Pasal Ketujuh:
BERINFAK DI JALAN ALLAH
Di antara
kunci-kunci rizki lain adalah berinfak di jalan Allah. Pembahasan
masalah ini –dengan memohon taufik dari Allah– akan saya lakukan melalui
dua poin berikut:
A. Yang dimaksud berinfak.
B. Dalil syar’i bahwa berinfak di jalan Allah adalah termasuk kunci-kunci rizki.
A. Yang Dimaksud Berinfak
Di tengah-tengah menafsirkan firman Allah:
“ Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, niscaya Dia akan menggantinya”. (Saba’: 39).
Syaikh
Ibnu Asyur berkata: “Yang dimaksud dengan infak di sini adalah infak
yang dianjurkan dalam agama. Seperti berinfak kepada orang-orang fakir
dan berinfak di jalan Allah untuk menolong agama.“
B. Dalil Syar’i Bahwa Berinfak di Jalan Allah Adalah Termasuk Kunci Rizki
Ada
beberapa nash dalam Al-Qur’anul Karim dan Al-Hadits Asy-Syarif yang
menunjukkan bahwa orang yang berinfak di jalan Allah akan diganti oleh
Allah di dunia. Di samping, tentunya apa yang disediakan oleh Allah
baginya dari pahala yang besar di akhirat. Di antara dalil-dalil itu
adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah:
" Dan barang apa saja yang
kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki
yang se-baik-baiknya." (Saba’: 39).
Dalam menafsirkan ayat di
atas, Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Betapapun sedikit apa yang kamu
infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang
diper-bolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan
di akhirat engkau akan diberi pahala dan gan-jaran, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits…”
Imam Ar-Razi berkata, “Firman Allah:
‘Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya’,
adalah realisasi dari sabda Nabi : “Tidaklah para hamba berada di pagi
hari….” (Al-Hadits). Yang demikian itu karena Allah adalah Penguasa,
Maha Tinggi dan Maha Kaya. Maka jika Dia berkata: “Nafkahkanlah dan Aku
yang akan menggantinya,’ maka itu sama dengan janji yang pasti ia
tepati. Sebagaimana jika Dia berkata: “Lemparkanlah barangmu ke dalam
laut dan Aku yang menjaminnya.”
Maka, barangsiapa berinfak
berarti dia telah memenuhi syarat untuk mendapatkan ganti. Sebaliknya,
siapa yang ti-dak berinfak maka hartanya akan lenyap dan ia tidak berhak
mendapatkan ganti. Hartanya akan hilang tanpa ganti, arti-nya lenyap
begitu saja.
Yang mengherankan, jika seseorang pedagang mengetahui
bahwa sebagian dari hartanya akan binasa, ia akan menjualnya dengan cara
nasi’ah (pembayaran di belakang), meskipun pembelinya termasuk orang
miskin. Lalu ia ber-kata, hal itu lebih baik daripada pelan-pelan harta
itu binasa. Jika ia tidak menjualnya sampai harta itu binasa maka ia
akan disalahkan. Dan jika ada orang mampu yang menjamin orang miskin
itu, tetapi ia tidak menjualnya (kepada orang tersebut) maka ia disebut
orang gila.
Dan sungguh, hampir setiap orang melakukan hal ini,
tetapi masing-masing tidak menyadari bahwa hal itu mendekati gila.
Sesungguhnya harta kita semuanya pasti akan binasa. Dan menafkahkan
kepada keluarga dan anak-anak adalah berarti memberi pinjaman. Semuanya
itu berada dalam jaminan kuat, yaitu Allah Yang Maha Tinggi. Allah
berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dia pasti
manggantinya.”
Lalu Allah memberi pinjaman kepada setiap orang,
ada yang berupa tanah, kebun, penggilingan, tempat pemandian untuk
berobat atau manfaat tertentu. Sebab setiap orang tentu memiliki
pekerjaan atau tempat yang daripadanya ia mendapatkan harta. Dan semua
itu milik Allah. Di tangan manusia, harta itu adalah pinjaman. Jadi,
seakan-akan ba-rang-barang tersebut adalah jaminan yang diberikan Allah
dari rizkiNya, agar orang tersebut percaya penuh kepadaNya bahwa bila
dia berinfak, Allah pasti akan menggantinya. Tetapi meskipun demikian,
ternyata ia tidak mau berinfak dan membiarkan hartanya lenyap begitu
saja tanpa mendapat pahala dan disyukuri.
Dan sungguh janji
Allah adalah sesuatu yang tegas, yakin, pasti dan tidak ada keraguan
untuk diwujudkannya, wa-laupun tanpa adanya penegasan seperti di atas.
Lalu, bagaimana halnya jika janji itu ditegaskan dengan tiga penegasan?
2. Dalil lain adalah firman Allah:
" Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha
Mengetahui."(Al-Baqarah: 268).
Menafsirkan ayat mulia ini, Ibnu
Abbas berkata: “Dua hal dari Allah, dan dua hal dari setan. “Setan
men-janjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan.” Setan itu
berkata, ‘Jangan kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena
kamu membutuhkannya’. “Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).”
(Dan
dua hal dari Allah adalah), “Allah menjanjikan un-tukmu ampunan
daripadaNya,” yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, “dan karunia”
berupa rizki.
Al-Qadhi Ibnu Athiyah menafsirkan ayat ini berkata:
“Maghfirah (ampunan Allah) adalah janji Allah bahwa Dia akan menutupi
kesalahan segenap hambaNya di dunia dan di akhirat. Sedangkan al-fadhl
(karunia) adalah rizki yang luas di dunia, serta pemberian nikmat di
akhirat, dengan segala apa yang telah dijanjikan Allah .
Imam
Ibnu Qayim Al-Jauziyah dalam menafsirkan ayat yang mulia ini berkata:
“Demikianlah, peringatan setan bah-wa orang yang menginfakkan hartanya,
bisa mengalami ke-fakiran bukanlah suatu bentuk kasih sayang setan
kepa-danya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya. Ada-pun
Allah, maka Ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa
daripadaNya, serta karunia berupa penggantian yang lebih baik daripada
yang ia infakkan, dan ia dilipatgandakan-Nya baik di dunia saja atau di
dunia dan di akhirat.”
3. Dalil lain adalah hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah , Nabi memberitahukan kepadanya:
" Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadamu. "
Allahu
Akbar! Betapa besar jaminan orang yang berinfak di jalan Allah! Betapa
mudah dan gampang jalan mendapatkan rizki! Seorang hamba berinfak di
jalan Allah, lalu Dzat Yang di TanganNya kepemilikan segala sesuatu
memberi-kan infak (rizki) kepadanya. Jika seorang hamba berinfak sesuai
dengan kemampuannya maka Dzat Yang memiliki perbendaharaan langit dan
bumi serta kerajaan segala se-suatu akan memberi infak (rizki) kepadanya
sesuai dengan keagungan, kemuliaan dan kekuasaanNya.
Imam
An-Nawawi berkata: “Firman Allah, ‘Berinfaklah, niscaya Aku berinfak
(memberi rizki) kepadamu’ adalah makna dari firman Allah dalam
Al-Qur’an:
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dia-lah yang akan menggantinya.” (Saba’: 39).
Ayat ini mengandung anjuran untuk berinfak dalam ber-bagai bentuk kebaikan, serta berita gembira bahwa semua itu akan diganti atas karunia Allah .
4.
Dalil lain bahwa berinfak di jalan Allah adalah di antara kunci-kunci
rizki yaitu apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah
bahwasanya Nabi bersabda:
"Tidaklah para hamba berada di pagi hari
kecuali di dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya
berdo’a, ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari
apa yang ia infakkan)’. Sedang yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah
kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)’."
Dalam
hadits yang mulia ini, Nabi yang mulia menga-barkan bahwa terdapat
malaikat yang berdo’a setiap hari kepada orang yang berinfak agar
diberikan ganti oleh Allah. Maksudnya –sebagaimana yang dikatakan oleh
Al-Mulla Ali Al-Qari– adalah ganti yang besar. Yakni ganti yang baik,
atau ganti di dunia dan ganti di akhirat. Hal itu berdasarkan firman
Allah:
" Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dia-lah yang
akan menggantinya. Dan Dialah sebaik-baik Pemberi rizki."(Saba’: 39).
Dan
diketahui secara umum bahwa do’a malaikat adalah dikabulkan, sebab
tidaklah mereka mendo’akan bagi sese-orang melainkan dengan izinNya.
Allah berfirman:
"Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada
orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena
takut kepadaNya." (Al-Anbiya’: 28).
5. Dalil lain adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:
"Berinfaklah wahai Bilal! Jangan takut dipersedikit (hartamu) oleh Dzat Yang Memiliki Arsy."
Aduhai, alangkah kuat jaminan dan karunia Allah bagi orang yang berinfak di jalanNya! Apakah Dzat Yang Memiliki Arsy akan menghinakan orang yang berinfak di jalan-Nya, sehingga ia mati karena miskin dan tak punya apa-apa? Demi Allah, tidak akan demikian!
6. Berapa banyak
bukti-bukti dalam kitab-kitab Sunnah (Hadits), Sirah (Perjalanan Hidup),
Tarajum (Biografi), Tarikh (Sejarah), bahkan hingga dalam
kenyataan-kenyataan yang kita alami saat ini yang menunjukkan bahwa
Allah mengganti rizki hambaNya yang berinfak di jalanNya.
Berikut ini kami ringkaskan satu bukti dalam masalah ini. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda:
"Ketika
seorang laki-laki berada di suatu tanah lapang bumi ini, tiba-tiba ia
mendengar suara dari awan, ‘Siramilah kebun si fulan!’ Maka awan itu
berarak menjauh dan menuangkan airnya di areal tanah yang penuh de-ngan
batu-batu hitam. Di sana ada aliran air yang me-nampung air tersebut.
Lalu orang itu mengikuti kemana air itu mengalir. Tiba-tiba ia (melihat)
seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya. Ia mendorong air tersebut
dengan skopnya (ke dalam kebunnya). Kemudian ia bertanya, ‘Wahai hamba
Allah! Siapa namamu?’ Ia menjawab, ‘Fulan’, yakni nama yang didengar di
awan. Ia balik bertanya, “Wahai hamba Allah, kenapa engkau menanyakan
namaku?’ Ia menjawab, ‘Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang
menurunkan air ini. Suara itu berkata, ‘Siramilah kebun si fulan! Dan
itu adalah namamu. Apa sesungguhnya yang engkau laku-kan?’ Ia menjawab,
“Jika itu yang engkau tanyakan, maka sesungguhnya aku memperhitungkan
hasil yang didapat dari kebun ini, lalu aku bersedekah dengan
sepertiganya, dan aku makan beserta keluargaku seper-tiganya lagi,
kemudian aku kembalikan (untuk menanam lagi) sepertiganya’."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Dan aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang miskin dan peminta-minta serta ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan)."
Imam
An-Nawawi berkata:
" Hadits itu menjelaskan tentang keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Juga keutamaan seseorang yang makan dari hasil kerjanya sen-diri, termasuk keutamaan memberi nafkah kepada keluar-ga."
" Hadits itu menjelaskan tentang keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Juga keutamaan seseorang yang makan dari hasil kerjanya sen-diri, termasuk keutamaan memberi nafkah kepada keluar-ga."
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama