“Barangsiapa dari umatku
yang menjaga (memiliki arti luas dan mencakup penjagaan dalam amal dan
di hati atau dengan kata lain menghafal. pent) 40 hadis… maka aku akan
memberi syafaat kepadanya pada hari kiamat.” [Biharul Anwar, 2, 154]
Prolog
Sebagai prolog 40 hadis
shalat tampaknya tidak ada ucapan yang lebih sempurna dan dalam serta
menarik dari hal-hal yang terdapat dalam permulaan bab shalat pada
“Taudhihul Masa’il” Imam Khomeini ra, pendiri Republik Islam Iran, oleh
karena itu kita memilihya dengan harapan bahwa seluruh pencinta Ahlul
Bait as dan aref mengambil bekal dari kata-kata mereka yang merupakan
kunci tambang barang berharga.
“Shalat adalah amalan agama
terpenting yang bila diterima di sisi Allah, Tuhan semesta alam, maka
ibadah-ibadah lain juga akan diterima dan bila tidak diterima maka
amalan-amalan lain juga tidak diterima. Dan sebagaimana juga bila
seseorang mandi dan membersihkan diri sehari semalam selama lima kali di
sungai, maka tidak akan tersisa kotoran di badannya. Shalat lima
waktu juga membersihkan seseorang dari dosa-dosa. Dan selayaknya
seseorang mendirikan shalatnya di awal waktu dan barangsiapa yang
mengentengkan dan meremehkan shalat ibarat seseorang yang tidak
mendirikan shalat, Nabi saw bersabda:
“Barangsiapa yang tidak memberikan perhatian terhadap shalat dan meremehkannya maka layak menerima azab akherat.”
Suatu hari Nabi saw berada
di masjid, seorang laki-laki memasuki masjid dan sibuk mengerjakan
shalat sementara ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, Nabi saw
bersabda: Bila orang ini meninggal dunia dalam kondisi shalat yang
demikian ini, maka ia tidak meninggal dunia di atas agamaku.
Maka seseorang harus
berhati-hati agar tidak mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa dan
terburu-buru dan hendaknya selalu mengingat Allah swt dengan khudhu’,
khusyu’ dan tenang dalam kondisi shalatnya serta harus memperhatikan
bahwa dengan siapa ia sedang berbicara dan harus melihat dirinya sangat
rendah dan tidak berarti apa-apa di hadapan keagungan Allah swt. Apabila
seseorang memperhatikan penuh hal ini dalam keadaan shalat, maka ia
tidak akan menyadari (keberadaan) dirinya, sebagaimana ketika para
sahabat Amirul Mukminin as mencabut anak panah dari kaki beliau as dalam
kondisi shalat dan beliau as tidak merasakan apa-apa.
Orang yang mendirikan
shalat juga harus bertaubat (kembali kepada Allah swt), beristighfar
(memohon ampunan-Nya) dan meninggalkan dosa-dosa yang mencegah
diterimanya shalat, seperti hasud, kibir (congkak), ghibah (membicarakan
aib orang lain), memakan barang haram, meminum hal-hal yang memabukkan,
tidak memberikan khumus dan zakat bahkan segala bentuk kemaksiatan. Dan
demikian juga ia tidak layak melakukan hal-hal yang akan mengurangi
pahala shalat, seperti mendirikan shalat dalam kondisi mengantuk dan
menahan kencing, tidak melihat ke langit ketika shalat dan juga
hendaknya melakukan hal-hal yang menambahkan pahala shalat, misalnya
memakai cincin aqiq, mengenakan pakaian bersih, bersisir dan menggosok
gigi serta memakai wangi-wangian.” [Taudhihul Masa’il Imam Khomeini ra,
hal 99]
Kita akhiri prolog ini
dengan menukil sebuah hadis yang indah [Keindahan hadis ini adalah bahwa
Nabi Muhammad saw menggunakan pembagian ini dari al-Quran dan juga
menjelaskan ayat-ayat yang berkenaan dengan masing-masing kelompok] dari
Nabi saw:
Nabi saw bersabda: Umatku terbagi dalam empat kelompok:
1. (Pertama): Sekelompok mendirikan shalat, namun mereka lalai dalam shalat mereka, maka “Wail” bagi mereka, dan Wail adalah sebuah nama dari tingkatan paling bawah neraka Jahannam, Allah swt berfirman:
Nabi saw bersabda: Umatku terbagi dalam empat kelompok:
1. (Pertama): Sekelompok mendirikan shalat, namun mereka lalai dalam shalat mereka, maka “Wail” bagi mereka, dan Wail adalah sebuah nama dari tingkatan paling bawah neraka Jahannam, Allah swt berfirman:
فَوَيۡلٌ لِّلۡمُصَلِّيۡنَۙ ﴿۴﴾ الَّذِيۡنَ هُمۡ عَنۡ صَلَاتِهِمۡ سَاهُوۡنَۙ ﴿۵﴾
“Maka Wail bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” [QS. Al-Ma’un (107): 4 dan 5]
2. (Kedua): Sekelompok orang yang terkadang melaksanakan shalat dan terkadang tidak melaksanakannya, maka mereka memperoleh “Ghayy”, dan Ghayy adalah nama salah satu tingkat bawah neraka Jahannam.
2. (Kedua): Sekelompok orang yang terkadang melaksanakan shalat dan terkadang tidak melaksanakannya, maka mereka memperoleh “Ghayy”, dan Ghayy adalah nama salah satu tingkat bawah neraka Jahannam.
Allah swt berfirman:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا ۙ ﴿۵۹﴾
“Maka datanglah sesudah
mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui Ghayy” [QS.
Maryam (19): 59]
3. (Ketiga): Sekelompok orang
yang tidak pernah melaksanakan shalat, maka bagi mereka adalah “Saqar”,
dan Saqar juga adalah nama salah satu tingkatan paling bawah neraka
Jahannam.
Allah swt berfirman:
مَا سَلَـكَكُمۡ فِىۡ سَقَرَ ﴿۴۲﴾ قَالُوۡا لَمۡ نَكُ مِنَ الۡمُصَلِّيۡنَۙ ﴿۴۳﴾
"Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” [QS. Al-Muddatstsir (74):
42 dan 43]
4. (Keempat): Sekelompok orang yang senantiasa mendirikan shalat, dan memiliki kekhusus’an dalam shalat.
Allah swt berfirman:
4. (Keempat): Sekelompok orang yang senantiasa mendirikan shalat, dan memiliki kekhusus’an dalam shalat.
Allah swt berfirman:
قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙ ﴿۱﴾ الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَ ۙ ﴿۲﴾
“Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya” [QS. Al-Mukminun (23): 1 dan 2]Kami berharap mudah-mudahan Allah swt menjadikan kita semua dari kelompok keempat.
اُتۡلُ
مَاۤ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ مِنَ الۡكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ ؕ اِنَّ
الصَّلٰوةَ تَنۡهٰى عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡكَرِؕ وَلَذِكۡرُ اللّٰهِ
اَكۡبَرُ ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُوۡنَ ﴿۴۵﴾
“Dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)” [QS. Al-‘Ankabut (29): 45]Pasal Pertama
Kedudukan Shalat Dalam Islam
Hadist 1 : Urgensitas Shalat
أول ما افترض الله على أمتي الصلوات الخمس وأول ما يرفع من أعمالهم الصلوات الخمس وأول ما يسألون عنه الصلوات الخمس.
Rasulullah saw bersabda:
“Hal
pertama yang diwajibkan oleh Allah swt atas umatku adalah shalat lima
waktu, hal pertama yang diangkat dari amalan-amalan mereka adalah shalat
lima waktu, dan hal pertama yang dipertanyakan kepada mereka adalah
shalat lima waktu.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18859]
Hadist 2 : Shalat Dan Tiang Agama
عن أبي جعفر عليه السلام قال: بني الاسلام على خمسة أشياء: على الصلاة، والزكاة، والحج، والصوم، والولاية.
Dari Abi Ja’far (Imam Baqir) as berkata:
“Islam dibangun di atas lima hal: Shalat, zakat, haji, puasa dan wilayah (kepemimpinan atau imamah).” [Bihar, jilid 79, hal 234]
Hadist 3 : Perumpamaan Shalat
عن
أبي جعفر عليه السلام قال: الصلاة عمود الدين، مثلها كمثل عمود الفسطاط
إذا ثبت العمود ثبتت الاوتاد والاطناب، وإذا مال العمود وانكسر لم يثبت وتد
ولا طنب.
Dari Abi Ja’far as berkata:“Shalat adalah tiang agama, perumpamaannya seperti tiang kemah, bila tiangnya kokoh maka paku dan talinya akan kokoh, dan bila tiangnya miring dan patah maka paku dan talinya pun tidak akan tegak.” [Bihar, jilid 82, hal 218]
Hadist 4 : Shalat Penyebab Kebahagiaan
قال رسول الله صلي الله عليه و اله: خمس صلوات من حافظ عليهن كانت له نورا وبرهانا ونجاة يوم القيامة.
Rasulullah saw bersabda:“Barangsiapa yang menjaga shalat lima waktu maka ia akan memperoleh cahaya, burhan dan keselamatan pada hari kiamat kelak.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18862]
Hadist 5 : Shalat dan Cahaya Hati
صلاة الرجل نور في قلبه فمن شاء منكم فلينور قلبه.
Rasulullah saw bersabda:“Shalat seseorang adalah cahaya di hatinya dan barangsiapa di antara kalian yang berkeinginan maka hendaknya ia menyinari hatinya dengan cahaya.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18973]
Hadist 6 : Shalat Parameter Penerimaan Amal Perbuatan
قال الصادق (عليه السلام): أوّل ما يحاسب به العبد الصلاة، فإن قبلت قبل سائر علمه، وإذا ردّت ردّ عليه سائر عمله.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Hal
pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) dari seorang hamba adalah
shalat, jika shalatnya diterima maka seluruh amalnya akan diterima dan
jika shalatnya ditolak maka seluruh amalnya akan ditolak.” [Wasa’il
Al-Syi’ah, jilid 3, hal 22]
Hadist 7 : Shalat dan Metode Para Nabi
قال صلى الله عليه واله: الصلاة من شرايع الدين، وفيها مرضاة الرب عزوجل، فهي منهاج الانبياء.
Rasulullah saw bersabda:
“Shalat
adalah termasuk dalam syareat agama, dan di dalamnya terdapat keridhaan
Tuhan swt, dan shalat adalah metode para nabi.” [Bihar, jilid 82, hal
231]
Hadist 8 : Shalat Bendera Islam
قال النبي صلى الله عليه واله: علم الإسلام الصلاة فمن فرغ لها قلبه وحافظ عليها بحدها ووقتها وسننها فهو مؤمن.
“Bendera Islam adalah
shalat, maka barangsiapa memberikan hatinya untuknya dan menjaganya
dengan batasan dan waktunya serta sunah-sunnahnya maka ia adalah seorang
mukmin (hakiki).” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18870]
Hadist 9 : Shalat dan Effesiensinya
قال
الصادق ( عليه السلام ) ـ في حديث ـ : إنّ ملك الموت يدفع الشيطان عن
المحافظ على الصلاة ، ويلقّنه شهادة أن لا إله إلا الله ، وأنّ محمّداً
رسول الله ، في تلك الحالة العظيمة .
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Sesunguhnya
malaikat kematian (pencabut nyawa) menghalau syetan dari orang yang
menjaga shalat dan mentalqinkan (mendektekan) kepadanya kesaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad saw adalah
Rasulullah (utusan Allah) dalam kondisi menakutkan tersebut.” [Wasa’il
Al-Syi’ah, jilid 3, hal 19]
Hadist 10 : Shalat dan Anak-anak
قال الباقر عليه السلام: إنّا نأمر صبياننا بالصلاة إذا كانوا بني خمس سنين ، فمروا صبيانكم بالصلاة إذا كانوا بني سبع سنين.
Imam Baqir as berkata:
“Sesungguhnya kami memerintahkan anak-anak kami untuk shalat bila mereka mencapai usia lima
tahun, maka perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat bila mereka
mencapai usia tujuh tahun.” [Wasa’il Al-Syi’ah, jilid 3, hal 12]
Pasal Kedua
Urgensitas dan Keutamaan Shalat
Hadist 11 : Nilai Shalat
قال الصادق عليه السلام: صلاة فريضة خير من عشرين حجة وحجة خير من بيت مملو ذهبا يتصدق منه حتى يفني أو حتى لا يبقي منه شئ.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Shalat
wajib lebih baik dari dua puluh haji dan haji satu kali lebih baik dari
sebuah rumah berisikan penuh dengan emas yang disedekahkan sehingga
habis atau tidak tersisa sedikitpun juga.” [Bihar, jilid 82, hal 227]
Hadist 12 : Keutamaan Shalat
قال أمير المؤمنين عليهم السلام: اوصيكم بالصلاة وحفظها، فانها خير العمل وهي عمود دينكم.
Amirul Mukminin Ali as berkata:
“Aku
wasiatkan kepada kalian akan shalat dan menjaganya, karena sesungguhnya
shalat adalah sebaik-baik amal dan ia adalah tiang agama kalian.”
[Bihar, jilid 82, hal 209]
Hadist 13 : Urgensitas Shalat
قال
النبي صلى الله عليه واله: ما من صلاة يحضر وقتها إلا نادى ملك بين يدي
الناس [أيها الناس] قوموا إلى نيرانكم التي أو قدتموها على ظهوركم فأطفئوها
بصلاتكم.
Nabi saw bersabda:
“Tidak
ada satu shalat pun yang tiba waktunya kecuali satu malaikat menyeru di
antara manusia (Wahai manusia) bangkitlah menuju api-api yang kalian
nyalakan di hadapan kalian sendiri maka padamkanlah api tersebut dengan
shalat kalian.” [Bihar, jilid 82, hal 209]
Hadist 14 : Berkah Shalat
عن علي عليه السلام قال: إن الانسان إذا كان في الصلاة فان جسده وثيابه وكل شئ حوله يسبح.
Imam Ali as berkata:
“Sesungguhnya
manusia apabila berada dalam kondisi shalat maka tubuh, pakaian dan
segala sesuatu di sekitarnya akan bertasbih.” [Bihar, jilid 82, hal 213]
Hadist 15 : Kedudukan Shalat
قال النبي صلى الله عليه واله: موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد.
Rasulullah saw bersabda:
“Kedudukan shalat dari agama adalah seperti kedudukan kepala dari badan.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18972]
Hadist 16 : Shalat dan Kesucian Jiwa
قال النبي صلى الله عليه واله: مثل الصلوات الخمس كمثل نهر جار عذب على باب أحدكم يغتسل فيه كل يوم خمس مرات فما يبقى ذلك من الدنس.
Rasulullah saw bersabda:
“Perumpamaan
shalat lima waktu adalah seperti sebuah sungai tawar yang mengalir di
sisi pintu rumah salah seorang di antara kalian yang setiap harinya ia
mandi lima kali, maka tidak tertinggal sedikitpun kotoran (di badannya,
artinya barangsiapa yang sehari semalam mendirikan shalat lima waktu juga maka ia akan terbebas dari kotoran-kotoran jiwa dan ruh).” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18931]
Hadist 17 : Shalat dan Ikatan Janji dengan Allah swt
روي
عن النبي صلى الله عليه واله قال: قال الله تعالى: افترضت على أمتك خمس
صلوات وعهدت عندي عهدا أنه من حافظ عليهن لوقتهن أدخلته الجنة ومن لم يحافظ
عليهن فلا عهد له عندي.
Dari Rasulullah saw:
“Allah swt berfirman: Aku telah mewajibkan shalat lima
waktu kepada umatmu dan Aku ikatkan sebuah perjanjian di sisiKu bahwa
barangsiapa yang menjaganya pada waktu-waktunya maka Aku akan
memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka
tidak ada ikatan perjanjian untuknya di sisiKu.” [Kanzul ‘Ummal, jilid
7, hadis 18872]
Hadist 18 : Shalat dan Mengingat Allah swt
Dari Imam Baqir as berkata:
“Ingatan
Allah swt untuk orang-orang yang mendirikan shalat lebih besar dari
ingatan mereka kepada Allah, apakah engkau tidak melihat bahwa Allah swt
berfirman:
فَٱذۡكُرُونِىٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡڪُرُواْ لِى وَلَا تَكۡفُرُونِ (١٥٢)
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-Baqarah (2): 152) [Bihar, jilid 82, hal 199]
Hadist 19 : Shalat dan Rahmat Allah swt
قال أمير المؤمنين عليه السلام: إذا قام الرجل إلى الصلاة أقبل إليه إبليس ينظر إليه حسدا لما يرى من رحمة الله التي تغشاه.
Imam Ali as berkata:
“Jika
seseorang berdiri melaksanakan shalat maka Iblis menghadap kepadanya
sambil memandangnya dengan hasud karena melihat rahmat yang
menyelimutinya.” [Bihar, jilid 82, hal 207]
Hadist 20 : Shalat dan Meninggalkan Dosa
وروي
أن فتى من الانصار كان يصلي الصلاة مع رسول الله صلى الله عليه واله
ويرتكب الفواحش، فوصف ذلك لرسول الله صلى الله عليه واله فقال: إن صلاته
تنهاه يوما ما، فلم يلبث أن تاب.
Diriwayatkan bahwa seorang
pemuda dari kaum Anshar malaksanakan shalat bersama Rasulullah saw dan
tetap melakukan hal-hal buruk, maka hal tersebut dilaporkan kepada
Rasulullah saw, maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya suatu hari
shalatnya akan mencegahnya, maka tidak berselang lama ia bertaubat.
[Bihar, jilid 82, hal 198]
Pasal Ketiga
Urgensitas Waktu Shalat
Hadist 21 : Bagaimana dan Kapan Kita Mendirikan Shalat?
قال أبو عبد الله عليه السلام إذا صليت صلاة فريضة فصلها لوقتها صلاة مودع يخاف أن لا يعود إليها.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Apabila
engkau melaksanakan shalat wajib maka shalatlah pada (awal) waktunya
seperti shalat orang yang ingin berpisah, takut tidak akan kembali
lagi.” [Mahajjatul Baidha’, jilid 1, hal 350]
Hadist 22 : Urgensitas Waktu Shalat
قال النبي صلى الله عليه واله: قال الله عز و جل: إن لعبدي علي عهدا إن أقام الصلاة لوقتها أن لا أعذبه وأن أدخله الجنة بغير حساب.
Nabi saw bersabda:
Allah swt berfirman:
Sesungguhnya hamba-Ku memiliki sebuah perjanjian atas-Ku jika ia
mendirikan shalat pada waktunya maka Aku tidak akan mengazabnya dan Aku
akan memasukkannya ke surga dengan tanpa hisab.” [Kanzul ‘Ummal, jilid
7, hadis 19036]
Hadist 23 : Nabi saw dan Shalat Awal Waktu
عن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه و اله يحدثنا و نحدثه فاذا حضرت الصلوة فكأنه لم يعرفنا و لم نعرفه اشتغالا بعظمة الله.
Dari Aisyah berkata:
Rasulullah saw sedang
berbincang-bincang dengan kita maka ketika tiba waktu shalat seakan-akan
beliau saw tidak mengenal kita dan kita tidak mengenalnya karena sibuk
dengan kebesaran Allah.” [Mahajjatul Baidha’, jilid 1, hal 350]
Hadist 24 : Shalat Pada Waktunya
عن
أبي عبد الله عليه السلام قال: إن العبد إذا صلى الصلاة لوقتها وحافظ
عليها ارتفعت بيضاء نقية تقول حفظتني حفظك الله، وإذا لم يصلها لوقتها ولم
يحافظ عليها رجعت سوداء مظلمة تقول: ضيعتني ضيعك الله.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Sesungguhnya
seorang hamba jika shalat pada waktunya dan menjaganya maka (dengan
bentuk) seberkas cahaya putih bersih naik ke atas sambil berkata: Engkau
telah menjagaku maka semoga Allah swt menjagamu, dan bila tidak
melaksanakan shalat pada waktunya dan tidak memperhatikannya maka akan
kembali kepadanya (dengan bentuk) kegelapan pekat sambil berkata: Engkau
telah menyia-nyiakanku maka semoga Allah swt menyia-nyiakanmu.”
[Maajjatul Baidha’, jilid 1, hal 340]
Hadist 25 : Keutamaan Shalat Pada Waktunya
قال النبي صلى الله عليه واله: أحب الأعمال إلى الله الصلاة لوقتها ثم بر الوالدين ثم الجهاد في سبيل الله.
Rasulullah saw bersabda:
“Amalan
yang paling dicintai oleh Allah swt adalah shalat pada waktunya,
kemudian berbakti kepada kedua orang tua, kemudian jihad di jalan Allah
swt.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18897]
Pasal Keempat
Lalai Dalam Shalat dan Meninggalkannya
Hadist 26 : Meremehkan Shalat
قال النبي صلى الله عليه واله: ليس مني من استخف بصلاته، لا يرد على الحوض لا والله.
Nabi saw bersabda:
“Bukan
dariku orang yang meremehkan shalatnya, ia tidak akan masuk telaga
Kautsar kepadaku, tidak demi Allah.” [Bihar, jilid 82, hal 224]
Hadist 27 : Merendahkan Shalat
قال الصادق عليه السلام: شفاعتنا لا تنال مستخفا بصلاته.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Syafa’at kita tidak akan mengena orang yang meremehkan shalatnya.” [Bihar, jilid 82, hal 227]
Hadis 28 : Menyia-nyiakan Shalat
Hadis 28 : Menyia-nyiakan Shalat
قال النبي صلى الله عليه واله: لا تضيعوا صلاتكم فان من ضيع صلاته حشره الله مع قارون وفرعون وهامان.
Nabi saw bersabda:
“Janganlah
kalian menyia-nyiakan shalat kalian, karena sesungguhnya barangsiapa
yang menyia-nyiakan shalatnya maka Allah swt akan mengumpulkannya
bersama Qarun dan Fir’aun serta Haman (Menteri dan Pembantu).” [Bihar,
jilid 82, hal 202]
Hadist 29 : Shalat Tidak Sempurna dan Nabi saw
عن
أبي جعفر (عليه السلام) قال: بينا رسول الله (صلّى الله عليه وآله) جالس
في المسجد إذ دخل رجل فقام يصلّي فلم يتمّ ركوعه ولا سجوده، فقال رسول الله
(صلّى الله عليه واله): نقر كنقر الغراب لئن مات هذا وهكذا صلاته ليموتنّ
على غير ديني.
Imam Baqir as berkata:
“Ketika
Rasulullah saw sedang duduk di masjid, masuklah seorang laki-laki, lalu
ia berdiri dan shalat, tetapi ia tidak menyempurnakan ruku’ dan
sujudnya, maka Rasulullah saw bersabda: Ia telah mematuk seperti patukan
burung gagak, bila orang ini meninggal dunia sementara shalatnya
seperti ini maka ia akan meninggal bukan di atas agamaku.” [Mahajjatul
Baidha’, jilid 1, hal 340]
Hadist 30 : Lalai Dalam Shalat
قال
رسول الله صلى الله عليه واله: الصلاة عماد الدين، فمن ترك صلاته متعمدا
فقد هدم دينه، ومن ترك أوقاتها يدخل الويل، والويل واد في جهنم كما قال
الله تعالى: "ويل للمصلين الذين عن صلاتهم ساهون".
Rasulullah saw bersabda:
“Shalat
adalah tiang agama, maka barangsiapa yang meninggalkan shalatnya secara
sengaja maka ia telah menghancurkan agamanya, dan barangsiapa
meninggalkan waktu-waktunya maka ia akan memasuki wail, dan wail adalah
sebuah lembah di neraka Jahannam sebagaimana Allah swt berfirman:
فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡمُصَلِّينَ (٤) ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِہِمۡ سَاهُونَ (٥)
“Maka wail bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” {QS. Al-Maa’uun (107): 4 dan 5} [Bihar, jilid 82, hal 202]
Hadist 31 : Hasil Meninggalkan Shalat
قال رسول الله صلی الله عليه و اله: لا تتركن الصلاة متعمدا فإنه من ترك الصلاة متعمدا فقد برئت منه ذمة الله ورسوله.
Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah
meninggalkan shalat dengan sengaja karena sesungguhnya barangsiapa yang
meninggalkan shalat dengan sengaja maka ia akan terlepas dari
tanggungan (jaminan) Allah swt dan Rasul-Nya saw.” [Kanzul ‘Ummal, jilid
7, hadis 19096]
Hadist 32 : Meninggalkan Shalat
قال صلى الله عليه واله: من ترك صلاة لا يرجو ثوابها، ولا يخاف عقابها، فلا ابالي أيموت يهوديا أو نصرانيا أو مجوسيا.
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
meninggalkan sebuah shalat karena tidak mengharap pahalanya dan tidak
takut akan balasannya maka akupun tidak memperdulikan apakah ia akan
meniggal dunia dalam keadaan Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” [Bihar,
jilid 82, hal 202]
Hadist 33 : Meninggalkan Shalat dan Kekafiran
قال صلى الله عليه واله: من ترك صلاته حتى تفوته من غير عذر، فقد حبط عمله، ثم قال: بين العبد وبين الكفر ترك الصلاة.
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
yang meninggalakan shalatnya sehingga melewatkan waktunya tanpa alasan
maka amalnya terputus, kemudian beliau saw bersabda: Antara seorang
hamba dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” [Bihar, jilid 82, hal
202]
Hadist 34 : Balasan Meninggalkan Shalat
قال رسول الله صلی الله علیه و اله: من ترك الصلاة متعمدا كتب اسمه على باب النار ممن يدخلها.
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa
yang meninggalkan shalat secara sengaja maka namanya akan ditulis di
atas pintu neraka di antara orang yang akan memasukinya.” [Kanzul
‘Ummal, jilid 7, hadis 19090]
Pasal Kelima
Adab dan Syarat-syarat Diterimanya Shalat
Hadist 35 : Shalat dan Syarat-syarat Penerimaannya
عن
أبي عبد الله عليه السلام قال: قال الله تبارك وتعالى: إنما أقبل الصلاة
لمن تواضع لعظمتي، ويكف نفسه عن الشهوات من أجلي، ويقطع نهاره بذكري، ولا
يتعاظم على خلقي، ويطعم الجايع ويكسو العاري، ويرحم المصاب، ويؤوي الغريب.
Imam Ja’far Shadiq as berkata:
“Allah
swt berfirman: Sesungguhnya Aku menerima shalat orang yang merendah
diri karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu kerena-Ku,
mengakhiri siangnya dengan mengingat-Ku, tidak membesarkan diri atas
makhluk-Ku, memberi makan orang lapar dan memberi pakaian orang yang
tidak berpakaian, berbelas kasihan kepada orang yang tertimpa musibah
dan memberikan perlindungan kepada orang yang asing.” [Bihar, jilid 66,
hal 391]
Hadist 36 : Neraca Penerimaan Shalat
عن
أبي عبد الله عليه السلام قال: من أحب أن يعلم أقبلت صلاته أم لم تقبل،
فلينظر هل منعته صلاته عن الفحشاء والمنكر؟ فبقدر ما منعته قبلت منه.
Dari Abi Abdillah (Imam Ja’far Shadiq) as berkata:
“Barangsiapa
ingin mengetahui apakah shalatnya diterima atau tidak maka hendaknya ia
melihat apakah shalatnya mencegahnya dari kekejian dan kemungkaran?
Maka seukuran yang dapat mencegahnya, shalatnya diterima. [Bihar, jilid
82, hal 198]
Hadist 37 : Shalat Dan Wilayah Kepada Ahlul Bait
قال رجل لزين العابدين عليه السلام: ما سبب قبولها؟ قال: ولايتنا والبراءة من أعدائنا.
Seseorang berkata kepada
Imam Ali Zainal Abidin: Apakah sebab diterimanya shalat? Beliau as
menjawab: Wilayah kami dan berlepas diri dari musuh-musuh kami. [Bihar,
jilid 84, hal 245]
Hadist 38: Shalat Wajib Dan Sunnah
عن
أبي جعفر (عليه السلام) قال: إنّ العبد ليرفع له من صلاته نصفها أو ثلثها
أو ربعها أو خمسها، فما يرفع له إلاّ ما أقبل عليه منها بقلبه، وإنّما
أمرنا بالنافلة ليتمّ لهم بها ما نقصوا من الفريضة.
Imam Baqir berkata:
Sesungguhnya shalat seorang
hamba akan diangkat (diterima) setengah, sepertiga, seperempat dan
seperlimanya maka tidak diangkat shalatnya kecuali apa yang dihadapkan
dengan hatinya. Dan diperintahkan untuk mengerjakan shalat-shalat sunnah
untuk menyempurnakan apa-apa yang kurang dari shalat wajib.
[Al-Haqa’iq, Marhum Faidh Kasyani, hal 219]
Hadist 39 : Shalat Dengan Azhan Dan Iqamah
Hadist 39 : Shalat Dengan Azhan Dan Iqamah
قال
أبو عبدالله ( عليه السلام ) : من صلى بإذان وإقامة صلى خلفه صفان من
الملائكة، ومن صلى بإقامة بغير أذان صلى خلفه صف واحد من الملائكة، قلت له:
وكم مقدار كل صف؟ فقال: أقله ما بين المشرق الى المغرب، وأكثره ما بين
السماء والأرض.
Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
Barangsiapa mendirikan
shalat dengan azhan dan iqamah maka dua baris malaikat akan shalat di
belakangnya, dan barangsiapa shalat dengan iqamah saja tanpa azhan maka
satu barisan malaikat akan shalat di belakangnya.
Perawi bertanya: Berapakah jumlah setiap barisan?
Imam as menjawab: Paling
sedikitnya antara masyriq (arah timur) dan maghrib (arah barat) dan
paling banyaknya antara langit dan bumi. [Wasail Asy-Syiah, jilid 4, hal
620]
Hadist 40 : Shalat Dan Doa
Hadist 40 : Shalat Dan Doa
قال أبو عبد الله عليه السلام: إن الله عزوجل فرض عليكم الصلواة الخمس في أفضل الساعات، فعليكم بالدعاء في أدبار الصلوات.
Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
Sesungguhnya Allah swt mewajibkan shalat lima
waktu atas kalian pada waktu-waktu paling utama, maka hendaknya kalian
berdoa setelah selesai shalat-shalat tersebut. [Al-Khishal, jilid 1, hal
278]
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama