MADINATULIMAN
- Para ulama fiqh memang sangat cerdas dan perhatian pada hal-hal yang
terkait dengan ibadah, maka tidak heran jika jilatan hewan pun menjadi
pembahasan mereka yang tidak sepi dari khilafiyah. Misalnya air bekar
jilan kucing, menurut madzhab Syafi'iyah, air tersebut tetap suci dan
tidak makruh, demikian juga hewan lainnya, terkecuali anjing dan babi.
Dijelaskan oleh Imam An-Nawawi didalam al-Majmu' syarh al-Muhadzdzab [I/173 ] :
فرع) ثؤر الحيوان مهموز وهو ما بقى في
الاناء بعد شربه أو اكله ومراد الفقهاء بقولهم ثؤر الحيوان طاهر أو نجس
لعابه ورطوبة فمه ومذهبنا أن سؤر الهرة طاهر غير مكروه وكذا سؤر جميع
الحيوانات من الخيل والبغال والحمير والسباع والفار والحيات وسام أبرص
وسائر الحيوان المأكول وغير المأكون فسؤر الجميع وعرقه طاهر غير مكروه الا
الكلب والخنزير وفرع أحدهما
[ SUB BAHASAN ] “Yang dimaksud dalam bahasan para ulama Fiqh dengan Air bekas binatang” adalah air yang tersisa dalam sebuah wadah setelah dibuat minum atau makan binatang. Sedang pengertian Air bekas binatang suci atau najis adalah bekas air liurnya. Dalam Madzhab kami (Syafi’iyyah) menilai bahwa air bekas kucing suci dan tidak makruh demikian juga air bekas semua binatang-binatang lainnya seperti kuda, keledai, binatang buas, tikus dan binatang lainnya baik yang boleh dimakan dagingnya atau tidak maka air bekas dan keringatnya hukumnya suci kecuali anjing dan babi dan binatang peranakannya.
سؤر الهر والفأر وابن عُرْس ونحوها من
حشرات الأرض كالحيات وسام أبرص: طاهر، يجوز شربه والتوضؤ به، ولا يكره عند
أكثر أهل العلم من الصحابة والتابعين، إلا أبا حنيفة، فإنه كره الوضوء بسؤر
الهر، كما أوضحنا فإن فعل أجزأ.
"Air bekas kucing, tikus dan sebagainya seperti ular hukumnya adalah suci, boleh diminum dan digunakan untuk wudhu dan tidak makruh menurut mayoritas pakar ilmu dari para shahabat Nabi dan para tabi’in, kecuali menurut Imam Abu Hanifah yang memakruhkan wudhu menggunakan air bekas kucing".
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama