Abi : “Boleh saja, tapi abi tidak bisa antar. Karena besok abi sudah ada jadwal mengajar.”
Ummi : “Lalu ummi bagaimana perginya? Kan rumahnya ummu fulan jauh,
ada sekitar 2 km. Sedangkan angkot tidak ada, yang ada hanya ojek.”
Abi : “Ya jalan kaki saja…”
Ummi : “Abi tega…masak ummi disuruh jalan kaki sejauh 2 km? Bagaimana kalo ummi naik ojek saja?”
Abi : “Haahh??? naik ojek??? Ummi kan bukan orang awam lagi…ummi sudah
lama mengenal manhaj salaf dan sudah sering ikut ta’lim, masak mau naik
ojek? Apakah ummi tidak tahu hukumnya? Daripada ummi naik ojek, abi
lebih baik tidak mengizinkan ummi pergi. Abi akan ridha jika ummi pergi
dengan jalan kaki, daripada naik ojek yang akan menjadikan fitnah untuk
kita.”
Ummi : “Tapi abi…perjalanannya jauh…”
Abi : “Ummi kan sudah kenal dengan siapa itu Asma binti Abu Bakar?
Lihatlah sikap wanita yang mulia dan teladannya kaum wanita yaitu Asma
binti ABu Bakar. Suami beliau, yaitu Zubair bin Awwam adalah termasuk
shahabat Nabi yang paling miskin. Ketika berhijrah, dia tidak memiliki
harta dan tidak pula memiliki tanah. Harta milik Zubair waktu itu
hanyalah seekor kuda. Tidak jarang Asma’ mendapat tugas memberi makan
untuk kuda ini. Asma’ juga biasa berjalan dari tempat yang cukup jauh
sambil membawa biji-bijian yang beratnya berkilo-kilo. Sampai di rumah,
biji-bijian tersebut beliau tumbuk untuk menjadi makanan kuda milik
Zubair. Perjalannya diperkirakan sekitar 3,5 km untuk sekali jalan. Jika
pulang pergi maka akan menempuh sekitar 7 km. Suatu hari, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat Asma’ yang sedang berjalan kaki.
Beliau merasa iba dan kasihan kepadanya. Oleh sebab itu beliau
menjerumkan untanya agar supaya Asma’ mau menunggang diatasnya. Saat
mendapat tawaran tersebut, Asma’ lalu teringat bahwa suaminya az-Zubair
adalah seorang suami yang sangat pencemburu. Oleh karena itu, dia
menolak tawaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Disamping itu,
beliau juga merasa malu dengan para shahabat yang menyertai Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Saat tiba di rumah ia berkata kepada
suaminya, “Tadi aku bertemu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika
aku membawa kurma di atas kepalaku. Beliau disertai beberapa orang
sahabat. Beliau menyuruh untanya duduk agar aku pergi bersamanya. Aku
merasa malu dan teringat sifatmu yang pencemburu.” Az Zubair
menanggapinya, “Demi Allah, keadaanmu membawa kurma di atas kepala lebih
memberatkan hatiku daripada kau naik unta bersama beliau.
Maukah ummi menjadi wanita seperti Asma binti Abu Bakar?”
Ummi : “Mau abi….tapi…”
Abi : “Tapi kenapa?”
Ummi : “Tapi ujiannya berat sekali. Ummi khawatir tidak sanggup.”
Abi : “Ujiannya ummi masih sangat ringan jika dibandingkan ujiannya
mereka (wanita-wanita mulia), tapi ummi sudah banyak mengeluh. Sedangkan
mereka sama sekali tidak mengeluh walaupun ujiannya sangat berat.”
Ummi : “Doain ummi ya, biar ummi kuat dalam menghadapi ujian ini.
Ummi janji tidak akan pernah lagi naik ojek seumur hidup, kecuali…”
Abi : “Kecuali apa? kecuali terpaksa?? tidak ada kata terpaksa untuk kecemburuan abi..!”
Ummi : “Ihh..bukan kecuali terpaksa…”
Abi : “Jadi kecuali apa?”
Ummi : “Kecuali abi yang jadi tukang ojeknya…hihihi…”
Abi : “Oo…ya udah, abi jadi tukang ojeknya sekarang aja ya? Mau kemana say?”
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama