Syeikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan,
“Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah
hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun
hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu
sya’ban, semuanya adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana
hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (At Tahdzir minal Bida’, 20).
Di antara hadits-hadits lemah dan palsu di bulan Sya'ban dan seputar malam nishfu sya'ban adalah sebagai berikut.
[Hadits Pertama]
إِنَّ
اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ
كَلْبٍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada malam
nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni dosa walaupun itu lebih banyak dari
jumlah bulu yang ada di kambing Bani Kalb.” [Bani Kalb adalah salah satu kabilah di Arab yang punya banyak kambing]
Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majah. At Tirmidzi
mengatakan bahwa beliau mendengar Muhammad (yaitu Imam Bukhari)
mendhoifkan hadits ini. (Lihat As Silsilah Ash Shohihah, no. 1144)
[Hadits Kedua]
إِذَا
كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا
يَوْمَهَا. فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى
سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ
أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ
كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Apabila datang malam nishfu sya’ban, maka hidupkanlah malam tersebut
dan berpuasalah di siang harinya. Karena ketika itu, Allah turun ke
langit dunia pada malam tersebut mulai dari tenggelamnya matahari. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Siapa saja yang meminta ampunan,
Aku akan mengampuninya. Siapa saja yang meminta rizki, aku pun akan
memberinya. Siapa saja yang tertimpa kesulitan, Aku pun akan
membebaskannya. Siapa pun yang meminta sesuatu, Aku akan mengabulkannya
hingga terbit fajar”.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sanad hadits ini adalah
lemah, bahkan menurut Syeikh Al Albani adalah maudhu’ (palsu) karena di
dalamnya terdapat perowi yang bernama Ibnu Abi Sabroh yang tertuduh
sering memasulkan hadits sebagaimana dikatakan dalam At Taqrib.
Imam Ahmad bin Hambal dan Ibnu Ma’in juga berpendapat demikian yaitu
Ibnu Abi Basroh sering memalsukan hadits. Sehingga Syeikh Al Albani
berkesimpulan bahwa sanad hadits ini maudhu’ (palsu). (Lihat As Silsilah Adh Dho’ifah, no. 2132)
[Hadits Ketiga]
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَ شَعْبَانُ شَهْرِيْ وَ رَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي .
“Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku.”
Dalam Al Jami’ Ash Shogir (6839), Syeikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if.
[Hadits Keempat]
من صلى ليلة النصف من شعبان ثنتى عشرة ركعة يقرأ في كل ركعة قل هو الله أحد ثلاثين مرة، لم يخرج حتى يرى مقعده من الجنة …
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam nishfu sya’ban
sebanyak 12 raka’at, setiap raka’atnya membaca surat “Qul huwallahu
ahad” sebanyak tiga puluh kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia
melihat tempat duduknya di surga ...”
Hadits ini dibawakan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu’at (kumpulan
hadits-hadits palsu). Ibnul Jauziy mengatakan bahwa hadits di atas
adalah hadits maudhu’ (palsu) dan di dalamnya banyak perowi yang majhul
(tidak dikenal). (Lihat Al Maudhu’at, 2/129)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama