Setelah kita mengetahui sebagian dari
kekuatan istighfar, alangkah baiknya, jika kita langsung mempraktekkan
di dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu dengan mengetahui doa-doa
istighfar yang dicontohkan oleh Rosulullah saw dan yang disebutkan Allah
swt di dalam Al Qur’an.
Tentunya kita tidak sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga akan keutamaan dari doa-doa tersebut.
Tentunya kita tidak sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga akan keutamaan dari doa-doa tersebut.
Diantara doa-doa tersebut adalah :
Pertama : Doa Sayidul Istighfar ( Doa Istighfar yang paling terkemuka )
أللهم أنت ربي لا إله الا أنت خلقتني وأنا
عبدك وأنا على عهدك ووعدك ماأستطعت أعوذ بك من شر ماصنعت أبوأ لك بنعمتك
علي وأبوأ بذنبي فأغفر لي فإنه لايغفر الذنوب إلا أنت
Adapun arti dan makna dari doa sayidul istighfar di atas adalah sebagai berikut :
1/ ” Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah
Rabb-ku, “. Maksudnya kita mengakui bahwa Allah adalah pencipta dan
pemelihara kita. Karena Rabb berarti : pencipta ,pemilik dan pemelihara.
Pengakuan seperti ini disebut dengan ” Tauhid Rububiyah ” . Maka, doa
itu kalau kita panjangkan, kira-kira berbunyi begini : ” Ya Allah
sesungguhnya Engkau adalah Rabb-Ku, Dzat Yang menciptakanku…dulu saya
tidak ada, hanya dengan izin-Mu aku menjadi ada dan masih hidup di dunia
ini… Engkau adalah Rabb-ku, Dzat Yang memeliharaku…dulu aku kecil,
tidak bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa, hanya dengan Inayah dan
Perhatian-Mu, sehingga aku menjadi besar dan tahu banyak hal…Engkaulah
Yang memberikan-ku rizki sehingga sampai sekarang aku bisa makan dan
minum….
2/ Tiada Ilah kecuali Engkau, Maksudnya
kita mengakui dan menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah swt. Karena ” Ilah ” berarti : sesuatu yang
disembah , sesuatu yang dijadikan gantungan dan sandaran, sesuatu yang
dituju dan dicari ketika terjadi kesulitan. Pengakuan seperti ini
disebut dengan”Tauhid Uluhiyah”. Jadi doa ini kalau dipanjangkan
kira-kira berbunyi : ” Tiada yang berhak disembah dan dimintai kecuali
Engkau ya Allah…Aku tidak akan meminta hajat kecuali kepada-Mu ya Allah,
tiada akan meminta bantuan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada minta
kesembuhan kecuali kepada-Mu ya Allah, tiada memohon ampun kecuali
kepada-Mu ya Allah, tiada memohon jalan keluar dalam seluruh masalah
kecuali kepadaMu ya Allah…
Inilah inti dari seluruh ibadat kita. Kita
sholat, kita berpuasa, kita membayar zakat dan kita melakukan ibadat
haji…semuanya berisi ketundukan kepada Allah swt. Maka, tiada artinya
kita sholat tiap hari, tapi kita masih memohon perlindungan kepada
selain Allah, kita masih memberikan sesajen di pojok-pojok jalan, di
bawah-bawah pohon beringin , di tepi-tepi pantai selatan, di
lereng-lereng gunung …yang tujuannya untuk kita persembahkan kepada jin
penunggu tempat-tempat tersebut.Tiada artinya kita haji sepuluh atau dua
puluh kali, tetapi kita masih datang ke dukun-dukun untuk meminta
jodoh, meminta keturunan, meminta pelaris dan meminta jabatan.
3/ ” Engkau telah menciptakanku, sedang aku
adalah hamba-Mu ” …Engkau adalah Dzat Yang menciptakan seluruh alam
ini, aku hanyalah seorang hamba yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa,
kecuali dengan bantuan-Mu..hamba yang tidak mempunyai apa-apa kecuali
dengan pemberian-Mu ya Allah.
4/ ” aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu dan membenarkan janji-janji-Mu sekuat tenagaku . ”
al ‘Ahdu ( Janji kita kepada Allah ) adalah
kita mengakui bahwa Allah adalah Rabb kita, kita telah berjanji kepada
Allah, bahwa kita akan melaksanakan seluruh perintah dan larangan-Nya.
Janji ini pernah kita sampaikan kepada Allah sewaktu kita berada di
sulbi Adam, sebagaimana yang pernah disampaikan Allah swt dalam
friman-Nya :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ
بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Maka do’a tersebut kalau kita panjangkan
maka berbunyi : ” Ya Allah, aku dulu pernah berjanji kepada-Mu sewaktu
masih di sulbi Adam, untuk mentaati segala perintah-Mu dan menjauhi
segala larangan-Mu. Maka akan aku penuhi janjiku tersebut menurut
kemampuan dan kekuatanku ya Allah….
Adapun ” al Wa’du “ ( Janji Allah kepada
kita ) adalah bahwa Allah akan memberikan pahala bagi yang taat dan
memberikan hukuman bagi yang bermaksiat. Maka doa itu kalau kita
panjangkan, maka bunyinya ” Ya Allah aku juga membenarkan janji-Mu,
bahwa Engkau akan memberikan pahala bagi yang taat dan memberikan
hukuman bagi yang bermaksiat, oleh karena itu aku akan mentaatimu ya
Allah dan meninggalkan larangan-larang-Mu menurut kekuatan dan
kemampuanku. ”
5/” aku berlindung kepada-Mu dari apa perbuatan jelekku ”
Kita harus selalu berlindung kepada Allah
dari perbuatan jelek kita. Rosulullah saw sendiri selalu mengajarkan
kepada kita agar selalu berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kita
dan kejelekan amalan kita. Ini sangat terlihat secara jelas di dalam
setiap khutbahnya ketika beliau berdo’a :
ونعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا
” Dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan amalan kami ”
Jiwa manusia selalu membisikan kejelekan,
makanya kita dianjurkan untuk selalu berlindung kepada Allah dari
bisikannya, sebagaimana firman Allah swt melaui lisan istri pejabat yang
pernah merayu nabi Yusuf as :
وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
” Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang Sesungguhnya jiwa ini selalu menyuruh kejelekan ” ( Qs Yusuf : )
6/ ” aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku. ”
Nikmat yang diberikan Allah kepada kita
sangat banyak sekali, karena banyaknya sehingga kita tidak bisa
menghitungnya, sebagaimana firman Allah swt :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
” Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah )”( Qs Ibrahim : 34 )
Seorang hamba yang merasa dan mengakui
adanya nikmat tersebut, tentunya akan terus bersyukur …Kalau do’a
tersebut dipanjangkan , maka akan berbunyi : ” Ya Allah , aku mengakui
bahwa nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku sangat banyak sekali,
nikmat kehidupan, tanpa ijin-Mu tidak mungkin aku bisa hidup di dunia
ini…nikmat anggota badan yang lengkap, seandainya saja salah satu
anggota badan ini engkau cabut …ya Allah , tentunya aku akan mendapatkan
kesusahan, terimakasih ya Allah atas nikmat ini…apa yang harus aku
balas ya Allah demi mensyukuri nikmat ini….begitu juga nikmat kesehatan
yang Engkau berikan kepadaku, sehingga aku bisa mengerjakan aktivitas
sehari-hari dan bisa bekerja dengan baik, jika kesehatan ini Engkau
cabut ya Allah, tentunya aku akan mendapatkan kesusahan…terimaksih ya
Allah atas nikmat ini.”
7/ ” dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat. “
Mengakui dosa merupakan syarat diterimanya
sebuah istighfar dan taubat. Oleh karenanya, orang yang berdoa harus
merasa rendah dan hina di hadapan Allah…harus merasa bahwa dirinya
adalah makhluk yang berlumuran dosa dan maksiat…makhluk yang kecil yang
tidak mempunyai daya apa-apa. Sebaliknya dia harus mengakui bahwa Allah
adalah Maha Suci, Maha Perkasa, Dzat Yang Mampu melakukan apa saja…
Makanya, orang yang takabbur dan sombong
jarang mau bertaubat, karena merasa dirinya adalah makhluk yang suci dan
tidak pernah salah. Orang seperti ini biasanya hatinya keras dan kasar
terhadap sesama. Berbeda dengan orang yang selalu mengucapkan dan
merenungi doa sayidul istighfar ini …hatinya selalu lembut… mudah
menerima nasehat..mudah terharu..mudah menangis…karena selalu ingat akan
dosa-dosanya, dan yang paling penting selalu beristighfar dan banyak
bertaubat.
8/ ” maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah. ”
Ini adalah lafadh istighfar yang
sebenarnya, adapun lafadh-lafdah sebelumnya adalah muqaddimah atau
pembuka lafadh istighfar ini.
Jadi, kalau kita perhatikan do’a sayidul
istighfar ini, akan kita dapatkan bahwa muqaddimah atau pembukanya jauh
lebih panjang dari pada do’a istigfhar itu sendiri, kenapa harus begitu ?
Pertama : Salah satu adab berdo’a adalah
sebelum kita berdo’a atau memohon sesuatu kepada Allah swt, hendaknya
kita dahului dengan amal sholeh atau perbuatan baik, salah satu dari
amal sholeh adalah mengucapkan kalimat tauhid, atau menyatakan bahwa
tiada Robb dan Ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Diantara amal
sholeh juga adalah mengaku nikmat Allah yang diberikan kepada kita dan
mengaku dosa yang kita perbuat. Bahkan dalam beberapa hadist disebutkan
bahwa sebelum do’a, hendaknya didahului dengan mengucapkan sholawat
kepada nabi Muhammad saw….
Keutamaan Do’a Sayidul Istighfar
Do’a Sayidul Istighfar ini mempunyai
keutamaan yang sangat besar sekali, yaitu orang yang selalu membacanya
dan memahaminya serta menyakini isinya akan dimasukkan ke dalam syurga.
Hal ini dinyatakan sendiri oleh Rosulullah saw dalam hadist berikutnya :
ومن قالها من النهار موقنًا بها فمات من يومه
قبل أن يمسي فهو من أهل الجنة ، ومن قالها من الليل وهو موقن بها فمات قبل
أن يصبح فهو من أهل الجنة .
” Barang siapa yang mengucapkan doa ini ( yaitu doa sayidul istihgfar ) pada siang hari dengan menyakini isinya, kemudian mati pada hari itu, sebelum datang waktu sore, niscaya dia termasuk ahli syurga. Dan barang siapa yang membacanya pada malam hari dengan menyakini isinya, kemudian dia mati sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli syurga ” ( HR Bukhari, no : 6306 )
Hadist di atas menjelaskan secara gambling
bahwa barang siapa yang mengucapkan atau membaca doa sayidul istighfar
dengan menyakini isinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga.
Kenapa bisa begitu ?
Pertama : Karena dia sudah menyatakan ke
–Esaan Allah ( bertauhid ) dari hatinya yang paling dalam serta
menyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
kecuali Allah swt.
Kedua : Karena dia sudah beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya.
Ketiga : Setelah hatinya kosong dari dosa
dan diisi dengan tauhid, tiba-tiba dia mati pada hari itu juga,
maksudnya dia belum sempat mengerjakan dosa-dosa lagi, maka tentunya
orang seperti ini termasuk ahli syurga. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Rosulullah saw :
ن لقي الله تعالى لا يشرك به شيئاً دخل الجنة
Ini dikuatkan juga dengan hadist lain bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
” Barang siapa yang akhir dari perkataannya : La ilaha illahu , niscaya ia akan masuk syurga . ”
Sayyidul istighfar telah mencakup semua makna taubat hamba kepada Rabb-nya. Karena Ikrar hanya bagi Allah semata uluhiyyah dan 'ubudiyyah.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أِنْتَ.
Allohumma anta robbii laa ilaha illa anta kholaqtanii, wa ana ‘abduka
wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzubika min syarrimaa
shona’tu, abuu ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu ulaka bidza(n)bii
faghfirlii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
“Yaa Allah... Engkaulah Rabb-ku...Tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi melainkan Engkau... Engkaulah yang telah menciptakanku... Dan aku adalah hamba-Mu...Dan aku di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu semampuku... Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku lakukan...Aku mengakui ni’mat-Mu kepadaku...Dan mengakui dosaku (kepada-Mu)...Maka ampunkanlah aku... Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
“Yaa Allah... Engkaulah Rabb-ku...Tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi melainkan Engkau... Engkaulah yang telah menciptakanku... Dan aku adalah hamba-Mu...Dan aku di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu semampuku... Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku lakukan...Aku mengakui ni’mat-Mu kepadaku...Dan mengakui dosaku (kepada-Mu)...Maka ampunkanlah aku... Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
Kairo, 26 Juli 2007
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 28 Juli 2007 M
Article that is very beneficial, may be useful to the society or the self who wrote the the article.
ReplyDelete