“…Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya sudah terbuka, berkatalah penjaga-penjaganya, ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian, berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini sedang kalian kekal didalamnya’.” (QS. Az-Zumar: 73)
Bagi orang mukmin yang bertakwa disediakan oleh Allah swt. yang Maha Besar sebuah surga berisi segala bentuk kenikmatan. Surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya masyhur dikenal sebagai sesuatu yang tak pernah dilihat oleh mata, didengar telinga atau terlintas di hati manusia seperti kita. Suatu tempat yang sangat spesial, unik dan otentik, yang merupakan rahasia Allah atas makhluk-Nya yang bertakwa.
Sebagaimana diberitakan al-Qur’an, surga memiliki pintu-pintu. Lewat
pintu-pintu itulah orang mukmin dari zaman awal hingga zaman akhir, juga
Nabi Muhammad saw. beserta umatnya akan berbondong-bondong masuk. Allah
berfirman dalam surat Shad, ayat 49-50, “Ini adalah kehormatan
(bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa
benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga 'Adn
yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.”
Al-Qur’an menceritakan bahwa pintu-pintu surga akan dibuka bilamana
orang-orang mukmin telah sampai di sana. Malaikat-malaikat yang
menjaganya akan menyambut mereka seraya menyerukan salam kesejahteraan
dan kedamaian bagi orang-orang yang memang berhak atas nikmat surga itu.
“Kesejahteraan dilimpahkan atas kalian, berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini sedang kalian kekal di dalamnya,” ujar para malaikat sebagaimana termaktub dalam ayat ke-73, surat Az-Zumar di atas.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kata “pintu-pintu
yang terbuka” memiliki makna bahwa pintu surga adalah pintu yang
membuat penghuninya dapat leluasa masuk dengan lancar ke dalamnya.
Mereka juga dapat mondar-mandir di dalamnya. Lewat pintu itu pula,
malaikat-malaikat bebas mendatangi mereka dengan membawa hadiah dan
rezeki dari Allah swt. dan apa saja yang menggembirakan mereka. Surat
Ar-Ra’d ayat ke 24 menyebutkan bahwa para malaikat menyabangi penghuni
surga lewat pintu-pintu yang terbuka itu seraya menyerukan salam yang
sangat indah, “Salamun Alaikum bima shabartum.”
Demikianlah pintu-pintu surga yang terbuka yang melambangkan
keridhaan Allah ketika menyambut makhluk-Nya yang ikhlas, yang menghamba
pada-Nya sebagaimana janji yang ditetapkan-Nya. Lalu apa sajakah
pintu-pintu surga itu?
Delapan Pintu dan Amalan Khusus
Penjelasan terperinci mengenai pintu-pintu surga tertuang dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah melalui periwayatan Imam Bukhari dan Muslim.
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa membelanjakan sebagian harta
kekayaannya di jalan Allah swt., ia akan dipanggil dari pintu-pintu
surga dan surga memiliki delapan buah pintu. Orang yang mengerjakan
shalat (secara teratur dan benar) akan dipanggil dari pintu shalat,
orang yang sering bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah, orang
yang berjihad akan dipanggil dari pintu jihad dan orang yang sering
berpuasa secara teratur akan dipanggil dari pintu puasa.”
Abu Bakar lalu bertanya, “Adakah orang yang akan dipanggil dari semua pintu itu, ya Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Ada dan kuharap kau salah satu dari mereka.”
Bisa ditarik kesimpulan bahwa di surga ada pintu-pintu khusus yang
akan dimasuki orang yang memiliki amal khusus dan menonjol dalam
hidupnya. Yang bagus dari segi shalat, meliputi kekhusyuan, kesempurnaan
waktu dan rukunnya serta sering melakukan shalat sunnah, maka dia akan
memasuki surga lewat pintu shalat. Demikian pula yang ahli sedekah akan
masuk lewat pintu sedekah. Seperti juga yang berjihad dan berpuasa.
Untuk pintu puasa, Nabi menambahkan keterangan lewat sabdanya:
"Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satunya sebuah pintu yang disebut dengan "ar-Rayyan".
Tidak memasuki pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa, dan
apabila mereka sudah memasukinya, pintu itu akan dikunci lagi, sehingga
tidak ada yang masuk lewatnya." Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari-Muslim dari Sahal bin Sa’ad.
Kesimpulan yang juga tampak jelas dari hadits-hadits shahih ini
adalah bilangan pintu surga yang berjumlah delapan. Inilah pendapat yang
masyhur di kalangan ulama salaf. Empat pintu di antaranya telah disebut
Nabi saw. Lalu apakah empat pintu yang lain?
Imam Al-Qurthubi dalam Rahasia Kematian Alam Akhirat dan kiamat, mengutip ucapan Qadhi Iyadh yang berujar, “Dalam hadits tadi, yang disebutkan oleh Muslim baru
empat pintu saja. Selebihnya adalah pintu taubat, pintu orang-orang yang
menahan amarah, pintu orang-orang yang ridha, dan pintu kanan tempat
orang yang masuk surga tanpa hisab.”
Mengenai pintu terakhir yang disebut Qadhi Iyadh, yakni pintu tempat
masuk orang yang meraih surga tanpa menjalani hisab terlebih dahulu
mendapat konfirmasinya dari hadits shahih Bukhari-Muslim tentang
syafaat. Hadits itu dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah
berfirman, ‘Hai Muhammad, bawalah masuk orang-orang dari umatmu yang
tidak perlu dihisab ke dalam surga melalui pintu dibagian kanan surga,
sedangkan yang lain dapat masuk dari pintu-pintu yang lain sebagaimana
yang dilakukan oleh para penghuni surga lainnya’.”
Sedang mengenai kepastian pintu-pintu yang lain tak didapat
keterangan lugasnya. Namun, para ulama meyakini bahwa amal kebajikan
manusialah yang menjadi alasan bagi kekhususan pintu-pintu surga itu.
Kebajikan itulah hal utama yang membuat seseorang akan masuk surga lewat
satu pintu atau dapat melalui pintu yang manapun yang dia kehendaki
karena amal perbuatannya memadai untuk lewat di semua pintu surga yang
telah disediakan Allah. Beberapa ulama lain berpendapat bahwa pintu
surga sebenarnya berjumlah banyak.
Luas dan Ciri Pintu Surga
Sebuah hadits dari Abu Hurairah memberitakan mengenai luasnya pintu surga. Hadits yang merupakan riwayat dari Bukhari, Ahmad, dan Abu Uwanah
itu menceritakan bahwa suatu ketika kepada Nabi dihidangkan semangkuk
roti yang dimasak dengan daging. Rasulullah lantas menggigit lengan
kambing pada bagian yang paling digemarinya dan berujar, “Aku adalah
pemimpin manusia pada hari kiamat.” Kata-kata ini diucapkan Nabi
sebanyak dua kali yang ternyata dimaksudkan untuk memancing pertanyaan
dari para sahabat kenapa hal itu bisa terjadi. Nabi yang mulia itu lalu
bercerita bahwa ia datang ke Arsyi, lalu bersujud di hadapan Allah dan
Allah menempatkan dirinya pada tempat yang belum pernah ditempati siapa
pun sebelumnya dan tak akan ditempati siapa pun sesudahnya.
Kemudian Nabi bertanya mengenai umatnya dan Allah pun berfirman, “Wahai Muhammad masukkan umatmu yang tidak dihisab lewat pintu sebelah kanan. Mereka bebas masuk pintu-pintu lainnya.” Kemudian Nabi pun bersabda, “Demi
Muhmmad yang jiwanya ada ditangan-Nya, jarak antara kedua panel daun
pintu surga adalah seperti Mekah dan Hajar atau Hajar dan Mekah.”
Hadits ini menjadi pijakan kuat bagi informasi mengenai luas pintu
surga yang gaib bagi kita itu. Jarak antara Mekah dan Hajar sendiri
diperkirakan berjarak 1160 km. Sedangkan dalam redaksi lain yang juga
diyakini keshahihannya, jarak pintu surga adalah seperti Mekah dan
Basrah, yakni 1250 km.
Di luar penjelasan ini terdapat beberapa hadits yang dianggap lebih lemah semisal hadits riwayat Ahmad dalam Musnad-nya yang ia dengar dari Al-Jariri yang berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Jarak antara dua daun pintu surga adalah empat puluh tahun. Pada suatu hari, ia penuh sesak.” Sementara itu, hadits lain ada yang menyebut luas antara dua daun pintu surga adalah tujuh puluh tahun perjalanan. Waallahu A’lam.
Mengenai ciri-ciri pintu surga didapat penjelasan dari Walid bin Muslim
bahwa pintu-pintu surga itu dapat dilihat oleh manusia. Bagian luar
pintu-pintu surga itu dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat
dilihat dari luar. Menurutnya, pintu surga itu dapat berbicara dan
orang dapat berbicara dengannya. Pintu-pintu surga juga memahami
perkataan seperti, “Bukalah atau tutuplah.”
Ciri pintu surga yang lain adalah memiliki rantai sebagaimana diberitakan Anas bin Malik.
Ia menyebut bahwa Nabi pernah berkata, beliaulah yang pertama kali
memegang rantai pintu surga dan itu merupakan kebanggaan tinggi yang tak
ada kebanggaan lain melebihi itu. Ibnu Uyainah juga menyebut, sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi
bahwa Nabi saw menyebut rantai itu dipegang beliau dan kemudian
digerak-gerakkannya. Demikian sebagaimana ditulis Ibnu a-Qayyim
Al-Jauziyyah dalam Tamasya ke Surga.
Selanjutnya ciri pintu surga dianggap bersesuaian dengan keadaan
surga yang bertingkat-tingkat. Jadi surga yang lebih tinggi memiliki
pintu yang lebih luas dibanding tingkatan surga yang lebih rendah.
Secara logis juga diyakini, jika luas surga bermacam-macam maka luas
pintunya juga bermacam-macam. Waallahu a’lamu bishawab.
Sumber :Efri Aditia Majalah Hidayah
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama