Allah berfirman, “Hendaklah kalian tegakkan persaksian karena Allah.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
Jangan bersaksi karena hanya ingin disebut orang yang berkata benar.
Jadikanlah persaksian dan ucapan Anda karena Allah, dengan mengharap
pahala dan ridha-Nya.
Jika Anda belajar, jadikan belajar itu hanya karena Allah, jika
berjihad, jadikan jihad itu hanya karena Allah. Jika berderma, jadikan
derma itu hanya karena Allah.
Jika Anda belajar karena ingin disebut sebagai seorang intelektual,
maka api neraka telah menyala untuk Anda. Begitu juga jika berjihad agar
disebut sebagai pejuang; dan berderma agar disebut dermawan. Karena
itu, ada sebuah hadits yang menguraikan soal itu:
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah ra.; “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, `Sesungguhnya orang yang pertama kali disidang
pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia akan dihadapkan pada
nikmat-nikmatnya dan dia mengenalnya. (Allah) berkata, `Apa yang engkau
lakukan dengan itu semua?’ `Aku telah berperang demi Engkau, hingga aku
mati syahid. (Allah) berkata, `Engkau bohong! Engkau berperang agar
disebut sebagai orang yang pemberani.’ Kemudian orang itu diseret
kedalam api neraka. Kemudian orang yang belajar ilmu, mengajarkannya dan
membaca Al- Qur’an. Dia dihadapkan kepada nikmat-nikmatnya dan dia
mengenalnya. (Allah) berkata, `Apa yang engkau lakukan dengan semua
ini?’ `Aku telah belajar ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an demi
Engkau,’ jawabnya. (Allah) berkata, `Engkau bohong! Engkau belajar agar
dikatakan sebagai orang yang pintar dan engkau membaca Al- Qur’an agar
dikatakan sebagai seorang qari’ (pembaca Al-Qur’an). Kemudian orang itu
diseret kedalam api neraka. Kemudian orang yang diluaskan rizkinya oleh
Allah. Dia dihadapkan kepada nikmat- nikmatnya dan dia mengenalnya.
(Allah) berkata, `Apa yang engkau lakukan dengan ini semua?’ `Aku selalu
mendermakannya demi Engkau di jalan yang Engkau suka.’ (Allah) berkata,
`Engkau bohong! Engkau berderma agar dikatakan sebagai seorang
dermawan.’ Kemudian orang itu diseret kedalam api neraka.”
Jadikanlah shalatmu, ibadahmu, kehidupanmu dan kematianmu hanya untuk Allah.
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan
demikian itulah aku diperintahkan dan aku adalah yang pertama
menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS.Al-An’am: 162-163)
Hadits-hadits yang berhubungan dengan perkara di atas:
Rasulullah SAW bersabda, tentang orang yang dimasukkan ke dalam
perlindungan Allah pada hari ketika tak ada lagi selain perlindungan-
Nya, “Yaitu dua orang yang mencintai karena Allah, berkumpul karena
Allah dan berpisah karena Allah.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Abu Daud dan Ahmad meriwayatkan, “Ada tiga hal yang jika ketiganya
ada dalam diri seseorang maka ia pasti merasakan manisnya iman: (1)
Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari segalanya, (2) Mencintai atau
tidak mencintai, karena Allah. (3) Tidak mau kembali kepada kekufuran,
seperti halnya tidak mau untuk dilemparkan ke neraka.”
Sabdanya yang lain, dalam riwayat Abu Daud dan Ahmad, “Barangsiapa
mencintai karena Allah, membenci karena Allah dan melarang karena Allah,
maka telah sempurnalah imannya.”
Dalam hadits yang lain, “Sesungguhnya setiap derma yang engkau
keluarkan karena Allah, engkau akan mendapatkan pahala karenanya, bahkan
derma yang engkau berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi SAW juga bersabda, “Jika seseorang membiayai hidup keluarganya
dan dia melakukannya untuk mencari ridha Allah– maka berarti dia sudah
bersedekah.” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah berkata pada hari Kiamat, `Dimanakah orang-orang
yang mencintai karena keagungan-Ku? pada hari ini, Aku akan
melindunginya, ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku.”
(HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda, “Seseorang mengunjungi
saudaranya di desa lain, kemudian Allah mengutus satu malaikat di
jalannya. Ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya,
`Engkau hendak kemana?’ Dia menjawab, `Saya ingin mengunjungi saudara
saya di desa ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, `Adakah oleh-oleh yang
akan engkau berikan untuknya?’ Dia menjawab, `Tidak ada, selain hanya
saya mencintainya karena Allah.’ Malaikat itu berkata, `Aku adalah
utusan Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah telah mencintaimu
sebagaimana engkau mencintainya (saudaramu) karena Allah.’” (HR. Muslim)
Dari Abu Muslim Al-Khulani, ia berkata, Aku mendatangi masjid
penduduk Damaskus kebetulan terdapat sekelompok orang yang di dalamnya
nampak beberapa sahabat Rasulullah yang senior. Diantara mereka terdapat
seorang pemuda yang matanya bercelak dan bersinar. Setiap kali mereka
berselisih tentang sesuatu, mereka mengembalikan perselisihan itu kepada
pemuda tersebut, pemuda yang masih remaja. Aku (Abu Muslim Al-Khulani)
bertanya kepada teman dudukku, `Siapakah pemuda itu?’ Dia menjawab, `Dia
adalah Mu’adz Ibn Jabal.’ Kemudian aku datang pada sore hari, mereka
tidak hadir, dan aku datang pada pagi hari, mereka juga tidak datang.
Aku berangkat pergi, namun tiba- tiba aku melihat pemuda itu sedang
shalat di dekat sebuah tiang. Aku duduk mendekat dan berusaha
menghampiri. Dia memberi salam dan aku mendekatinya lagi. Aku berkata
kepadanya, `Aku mencintai karena Allah.’ Aku mendekatinya lagi dan dia
berkata, `Apa yang engkau katakana?’ Aku berkata, `Aku mencintai karena
Allah.’ Dia berkata, `Aku mendengar Rasulullah bercerita tentang
Tuhannya yang berkata, `Orang-orang yang saling mencintai karena Allah
akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan Arsy pada
hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah.’ Kemudian aku keluar
sampai bertemu dengan Ubadah ibn Shamit dan aku menceritakan kepadanya
tentang apa yang diceritakan oleh Muadz ibn Jabal. Ubadah ibn Shamit
kemudian berkata, `Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang
Tuhannya yang berkata, `Cinta-Ku pasti untuk orang-orang yang saling
mencinta karena Aku. Cinta-Ku pasti untuk orang-orang yang saling
memberi karena Aku. Orang-orang yang Saling membeberi karena Aku.
Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada di atas
mimbar-mimbar dari cahaya di bawah naungan Arsy pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan Allah.” (HR. Ahmad)
Dalam Riwayat Tirmidzi ada hadits, “Allah berkata, `Orang-orang yang
saling mencintai karena keagungan-Ku akan mendapatkan mimbar-mimbar dari
cahaya dan didoakan oleh para nabi dan orang-orang yang mati syahid’.”
Apabila anda mencintai suatu kaum karena Allah, maka anda akan
dikumpulkan bersama mereka pada hari Kiamat. Dari Abo Musa ra.,
`Ditanyakan kepada Nabi SAW., `Seseorang mencintai suatu kaum dan dia
tidak pernah bertemu mereka?’ Nabi bersabda, `Seseorang akan bersama
orang yang dicintai’.” (HR. Bukhari)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama