Alloh
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita agar melaksakan taat kepada
Alloh dan Rosul-Nya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh, taatilah Rosul-Nya dan pemimpin kalian.” (An Nisa’: 59)
Para ulama menjelaskan ayat di atas bahwa ketaatan kepada Alloh dan
Rosul-Nya merupakan ketaatan yang mutlak, sedangkan ketaatan kepada
makhluk itu tergantung pada ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Jika
makhluk itu mengajak kepada perbuatan maksiat kepada Alloh dan
Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mengikutinya. Karena tidak ada taat
kepada makhluk dalam maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Sabda
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada ketaatan kepada siapa pun dalam maksiat kepada Alloh, ketaatan hanyalah dalam perkara yang baik menurut syariat.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Tetapi apa yang terjadi pada kaum
muslimin? Di antara mereka ada yang menentang perintah Alloh dan
Rosul-Nya, menentang Al Qur’an, menentang sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
padahal dalil tersebut sudah jelas bagi mereka. Mereka lebih memilih
pendapat pemimpin golongan mereka, orang yang mereka anggap sebagai
wali, pendapat Pak Kyai atau orang alim meskipun jelas-jelas pendapat
tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sampai-sampai
mereka menghalalkan sesuatu yang Alloh Ta’ala haramkan, dan mengharamkan
sesuatu yang Alloh Ta’ala halalkan demi mengikuti pendapat seseorang.
Karena inilah mereka telah menjadikan tuhan-tuhan selain Alloh Ta’ala.
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka jadikan orang-orang alim dan rahib-rahib(pendta-pendeta) mereka sebagai Tuhan selain Alloh.” (At Taubah: 31)
Kami Tidak Menyembah Mereka
Ketika mendengar ayat ini dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu yang dulu beragama nasrani berkata, “Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”. Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bukankah
mereka mengharamkan yang Alloh halalkan kemudian kalian ikut
mengharamkannya, dan mereka menghalalkan yang Alloh haramkan kemudian
kalian ikut menghalalkannya?” Kemudian sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu menjawab, “Ya!” Rosululloh berkata, “Itulah bentuk peribadatan kalian kepada mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Inilah yang disebut syirik dalam ketaatan. Oleh karena itu, Syaikh Muhammad At-Tamimy rohimahulloh Ta’ala memasukan hadits di atas dalam Kitab Tauhid
karya beliau pada bab: Barang siapa yang menaati ulama dan pemimpin
dalam mengharamkan yang dihalalkan oleh Alloh dan menghalalkan yang
diharamkan oleh Alloh, maka dia telah menjadikannya sebagai tuhan-tuhan
selain Alloh.
Marah Karena Alloh Ta’ala
Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata, “Hujan batu
dari langit akan segera menimpa kalian. Aku katakan, ‘Rosululloh berkata
demikian-demikian’, namun kalian mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar
berkata demikian’.” Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma marah karena ada yang menentang perkataan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma. Padahal Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menginformasikan bahwa mereka berdua termasuk penghuni surga, bahkan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma adalah orang yang paling utama di antara umat ini dan orang yang pendapat-pendapatnya lebih mendekati kebenaran. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mentaati Abu Bakar dan Umar, kalian akan mendapat petunjuk.” (HR Muslim). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Kalian
wajib mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat
petunjuk setelahku, peganglah dan gigitlah sunnah itu dengan gigi
geraham kalian.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Hatim, shohih)
Jadi apabila ada yang menentang perkataan atau hadits Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
dengan perkataan Abu Bakar dan Umar saja terlarang, bagaimana lagi jika
menentang hadits Rosululloh dengan pendapat atau perkataan selain
mereka berdua? Tentunya lebih terlarang lagi. (Lihat Al Qoulul Mufid 2/88-89).
Perkataan Ulama’ Tentang Menentang Hadits
1. Imam Abu Hanifah rohimahullohu
- “Tidak halal bagi seorang pun untuk mengambil perkataan kami jika dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya”.
- “Jika saya menyampaikan perkataan yang bertentangan dengan Kitabulloh dan hadits Rosululloh, maka tinggalkanlah perkataanku”.
2. Imam Malik rohimahullohu
- “Sesungguhnya saya hanyalah manusia, kadang salah dan kadang benar, maka telitilah pendapatku. Yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah ambillah dan yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah tinggalkanlah”.
- “Pendapat semua orang dapat diterima atau ditolak kecuali perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam”.
3. Imam Syafi’i rohimahullohu
- “Jika suatu hadits itu shohih, maka itulah pendapatku”.
- “Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa jika ada yang mengetahui hadits Rosululloh, maka dia tidak boleh meninggalkannya karena mengikuti pendapat seseorang”.
4. Imam Ahmad rohimahullohu
- “Janganlah engkau mengekor kepadaku, Malik, Syafi’i, Auza’i, dan Ats-Tsaury. Ambillah dari sumber mereka mengambil”.
- “Barang siapa menolak hadits Rosululloh maka dia dalam jurang kehancuran”. (Lihat Sifat Sholat Nabi hal 47-53).
Demikianlah perkataan para ulama yang melarang kita menentang hadits Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
dengan pendapat seseorang. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk
memperhatikan hal ini. Hanya kepada Alloh Ta’ala kita memohon supaya
kita termasuk orang-orang yang selalu mendahulukan perkataan Alloh dan
Rosul-Nya dari pada perkataan manusia, dan menjadikan kita selalu
berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Wallohul Musta’an.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama