MENGUNGKAP BISNIS PROYEK MAULID NABI
Topik pembahasan kali ini adalah seputar anggaran Maulid Nabi.
Seseorang (Bapak Taufiq – klender, jakarta) bercerita ketika
disodorkan kepadanya sebuah proposal Maulid Nabi, berikut sebagian isi
proposal atau anggarannya:
Anggaran Proposal Maulid 1433H
1. Sewa tenda dan kursi Rp. 3.000.000,-
2. Akomodasi dan Konsumsi Rp. 5.000.000,-
3. Uang saku Habib Rp. 30.000.000,-
4. Uang keamanan Rp. 5.000.000,-
5. Lain-lain tidak terduga Rp. 6.000.000,-
Total Anggaran Rp. 49.000.000,-
Maka bapak itu berkata kepada si penyodor proposal/panitia, “…dengan
tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Panitia, maaf saya tidak bisa
memberi infaq untuk acara ini, tapi kalo ada hal lain… seperti warga
yang terkena musibah, sakit dan butuh pertolongan.. saya insya Allah
yang terdepan”.
Bapak itu juga berkata mengenai hal ini, “…ditempat saya belum
seberapa… ada di daerah kalimalang -saya lupa nama masjidnya- anggaran
untuk habib (penceramah) Rp.70juta.. total anggaran sekitar 200jutaan..”
(Sumber: dari status fb ust. Naharuddin Syuhada, https://www.facebook.com/naharuddin.syuhada/posts/2424448789044)
Anggaran yang direncanakan panitia peringatan maulid Nabi biasanya
mencapai belasan hingga duapuluhan juta rupiah. Pos yang cukup menonjol
dari anggaran panitia maulid ini, biasanya untuk nasi kebuli, honor
penceramah (narasumber) dan habib yang jumlahnya bisa lebih dari satu,
bahkan ada yang belasan.
Bagi sebagian masjid atau mushalla, peringatan maulid Nabi tanpa
menghadirkan sejumlah habib terasa kurang afdhol. Karena, para habib
dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
(versi syi’ah) melalui jalur Husein ra hingga ke pasangan Ali bin Abi
Thalib ra dan Fatimah Az-Zahra ra (putri Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam).
Kehadiran para habib tadi, bukan sebagai narasumber atau penceramah,
tetapi bagai ornament/ hiasan. Mereka duduk sejajar narasumber dan
menghadap jama’ah, hingga acara selesai. Usai acara, panitia
membagi-bagikan amplop berisi uang dan kotak makanan untuk dibawa pulang
untuk jajaran yang menghadap jama’ah itu, selain hidangan yang sudah
dilahap di tempat. Di beberapa masjid atau mushalla, peringatan maulid
Nabi ada juga yang dibarengi dengan santunan kepada sejumlah anak yatim.
Konsekuensinya, anggaran panitia akan membengkak dan secara otomatis
kian membebani warga sekitar. Dan kadang anak yatim itu hanya sebagai
semacam daya pikat, sedang uang yang untuk anak yatim tidak seberapa.
Apa hubungan akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
nasi kebuli, para habib, “musik islami” dan petasan? Yang jelas,
peringatan maulid Nabi bagi sebagian kalangan adalah kesempatan makan
nasi kebuli, dan hidangan lainya yang jarang diperoleh di rumah sendiri.
Bagi sebagian lain, ini merupakan momentum untuk mendapatkan “pahala”
sekaligus rezeki tambahan dengan jadi tukang parkir dadakan dan
seabagainya.
Bagi yang setuju dengan moment peringatan maulid Nabi seperti ini,
mereka antara lain berdalih, hal itu merupakan bagian dari da’wah
kultural. Mungkin maksudnya untuk menyampaikan nilai-nilai Islam bisa
melalui perantaraan media kebudayaan. Memperkenalkan atau menyegarkan
ingatan tentang sosok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat
ditempuh melalui nasi kebuli dan petasan, selain ceramah, pembacaan
barzanji, suguhan “musik Islami” dan sebagainya.
Ibarat memasukkan obat ke dalam tubuh, perlu media pengantar.
Misalnya, obat batuk, media pengantarnya sirup dan air. Sehingga tidak
terasa pahit di lidah. Hal yang sama juga bisa ditempuh untuk memasukkan
racun ke dalam tubuh, sehingga tidak terasa pahit di lidah. Begitulah
fenomena da’wah kultural: seolah positif padahal negatif.
(Sumber: Artikel Perayaan Maulid, http://nahimunkar.com)
Tidak cukup sampai disitu, karena itu hanya sebagian contoh kecil
yang ada di masyarakat kita khususnya, yang membuktikan bahwa bid’ah
(dalam hal ini adalah acara Maulid Nabi) begitu mahal dan menyulitkan
bagi kita. Masih ada beberapa contoh lainnya dan ini benar-benar terjadi
di lingkungan kita. Sebagian contoh lainnya adalah:
1. Kelas Ekonomi Kebawah.
- ANGGARAN BIAYA MAULID NABI MUHAMMAD 1429
Biaya Penceramah : Rp. 600.000
Biaya Qori & Marawis : Rp. 300.000
Biaya Konsumsi Tamu 5.000 * 150 : Rp. 750.000
Total Biaya Spanduk 100.000 * 2 : Rp.200.000
Transportasi Jemput Penceramah : Rp. 50.000
Biaya Tak terduga : Rp. 100.000
Total Biaya Keseluruhan Rp. 2.000.000
2. Kelas Ekonomi Menengah.
- Baksos dan Peringatan Maulid Nabi 1432
Penceramah Rp.3.000.000
Qari Rp.500.000
Jemputan ustadz/qari Rp.700.000
Konsumsi Rp.6.250.000.
Dan lain-lain.
Total Rp.40.750.000
- Anggaran Maulid Nabi Masjid Agung Jawa Tengah
Total Rp. 40.351.000,- (penceramah Habib)
- Anggaran Maulid Nabi Masjid Jami Nurul Fajri
Kesekretariatan Rp.500.000
Acara (Honorium Mubalig) Rp.5.000.000
Konsumsi Rp.6.000.000
Peralatan & perlengkapan Rp.4.000.000,00
Publikasi,dekorasi dan dokumentasi Rp.2.000.000
Transportasi Rp.1.000.000
Humas Rp.500.000
Biaya tak terduga Rp.1.000.000
Jumlah Rp.20.000.000
3. Kelas VIP.
- Total Anggaran Peringatan Maulid, HUT, dan lain-lain di kota Jantho sebesar Rp.200juta.
“…dana senilai Rp200 juta digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti
lomba karnaval, gotong royong dan perlombaan sejumlah olahraga. Selain
itu, sebagian besar dana itu digunakan untuk puncak acara yang digelar
di Lapangan Bungong Jeumpa, Kota Jantho, termasuk peringatan Maulid Nabi
yang dibuat Pemkab Aceh Besar,” kata Asisten I Setdakab Aceh Besar Abu
Bakar malam kepada Pikiran Merdeka, Sabtu (5/5).
- Di Madiun, Jawa Timur, peringatan maulid Nabi dibiayai dari dana
APBD Madiun sebesar Rp 70 juta. Bentuknya, berupa Pawai Taaruf yang
antara lain diikuti sejumlah pelajar di sana, dilanjutkan dengan berebut
tumpeng. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Madiun setiap
tahunnya, khususnya dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang biasanya berlangsung sejak pukul
07:00 wib hingga siang hari. Bagi yang percaya, tumpeng yang
diperebutkan setiap maulid tersebut bisa memberikan berkah.
- Peringatan Maulid di Mataram.
Menurut H. Zainur yang juga Kepala Lingkungan Gapuk, Dasan Agung,
kuda-kudaan tersebut didatangkan dari Lombok Timur dan Lombok Tengah
beserta pengusungnya dan rata-rata disewa Rp300.000 per unit dengan
jumlah 30 kuda-kudaan sekitar 30 unit. Saat ini masyarakat Kota Mataram,
Lombok sedang merayakan Maulid yang dirayakan secara tradisional dengan
menyediakan berbagai jenis makanan khas tradisional Lombok termasuk
kue. Setiap Kepala Keluarga (KK) hampir rata-rata merayakan maulid baik
dirumah masing-masing maupun secara bersamaan di masjid dengan
mengundang tamu dari luar lingkungan dan dirayakan sehari suntuk.
Dana yang dihabiskan untuk perayaan maulid minimal Rp1,5 juta hingga Rp2
juta per KK, sementara untuk kebutuhan daging sapi setiap KK sekitar 15
kg belum termasuk daging ayam, telur dan sayur-mayur.
Komentar ana: Jika 1 KK saja menghabiskan dana 1,5 juta sd 2 juta,
bagaimana jika jumlahnya ada 1000 KK, berapa total uang yang dihabiskan
secara keseluruhan???
4. Zaman dulu.
Menurut Abu Syamah dalam kitab al-Ba’its ala Inkaril Bida’
wal-Hawadits mengatakan: Orang yang pertama melakukan hal tersebut di
Mosul (Mushil) adalah syaikh Umar ibn Muhammad al-Mulla salah seorang
shalih yang terkenal, maka penguasa Arbil meniru beliau.” Para sejarawan
termasuk Ibnu Katsir dalam Tarikhnya menyebutkan bahwa perayaan maulid
yang diadakan oleh Raja Muzhaffar ini dihadiri oleh kaum shufi, melalui
acara sama’ (pembacaan qashidah dan nyanyian-nyanyian keagamaan kaum
shufi) dari waktu zhuhur hingga fajar, dia sendiri ikut turun menari/
bergoyang (semacam joget-ala shufi). Dihidangkan 5000 kambing guling, 10
ribu ayam dan 100.000 zubdiyyah (semacam keju), dan 30.000 piring kue.
Biaya yang dikeluarkan untuk acara ini –tiap tahunnya- sebesar 300.000
Dinar (1 dinar = 4,25 gr emas. Jadi kalau 300.000 dinar = 1,3 juta gr
emas). Syaikh Umar ibn Muhammad al-Mulla yang menjadi panutan sultan
Muzhaffar adalah seorang shufi yang setiap tahun mengadakan perayaan
maulid dengan mengundang umara, wuzara (para mentri) dan ulama (shufi).
Ibnul Hajj Abu Abdillah al-Abdari berkata, “Sesungguhnya perayaan ini
tersebar di Mesir pada masanya, dan ia mencela bid’ah-bid’ah yang ada di
dalamnya.” (Al-Madkhal: 2/11-12. http://nahimunkar.com/4212/sejarah-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-2/)
Terakhir untuk kita, masihkah kita betah atas amalan-amalan yang
memberatkan dan menyusahkan untuk kita sendiri? apalagi jika
amalan-amalan tersebut adalah amalan-amalan ciptaan atau kreasi manusia,
alias bid’ah, bukan berasal dari amalan-amalan yang bersumber dari
wahyu ilahi?
Mau sampai kapan kita seperti ini? Melihat saudara-saudara kita
diperalat dan diperbodoh oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan dalam
berbisnis, tidakkah kita iba terhadap mereka??
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS
Al-Baqarah: 9).
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama