Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Dengan semangat untuk berbagi ilmu dan pengalaman, yang semoga
menjadi Intangible Shodaqoh (sedekah non bendawi, yang tidak terukur
dengan materi), saya pun memutuskan untuk meneruskan catatan perjalanan
kehidupan ini.
Semoga dalam perjalanan ini, saya bisa dipertemukan dengan
saudara-saudara seperjuangan, saudara-saudara teman seperjalanan dalam
pendakian. Sungguh indah, apabila dalam perjalanan ini, kita ditemani
dengan saudara-saudara yang memiliki arah, visi dan misi yang sama.
Saya memulainya dengan membenahi ibadah yang selama ini saya lakukan.
Fokus awal saya membenahi ibadah sholat terlebih dahulu. Karena menurut
saya ini yang mendesak dilakukan di awal. Di samping amal-amal kebaikan
lain juga tetap donk dijalankan, lakukan amal kebaikan
sebanyak-banyaknya.
Mengapa saya fokus pada ibadah sholat di awal. Karena, saya takut
tergolong dalam orang-orang yang mengerjakan shalat tanpa ada kebaikan
sama sekali di dalamnya. Dan kedudukan shalat sangat tinggi dan agung,
diantaranya :
- Shalat adalah amal yang pertama kali dihisab. Rusak atau tidaknya amal lain tergantung pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan.
Rasulullah bersabda, “Yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak, akan rusak pula seluruh amal perbuatannya.”
- Allah mencela orang-orang yang menyia-nyiakan dan yang malas mengerjakan shalat. Allah berfirman,
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam : 59)
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah, kecuali sedikit sekali.”
- Allah menyuruh untuk selalu sabar dalam menunaikan shalat. Allah berfirman,
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu. Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaahaa : 132).
- Shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Allah berfirman,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-”Ankabuut : 45).
- Shalat merupakan amal paling baik setelah 2 kalimat syahadat. Berdasarkan hadist Abdullah bin Mas’ud, dia bercerita,
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, “Apakah amal yang paling baik itu?” Beliau menjawab, “Shalat tepat waktunya.” “Lalu kutanyakan lagi lanjut Ibnu Mas’ud, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Dia bercerita lagi, selanjutnya ku tanyakan, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (Muttafaqun ‘alaih).
- Shalat juga bisa mencuci kesalahan, sebagaimana disebutkan dalam hadist Jabir, dia bercerita,
Rasulullah bersabda, “Perumpamaan shalat lima waktu itu seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu salah seorang di antara kalian, di mana dia selalu mandi di sungai itu lima kali setiap hari.” (HR. Muslim)
- Shalat menghapus berbagai perbuatan dosa, seperti disebutkan hadist Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
“Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at berikutnya, satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, dapat menghapuskan berbagai dosa yang terjadi di antara semuanya itu, jika berbagai dosa besar dihindari.” (HR. MUslim).
- Shalat sebagai cahaya bagi orang yang mengerjakannya, di dunia maupun di akhirat. Sesuai hadist Abdullah bin Umar, dari Nabi SAW pada suatu hari beliau berbicara tentang shalat,
“Barangsiapa memelihara shalat, ia akan menjadi nur, bukti dan penyelamat baginya pada hari kiamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, ia tidak akan menjadi nur, bukti dan penyelamat baginya, dan pada hari kiamat dia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad dan ad-Darimi).
Dan masih banyak lagi keutamaan shalat yang akan sangat panjang jika
dituliskan di sini semua. Saudaraku bisa baca lebih lengkap di buku,
“Panduan Shalat Lengkap, shalat yang benar menurut al-Qur’an dan
as-Sunnah, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani”. Sekalian belajar
bagaimana shalat yang benar menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kemudian di samping memperbaiki shalat, saya juga mencoba fokus untuk
memperbaiki hati (Tazkiyatun Nafs). Khusus tentang Tazkiyatun Nafs ini
nanti kita sharing secara tersendiri ya, saya juga belajar dari berbagai
macam sumber mengenai hal yang satu ini. Karena uniknya ibadah dalam
Islam, membutuhkan partisipasi 2 organ, jasad dan hati. Nilai sejati
suatu ibadah tidak dinilai dari semata-mata aktivitas fisik saja,
parameter “hati” menjadi wujud lain dari keberesan hubungan seorang
hamba dengan Rabbnya. Merupakan ruh dari ibadah itu sendiri.
Dalam buku Wahyul Qalam, Ar-Rafi’i mengatakan, “Dengan melarikan
diri dan memfokuskan niat ke arah shalat, seorang muslim akan merasakan
dirinya seakan melintasi sekat-sekat kebumian-baik waktu maupun ruang-
untuk kemudian keluar menuju alam rohani di mana tidak ada yang
terpikirnya olehnya selain Allah. Inilah saat-saat istimewa setiap hari
dari sisi kehidupan di mana ia lepas dari urusan-urusan dunia, tatkala
ia menghimpun segala syahwat dan keinginan, lalu mengekangnya dari waktu
ke waktu dengan gerakan-gerakan shalat. Ia juga mengoyak kefanaan jiwa
sebanyak 5 kali sehari, sehingga ia dapat melihat hakekat keabadian.
Jiwanya pun terasa tumbuh dan mengembang. Itulah shalat yang lima,
shalat yang juga merupakan saat di mana hati terbebas dari isi-isi
dunia.”
Tiada yang lebih indah dan lebih tepat dari sabda Rasulullah SAW, “Pusat kebahagiaanku dijadikan terletak dalam shalat.” (HR. Muslim).
Nilai dan jiwa sebuah shalat terletak dalam kekhusyukan. Shalat
adalah menghadap Allah, begitu Anda mengatakan, “Alllahu Akbar”, Allah
akan menyambut dan memperhatikan anda. Pernahkah anda melaksanakan
shalat dengan penuh perasaan dan kepekaan ini?
Nilai shalat terletak pada peranannya sebagai jalan utama untuk
mengenal Allah. Jika anda ingin mengenal Allah, laksanakan shalat dan
berusahalah melaksanakannya sekhusyuk mungkin. Tanpa rasa khusyuk, anda
tidak akan berhasil mengenal Tuhan. Padahal mengenal Tuhan adalah inti
kehidupan.
Untuk bisa mencapai semua itu, ada beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan pada diri anda.
Saudaraku tercinta, coba ajukan pertanyaan ini pada diri, hamba
siapakah anda? Apakah anda hamba diri anda sendiri? Apakah anda hamba
syahwat anda sendiri? Milik siapakah anda sebenarnya? Apakah tujuan anda
hidup di dunia?
Ibnu Taimiyyah mencoba untuk menjawab atas semua pertanyaan ini,
ternyata beliau tidak menemukan jawaban selain berikut ini : “Betapa
malangnya penduduk dunia yang keluar dari dunia ini tanpa sempat
merasakan hal yang paling manis di dalamnya.” Beliau pun kemudian
ditanya, “Apakah gerangan hal yang paling manis di dunia?” Beliau pun
menjawab, “Mencintai Allah adalah yang paling manis di dunia.”
Kita diciptakan di dunia ini untuk menyembah Allah, beribadah kepada Allah.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56).
Kehidupan dunia tidak berarti tanpa pelaksanaan tujuan utama ini.
Gerbang utama kita untuk bisa memasuki ruang kekhusyukan dalam shalat
adalah memahami dengan benar , “Mengapa kita diciptakan”.
Mari saudaraku kita torehkan lembaran baru. Memperbaiki shalat kita,
menjalankan shalat dengan penuh rasa khusyuk. Ada hadist yang
menyebutkan, “Seseorang apabila melaksanakan shalat namun ia tidak
menyempurnakan rukuk dan sujudnya, maka rukuk dan sujudnya itu akan
digulung sebagaimana baju usang digulung kemudian dilemparkan di
mukanya, seraya berkata, “Allah akan menyia-nyiakan engkau sebagaimana
engkau telah menyia-nyiakan aku.”
Tahukah engkau berapa buah shalat yang akan berkata padamu:
Allah akan menyia-nyiakan engkau seperti kau sia-siakan aku.
Dan berapa bijikah shalat yang akan berkata kepadamu :
Allah akan menjagamu seperti telah engkau jaga diriku.
Ya Allah, ratusan hari dan puluhan minggu, bahkan sekian tahun
terlewat begitu saja. Tidaklah cukup sekian tahun telah hilang begitu
saja dari tangan kita? Apakah anda siap untuk kembali menghabiskan
tahun-tahun berikut tanpa manfaat? Tanpa menghasilkan setitikpun
kekhusyukan? Cukup sudah saat-saat anda meninggalkan khusyuk. Ingat
baik-baik masa-masa itu, di mana Anda telah menganiaya diri sendiri.
Astaghfirullah…
Saudaraku malam sudah semakin larut, insya Allah kita akan lanjutkan
cerita mengenai beribadah dengan hadirnya hati ini pada posting
selanjutnya. Semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua ya…
Salam Hangat dari Saudaramu… selamat beristirahat…
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Disadur dari beberapa sumber, diantaranya :
- Buku “Ibadah Sepenuh Hati”, penulis Amru Khalid
- Buku “Panduan Shalat Lengkap, shalat yang benar menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani”
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama