Oleh: Ustadz Abu Hudzaifah al-Atsary as-Salafy
Sejarah sepatu tumit tinggi
Perancis memang dianggap sebagai kiblatnya mode. Di
sanalah sepatu tumit tinggi muncul pertama kali, yaitu sekitar abad
tujuh belas. Konon laki-laki dan perempuan dari kalangan aristokrat [1]
mengenakan sepatu model ini. Tentu saja saat itu tujuannya bukan
mencari gaya baru dalam dunia mode, namun sekedar melindungi kaki dan
ujung pakaian agar tidak basah saat turun hujan. Tradisi ini kemudian
berkembang dan menjadi mode di kalangan wanita secara khusus sampai hari
ini.
Menurut sejarah, pabrik pembuatan sepatu tumit tinggi
pertama kali ada di negara bagian Massachusets Amerika Serikat,
kemudian menyebar ke Inggris, Jerman dan akhirnya ke seluruh dunia.
Lucunya, Russia sengaja mengadakan lomba lari dengan sepatu hak tinggi
bagi ibu-ibu, dan menyaksikan banyaknya cedera yang mereka alami karena
jatuh berulang kali selama perlombaan. [2]
Dalam tinjauan syar’i
Perlu diketahui, tabarruj menurut
syar’i meliputi memperlihatkan apa yang tidak boleh diperlihatkan,
berbusana yang menyingkap aurat, berikhtilath (campur baur) dengan ajnabi,
bersentuhan dengan mereka lewat jabat tangan, berdesak-desakan, dan
sebagainya, termasuk berlaku genit dalam berjalan dan berbicara di
hadapan mereka.
Berangkat dari sini, menggunakan sepatu tumit tinggi tergolong dalam tabarruj yang diharamkan.
Di samping itu, sepatu tumit tinggi terbukti menyebabkan berbagai
penyakit, padahal di antara misi diturunkannya syari’at ialah untuk
menjaga diri manusia. Allah berfirman yang artinya: “Dan janganlah kalian mencampakkan diri kalian dalam kebinasaan…” (Al Baqarah: 195). Syaikh Abdurrahman As Sa’dy menjelaskan bahwa mencampakkan diri dalam kebinasaan mengandung dua pengertian; pertama:
meninggalkan apa yang diperintahkan, yang dengan meninggalkan perintah
tersebut seseorang jadi celaka baik jasmani maupun ruhaninya. Kedua: melakukan apa yang mencelakakan jasmani maupun ruhaninya, dan ini mencakup banyak hal. [3]
Selain itu, memakai sepatu seperti ini akan
menimbulkan suara yang menarik perhatian lawan jenis. Lebih-lebih jika
haknya runcing maka suaranya semakin keras, dan perilaku semacam ini
lebih cepat membangkitkan syahwat lelaki. Allah berfirman yang artinya: “Dan
janganlah mereka (kaum wanita) menghentakkan kakinya (saat berjalan),
hingga diketahui bahwa mereka menggunakan perhiasan yang tersembunyi…” (An Nur: 31).
Ini menunjukkan bahwa cara berjalan seorang wanita yang menarik perhatian adalah haram hukumnya.
Ini menunjukkan bahwa cara berjalan seorang wanita yang menarik perhatian adalah haram hukumnya.
Apalagi
dengan memakai hak tinggi, pinggul wanita yang memakainya akan menonjol,
dan ini juga perbuatan yang haram bila dilakukan dengan sengaja.
Kemudian bila pemakainya berniat agar nampak lebih tinggi, maka tambah
lagi dosanya, yaitu dosa mengelabui orang lain. Dan yang terakhir,
sepatu semacam ini telah menjadi trend wanita-wanita kafir, dari dahulu
hingga sekarang.
Nabi bersabda:
Nabi bersabda:
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ
قَصِيرَةً فَاتَّخَذَتْ لَهَا نَعْلَيْنِ مِنْ خَشَبٍ فَكَانَتْ تَمْشِي
بَيْنَ امْرَأَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ تَطَاوَلُ بِهِمَا
“Ada seorang wanita Bani Israel yang bertubuh
pendek memakai sandal dari kayu. Kemudian berjalan diantara dua wanita
yang tinggi agar terlihat tinggi dengan sandal tersebut…” [4].
Berarti, wanita yang memakainya otomatis meniru-niru kebiasaan wanita kafir alias tasyabbuh, dan ini juga diharamkan. Kesimpulannya, mengenakan sepatu tumit tinggi hukumnya haram menurut syari’at Islam.
Dalam tinjauan medis Anggun namun berbahaya
Dalam memilih sepatu, kaum wanita cenderung menyukai
sepatu hak tinggi. Pasalnya dunia mode telah melemparkan imej bahwa
sepatu hak tinggi memberi kesan yang lebih anggun. Semakin tinggi hak
sepatu yang dikenakan, semakin mengundang decak kagum yang melihat, dan
si pemakai juga merasa penampilannya semakin menarik. Padahal jika
dikaji dari sisi kesehatan, sepatu berhak tinggi justru mengundang
banyak masalah.
Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh sepatu berhak tinggi adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah bagian dari penyakit radang sendi atau arthritis.
Gejalanya berupa nyeri dan kaku di persendian tulang. Umumnya keluhan
muncul di persendian lutut dan panggul. Bila dibiarkan bisa menyebarkan
nyeri ke bagian otot sekitarnya. Pada stadium rendah, keluhan bisa
diatasi dengan obat-obatan dan latihan gerak. Pada stadium lanjut
memerlukan tindakan operasi penggantian bantal sendi.
Dengan hak sepatu yang tinggi, tubuh akan menjadi
lebih condong ke depan. Tentunya si pemakai sepatu tak membiarkan
tubuhnya membungkuk ke depan dan akan berusaha menegakkan posisi
tubuhnya dengan cara menarik badan ke belakang. Sikap berdiri tegak
seperti ini menimbulkan gaya berat badan yang tidak seimbang. Bagian
tertentu dari sendi lutut mendapat beban yang lebih berat dari bagian
lain. Semestinya keseluruhan gaya berat badan bisa ditampung sepenuhnya
secara merata oleh semua permukaan sendi lutut. Bila kondisi tidak
seimbang ini terjadi terus-menerus dalam tempo dua sampai lima tahun,
terpiculah penyakit radang sendi.
Ini bukan cerita isapan jempol belaka. Studi yang
dilakukan American Academy of Orthopaedic Surgeons beberapa tahun lalu,
membuktikan bahwa perempuan yang sering menggunakan sepatu berhak tinggi
terutama yang diatas 5 cm, banyak yang mengalami radang sendi di
sekitar lutut, paha, tulang panggul, bahkan ada yang sampai ke tulang
belakang.
Penggunaan sepatu berhak tinggi akan semakin
mengundang resiko penyakit bilamana hak yang dijadikan sandaran berpijak
berdiameter kecil. Hak sepatu yang kecil sudah barang tentu menyebabkan
pijakan kaki tidak stabil, apalagi bila pemakainya bertubuh gemuk. Agar
tubuh tidak terjatuh, secara refleks otot-otot sekitar lutut kerap
bekerja keras menjaga keseimbangan tubuh, otot-otot lutut tidak bisa
rileks. Inilah yang menyebabkan kaki mudah lelah, capek, dan terserang
kram.[5]
Menurut dr. Aileen C Siahaan, SpRM dari RS Mitra
Keluarga Kelapa Gading, pemakaian sepatu yang tidak sesuai biomekanik
langkah kaki dalam waktu lama bisa mengubah bentuk kaki dan membuat
otot-otot betis dan tumit cedera. Biomekanik adalah aturan mekanik kaki
untuk berjalan, yaitu ketika tumit kaki mengangkat dan beban tubuh
ditumpukan pada bagian depan kaki baru kemudian kaki diayun ke depan.
Sepatu memiliki fungsi kesehatan dan estetika. Sepatu
yang baik harus memenuhi kedua fungsi itu. Dari segi kesehatan, sepatu
melindungi dan menjaga kebersihan kaki serta membantu kaki menopang
tubuh. Dari segi keindahan, sepatu bisa membantu penampilan.
Memakai sepatu dengan tumit tinggi di atas lima
sentimeter, membuat kaki anda terus-menerus jinjit. Artinya otot
akhiles[6] yang berada di tumit belakang dan otot betis terus-menerus
dalam keadaan tegang. Pembuluh darah tertekan dan akhirnya mengakibatkan
varises. Selain itu, orang yang berdiri dengan posisi kaki jinjit akan
cenderung menyeimbangkan badan dengan cara menegakkan punggung. Punggung
yang tegak terus-menerus lama kelamaan akan sakit yang dapat diikuti
dengan sakit pinggang. “Ini untuk kaki normal. Bagaimana jika kakinya
bermasalah, seperti telapak kaki datar (kaki bebek). Kaki bermasalah
bila memakai hak tinggi, otot-otot kakinya makin tersiksa karena bekerja
ekstra keras untuk menyeimbangkan badan,” ujar Aileen.
Selain hak tinggi, sepatu yang tidak baik adalah yang
bagian depannya terlalu sempit. Jari-jari tidak mempunyai ruang cukup
luas untuk bergerak. Selain saling berimpitan, ujung jari juga langsung
menyentuh ujung sepatu. “Makanya sering ditemukan orang yang jarinya
menumpuk, jempol berada di bawah jari-jari lainnya. Kalau keadaan sudah
begitu parah, untuk perbaikannya harus melalui operasi,” kata dia.
Relaksasi kaki
“Sepatu yang ideal adalah yang memiliki tinggi hak
2-3 sentimeter, sebab otot akhiles dalam posisi rileks dan nyaman serta
energi yang dikeluarkan untuk berjalan tidak terlalu banyak. Hak dengan
tinggi 5 sentimeter masih bisa ditolerir, tetapi pemakaiannya paling
lama dua jam. Setelah itu sebaiknya kaki diistirahatkan dari sepatu
tumit tinggi,” jelas Aileen.
Sepatu berhak datar menurut Aileen juga tidak terlalu
baik. Pemakai memerlukan energi lebih banyak untuk melangkah sebab
harus mengangkat tumit lebih tinggi. Tumit sepatu yang lebih tinggi akan
membuat biomekanik langkah kaki lebih baik.
Untuk mengurangi ketegangan kaki, dapat dilakukan
latihan-latihan tertentu. Di antaranya dengan melakukan gerakan jongkok
dan berdiri berulang kali. Pergelangan kaki diputar-putar beberapa kali,
dan menggantung kaki lebih tinggi dari badan. Akan lebih baik lagi
setelah peregangan kaki direndam air hangat.
“Peregangan dan relaksasi melancarkan peredaran
darah. Otot yang kaku juga dilemaskan. Dengan cara ini, setidaknya
ancaman cedera akibat otot yang tegang bisa dikurangi. Jangan lupa,
cedera berulang seperti keseleo di tempat yang sama, bisa menimbulkan
rematik jaringan lunak pada kaki atau reumatik lutut,” ungkap Aileen.[7]
Mengganggu kesuburan
Dr. Adel Naseer, wakil Dekan Fakultas Pengobatan
Alami di Cairo mengatakan: “Ada sekitar 210 peneliti di seluruh dunia
yang memperingatkan kaum wanita akan bahayanya mengenakan sepatu hak
tinggi. Bahaya tersebut amat banyak dan serius, yang paling serius di
antaranya ialah terjadinya kontraksi yang terus menerus pada otot
belakang kaki, yang berujung pada penyakit varises akibat tertekannya
pembuluh darah kaki. Bahaya serius lainnya ialah terjadinya pembengkokan
dan cacat tulang punggung.
Pengaruh negatif sepatu hak tinggi juga mencakup
daerah rongga panggul hingga bentuknya jadi tidak normal dan ukuran
pantat semakin besar. Gangguan rongga panggul (pelvis) pada wanita hamil
dapat menyebabkannya sulit melahirkan. Sedangkan pada kondisi terburuk,
hal tersebut bisa mengurangi kesuburan si wanita atau bahkan
menjadikannya mandul!
Tekanan pada ujung kaki juga menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan pada rongga panggul (pelvis), hingga menyebabkan
kacaunya siklus haidh si wanita dan rasa sakit berlebih tatkala datang
bulan. Peringatan serupa disampaikan pula oleh seorang pakar kesehatan
Inggris.[8]
Kedua lutut juga bisa mengeras, akibat tekanan terus-menerus terhadap cartilage (tulang rawan) yang ada di pada keduanya.
Menurut dr. Naseer, problem yang ditimbulkan oleh
sepatu hak tinggi tidak berhenti sampai di sini. Pemakaian sepatu hak
tinggi juga bertanggung jawab atas munculnya rasa sakit di leher dan
bahu, serta rasa lesu dan pusing-pusing. Ia juga bertanggung jawab
terhadap rontoknya rambut, lewat pengaruh buruknya pada organ dalam
wanita.
Gangguan kejiwaan
Di antara hasil riset yang paling aneh dalam hal ini,
ialah adanya kemungkinan terserang gangguan kejiwaan yang berbahaya.
Dr. Naseer menyebutkan tentang sebuah penelitian di barat, yang
memperingatkan bahwa pemakaian sepatu hak tinggi dapat berakhir pada
penyakit schizophrenia[9]yang mengganggu fungsi berfikir.
“Pemakaian sepatu hak tinggi telah ada sejak seribu tahun lalu, dan telah menunjukkan adanya gejala-gejala awal skizofrenia.
Walau hal ini sifatnya masih asumsi ilmiah, toh keselamatan tetap harus
diutamakan. Semua orang tahu tentang kaidah kesehatan yang mengatakan
bahwa ‘mencegah lebih baik dari pada mengobati’. Apalagi jika masalahnya berkaitan dengan telapak kaki yang kenyamanan tubuh bermula darinya”, ungkap Naseer.[10]
Berbagai macam masalah kaki
Dr. Musthafa As Sa’iy menilai bahwa sepatu yang
nyaman merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kesehatan kaki.
Karenanya, kita harus pilih-pilih dalam memakai sepatu, dan jenis yang
baik ialah yang ujungnya bulat. Sepatu yang ujungnya sempit menyebabkan
jari-jari terkumpul dan berdesakan. Demikian pula panjang, lebar dan
kedalaman telapak kaki harus dibuat senyaman mungkin agar sirkulasi
darah di kaki tidak terganggu. Sepatu kulit tergolong paling bagus dalam
menjaga kelembapan dan sirkulasi udara.
Musthafa heran, mengapa ada sebagian wanita yang
menyiksa jari kaki mereka dengan sepatu yang sempit dan tinggi? Mereka
harus paham bahwa mereka terancam berbagai macam bahaya dalam jangka
panjang.
Seiring dengan bertambahnya umur dan penggunaan
sepatu sempit atau hak tinggi yang berulang kali, telapak kaki akan
membesar dan memanjang, sedangkan jaringan otot pada punggung kaki dan
tumit menipis.
Wanita yang mengenakan sepatu sempit atau lebih
pendek dari ukuran normal kakinya, berarti membuka peluang bagi dirinya
untuk terkena semacam kapalan, yaitu dengan berkembangnya
lapisan kulit tebal & melingkar pada persendian jari, yang merupakan
tempat terjadinya gesekan antara sepatu dan kaki.
Dengan tetap mengenakan sepatu model ini, gesekan
yang terjadi dapat sangat menyakitkan, bahkan dalam beberapa kondisi
bisa menyebabkan pendarahan.
Sepatu yang sempit dapat menyebabkan tertanamnya kuku
dalam daging. Tekanan yang konstan dan terus menerus terhadap kaki juga
mengakibatkan kulit terkelupas, dan terbentuknya kulit yang lebih keras
serta tertanamnya kuku dalam daging. Jelas keduanya sangat mengganggu
dan merusak penampilan, dan kalau sudah demikian, untuk mencabutnya
harus dengan operasi.
Sepatu yang sesak juga menyebabkan tulang-tulang
menonjol, yang mengakibatkan nyeri luar biasa serta kesulitan berjalan,
di samping merusak penampilan.
Bahaya lain yang mungkin timbul adalah neuroma, semacam pembengkakan syaraf yang terkenal dengan nama Morton’s neuroma atau plantar neuroma[11].
Keduanya nampak pada jari tengah dan telunjuk kaki. Efek dari neuroma
ini ialah rasa nyeri yang luar biasa pada kaki dan rasa terbakar[12].
[1] Berasal dari istilah Yunani kuno, aristo artinya ‘yang terbaik’ sedang kratia artinya ‘kepemimpinan’. Dalam konteks ini, aristokrat berarti kalangan terbaik semacam bangsawan (sumber: politea.wordpress.com).
[2] Sumber: http://www.aljarida.com (diterjemahkan dari bahasa Arab).
[3] Tafsir As Sa’dy 1/90.
[4] HR. Muslim no 2252, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban (12/379), dan ini lafazh Ibnu Hibban.
[5] Dinukil dari Suaramerdeka.com 01/07/2006.
[6] Atau tendon Achilles, yaitu ujung otot di atas tumit yang bersifat lentur.
[7] Dari sebuah artikel (sumber: http://www.kompas.com Minggu, 21 Mei 2006).
[8] Dari sebuah artikel (sumber: http://www.alwatan.com).
[9] Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul
akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam
otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindera). (sumber: Wikipedia).
[10] Sumber: http://www.aljarida.com (diterjemahkan secara ringkas).
[11] Disebut juga: Morton’s metatarsalgia, Morton’s
neuralgia dan intermetatarsal neuroma. Yaitu tumor jinak yang menyerang
saraf plantar di sela-sela jari. Meski dinamakan neuroma, banyak
kalangan tidak menilainya sebagai tumor, akan tetapi sekedar
pembengkakan. (wikipedia).
[12] Sumber: http://www.alwatan.com & http://www.prameg.com (disadur & diringkas dari bahasa Arab).
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama