugian, atau sebagian menjadi pelopor
dalam penyempurnaan akhlak dan berharap akan keselamatan.
Mukmin yang beriman teguh berjuang meraih
tingkat tertinggi kesempurnaan akhlak yang ia mampu. Ia mengetahui ia
dapat menyenangkan Allah dan meraih kasih dan ridaNya hanya dengan cara
ini.
Inilah sebenarnya tujuan keberadaannya di
bumi; agar mampu meraih rida Allah dan izinNya melalui penghormatan
sepantasnya kepadaNya.
Setiap orang bertanggung jawab
mencita-citakan kesempurnaan akhlak dan berjuang mengarah ke sasaran
itu. Tiada batas yang menghalangi upaya mulia manusia yang sedemikian.
Setiap mukmin yang beriman mendalam kepada Allah dan tulus berupaya
lebih mendekat kepadaNya dapat menunjukkan kesempurnaan akhlak ini dan
karena itu meraih “kedewasaan iman”.
Salah satu maksud buku ini adalah mengartikan “iman yang sempurna”
yang dapat diraih orang melalui keberpalingan kepada Allah untuk setiap
perbuatan, berjuang meraih rida dan persahabatan Allah dan menunjukkan
kesempurnaan akhlak dalam semua keadaan.
Maksud lainnya adalah membuat jelas bahwa
tak sesuatu pun menghalangi manusia dari meraih kesempurnaan akhlak
yang diperlihatkan para nabi, dengan syarat ia takut dan hormat tidak
kepada siapa pun selain Allah dan tulus berjuang demi tujuanNya.
Di atas segalanya, niat dalam menulis buku ini adalah menekankan bahwa menjalankan upaya “tulus”
untuk meraih hari kemudian merupakan tindakan terpuji di mata Allah.
Dalam satu ayat, Allah mengatakan yang berikut mengenai hal ini:
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS Al-Isra, 17: 19)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama