Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم
Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin
Zaid ra. bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum
Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW
berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian
Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke
tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah
ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf
di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar
berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan
dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan
dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera
datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan
urusannya terlebih dahulu.
Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin
yang unggul, melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar
bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin
Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka
Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin
An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada
di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra.
itu, karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang
banyak mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata:
"Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini,
padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin
perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan
kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat
tersebut serta menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui
Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai
tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan
keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik
mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du!
Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai
pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap
pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah
menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi
Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si
Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si
Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah sangat
aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah
kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di
antara sebaik-baik manusia di antara kamu!".
Sesudah itu, beliau
turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10
Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak
berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk
mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan
Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah
berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah)
mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah! Bukankah
lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di
perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra.
berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa
bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan:
"Biarkan segera Usamah berangkat!".
Orang ramai sudah berkumpul
di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di situ pada malam
minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan
Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat.
Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika
itu Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang
kaum wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan
mencium Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain
mengangkat kedua belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya
kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan
keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok
harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga
kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa
Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi
kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata Usamah". Beliau
berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan diliputi
keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka
karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian
datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya
berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini,
Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah,
izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh
(sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali
kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan
dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya
supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak.
Belum
jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya,
datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW
telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan
pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar
ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati
beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam
pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di
Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah.
Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya
di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi
Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil
bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak
dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang
Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah
Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai
tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya
tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.
Apabila
berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian mereka
telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah
lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa
Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum
wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di
perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang
bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi para pemuka
kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah, Sa'ad
bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada
Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah!
Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar
engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa
ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu
untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk
mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di
Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk
menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini
hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat
mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi
itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad
itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih
dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa
Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari
bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar
ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin
itu.
Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya
lagi: Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua
telah memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa
yang harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar
semua apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku
yang berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang
buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke
tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa
tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit
telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu
hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan
itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah
untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya.
Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah,
jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini
tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu
telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya.
Abu Bakar ra. lalu
pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar ra.
tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk
meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau
mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu
Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun
mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan
perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja
yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku akan menyuruhnya
mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki". Kemudian Abu Bakar ra.
memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan Usamah
sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut
keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani
memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar
ra. datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah
mendahului para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000
orang, di antaranya ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra.
berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan
kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan
amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah berpesan kepadamu, maka
laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin menambah apa-apa
pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa pun. Aku
hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja".
Usamah
ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri
yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi
Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di
Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah,
dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga
tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia
kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah
berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu
Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum
berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya
pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan
pasukan.
(Ibnu Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama