Mengapa Sholat Sebaik-baik Amal ? Bag. 01 ( Makna Shalat )

“Shalat adalah mi’ rajnya orang beriman”, demikian sabda Rasul saw. Alangkah agung makna sabda tersebut bagi para pecinta. Dalam setiap shalatnya, seorang pecinta akan bercengkerama dengan Zat yang dicintainya. Sehingga tidaklah heran apabila banyak riwayat yang menyebutkan bahwa baginda Rasul saw dan para syi’ahnya selalu menanti-nantikan tibanya waktu pelaksanaan shalat.

Ibadah shalat merupakan ajang bagi seorang pecintauntuk secara langsung berkeluh kesah dan menyampaikan kerinduannya kepada Zat yang dicintainya. Setiap pecinta yang hendak menunaikan shalat akan mempersiapkan betul keadaan dirinya dengan berhias sebaik mungkin. Sebabnya, pada saat itu dirinya akan berjumpa dengan kekasihnya, Allah swt. Ibadah shalat juga merupakan sarana komunikasi antara manusia dengan Allah swt. Bahkan, boleh dibilang sebgai sarana terbaik. Karena itulah, dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa shalat merupakan tonggak agama.

Tujuan utama dari pelaksanaan ibadah shalat adalah mendekatkan dan selalu mengingatkan manusia kepada Tuhannya. Dengan begitu, mereka tidak akan sampai terjerumus dalam lembah kenistaan. Inilah intisari dari uraian yang akan disampaikan Imam Ali Khamenei dalam bukunya yang amat berharga ini.

Dengan cara yang memukau, beliau memaparkan tentang makna sebenarnya dari ibadah shalat dan apa pengaruh positifnya; selain pula mengemukakan tentang apa saja yang harus dipersiapkan seseorang yang hendak shalat. Uraian beliau yang begitu padat, gamlang, namun kaya makna ini, memudahkan siapapun untuk memahaminya. Semoga Allah swt memberikan inayah kepada kita semua sehingga memiliki kesanggupan untuk mencerna dengan baik apa yang diinginkan penulis dengan uraiannya tentang shalat.

Daftar Isi
Makna Shalat
Ibadah Shalat
I. Allahu Akbar
II. Isi Surat al-Fatihah
III. Isi Surat at-Tauhid
IV. Tasbihat Arba’ah
V.Ruku’
VI. Sujud
VII. Tasyahhud
VIII. Penutup Ibadah Shalat

Makna Shalat

 

Bismillahir Rahmanir Rahim

 

Dengan Nama Allah Mahapengasih Mahapenyayang

“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al-Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-A’raf: 170)

Nabi saw bersabda, “Perbuatan ruku’ dan sujud (dalam shalat) ibarat mengetuk pintu gerbang alam ghaib. Tatkala seseorang terus-menerus mengetuk pintu tersebut, niscaya dirinya akan diliputi kebahagiaan tiada tara.”[1]

Ibadah shalat pada dasarnya merupakan ajang untuk mendekatkan hubungan seseorang dengan Tuhannya, atau antara Pencipta dengan makhluk-Nya. Dalam hal ini, ibadah shalat memiliki pengaruh terapis terhadap manusia. Terlebih terhadap mereka yang hatinya hancur, bersedih lantaran dihimpit kesulitan, atau merasa jiwanya terganggu dan tertekan. Ibadah shalat menjadikan ruh kita tenang dan pikiran kita damai. Ibadah shalat merupakan langkah awal yang tulus dalam upaya menghentikan segenap kejahatan serta kebiasaan buruk seseorang. Dan pada gilirannya, ia akan menggantikannya dengan pelbagai tindakan positif dan bermanfaat.

Ibadah shalat merupakan program kejiwaan untuk menemukan, mengembangkan, dan merekonstruksi jati diri manusia. Pendeknya, ibadah shalat merupakan sarana menghubung manusia kepada sumber utama segenap kebaikan, yakni Allah swt. Mengapa iabadah shalat sangat diperintahkan dan dianggap sebagai pilar utama Islam? Mengapa seluruh amal shalih seseorang tidak dinilai kecuali ia menunaikan kewajiban shalat hariannya?

Adakah manfaat lain di balik pelaksanaan ibadah shalat harian kita? Tentu saja, shalat harian mengandungi manfaat dari perbagai sisi. Kita akan menelaah lebih jauh tentangnya.

Pertama, mari kita mencari tahu tentang tujuan penciptaan manusia dari sudut pandang Islam. Persoalan ini bahkan menjadi pusat perhatian Islam. Kita percaya bahwa Allah yang Mahakuasa menciptakan kita, manusia, demi suatu tujuan.

Maksudnya, manusia diharuskan untuk mengikuti jalan yang lurus dan meraih tujuan tertentu (tanpa penyimpangan apapun). Oleh sebab itu, kita harus benar-benar mengenal arah dari tujuan tersebut dan senantiasa mengendapkannya dalam benak. Ketahuilah, barangsiapa yang teguh hati niscaya tidak akan kehilangan pandangan objektifnya dan akan terus melangkah di atas titian yang lurus. Namun tetaplah waspada!

Di samping jalan lurus tersebut, terdapat pula berbagai jalan lain yang terkadang amat mirip dengannya, namun tidak berujung oada tujuan dan maksud. Ya, ia harus segera meninggalkan semua itu. Untuk lebih yakin dan aman, seyogianya mereka mengikuti segenap perintah dan anjuran pemimpin (nabi).

Maksud dan tujuan dari semua itu adalah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan terus menerus pada diri manusia dalam proses kembali kepada Allah. Kita harus berusaha mengembangkan segenap potensi kita yang tersembunyi setinggi mungkin.

Hasilnya, kita akan menemukan kembali jati diri kita serta sanggup memanfaatkan seluruh keahlian kita demi kebaikan diri –alam dan manusia. Demikianlah, kita harus mengenal Allah dan mematuhi ketetapan-Nya demi terciptanya kebahagiaan hidup.

Dengan mengikuti suatu ajaran, seseorang akan memperoleh nilai lebih bagi kehidupannya. Menghidupkan berbagai kebiasaan baik dan membuang yang buruk akan menjadikan kehidupan seseorang penuh makna. Hidup tanpa kehati-hatian tiada berguna dan sia-sia belaka. Di sini kita bisa membandingkan kehidupan kita dengan belajar di sekolah atau bekerja di sebuah laboratorium. Kita semua tahu, seseorang tidak akan mendapatkan apapun dari pelajaran atau pekerjaannya itu apabila tidak mematuhi segenap aturan dan prosedur yang diberlakukan. Demikian pula dengan mengikuti pelajaran di sekolah kehidupan. 

 Dalam hal ini, kita diharuskan untuk menelaah dan memahami segenap hukum dan prinsip hasil rumusan Allah. Dengan mamatuhi dan menerapkan segenap hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita niscaya akan mengecap keberhasilan. Melalaikannya, atau bahkan menentangnya, hanya akan menghasilkan penderitaan. Bukan yang lain. Agama menyediakan arah dan petunjuk bagi umat dalam mencapai tujuan hidupnya. Dan, lebih oenting dari itu, agama mendekatkan manusia kepada Tuhan.

Kedekatan kepada Allah merupakan sebaik-baiknya keadaan yang harus ditempuh umat manusia. Dengan mengingat Allah, kita akan mengetahui tempat yang akan dituju (demi meraih kesempurnaan sekaligus menjadi yang terbaik semampu kita). Allah Mahasempurna dan lambang kebaikan absolut. Mengingat Allah akan menjadikan kita menempuh arah yang benar.

Selain pula akan menjulangkan semangat dan keyakinan kita, mengurangi ketakutan dalam menghadapi kesulitan, dan mencegah dari kesesatan. Masyarakat Islam, secara keseluruhan maupun individu, tentunya sanggup meniti jalan para Nabi atau mematuhi segenap doktrin Islam kalau saja mau mengingat Allah. Inilah mengapa Islam senantiasa berusaha mengingatkan manusia akan keberadaan Allah.

Salah satu cara paling efektif untuk itu adalah menegakkan shalat harian. Banyak inspirasi serta daya tarik yang menghunjam diri seseorang yang menunaikan ibadah shalat. Berbagai pertanda, isyarat, dan rangsangan niscaya muncul demi menjadikannya sanggup memahami makna kehidupan ini.

Dalam keseharian hidup, kita jarang menjumpai orang yang benar-benar memikirkan tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Bergumul dengan kehidupan yang bising dan tak karuan semacam itu menjadikan seseorang nyaris tak punya waktu luang untuk berpikir dan merenung. Jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan berlalu dengan cepat tanpa interupsi. Kita tak tahu lagi, mana awal dan akhir dari periode kehidupan ini.

Kewajiban shalat harian –yang dilaksanakan pada selang-selang waktu tertentu dalam sehari- berperan sebagai alat pengingat yang memberitahukan kita tentang berjalannya waktu.[2]

Ia tak ubahnya sebuah program yang dimaksudkan untu menyadarkan kita pada kenyataan bahwa hari-hari yang kita jalani akan dihisab, kehidupan ini hanyalah sebentar, sementara kita masih harus menempuh perjalanan panjang. Tugas tersebut sungguh sangat berat.

Padahal, batas-batas kehidupan kita semakin hari semakin dekat. Karena itu, seyogianya kita berdikap lebih bijak dalam menghadapinya. Di bawah tekanan hidup sehari-hari, seseorang akan mudah kehilangan pandangan dan tujuan hakikinya. Dalam keadaan demikian, mustahil kita selalu mengingat seluruh janji dan tanggung jawab yang harus diemban. Ini diperparah dengan sangat sedikitnya figur-figur dalam masyarakat yang layak diikuti dan diteladani. Dengan keterbatasan dan kurangnya disiplin diri, kita tentu tidak akan sanggup menunaikan seluruh kewajiban yang diajarkan Islam. Di sinilah arti penting ibadah shalat harian.

Ibadah ini merupakan ringkasan padat dari segenap rangkaian doktrin Islam. Ya, shalat adalah miniatur Islam yang memantulkan prinsip-prinsip utama Islam melalui gerakan-gerakan dan langkah-langkah yang telah ditetapkan sebelunya. Dalam banyak hal, sekalipun di tingkat permukaan, terdapat kemiripan antara shalat dan lagu kebangsaan.

Tentu saja, keduanya memiliki perbedaan dalam hal makna dan ruang lingkup. Lagu kebangsaan suatu negeri, yang mengandung sejumlah prinsip ideologis dan nilai-nilai sosial budaya lainnya, menyimpan ide-ide segar. Dengan terus mengulang-ulangnya, ide-ide tersebut akan merasuki hati dan pikiran para pendengarnya, yang pada gilirannya akan membentuk watak tertentu.

Mengumandangkannya secara bersama-sama akan mengentalkan dan mengokohkan kepercayaan serta keterikatan mereka terhadap negeri dan idealisme yang dijunjungnya. Mereka merasa bersatu, berani, dan siap menjalankan kewajibanya.

Singkatnya, ibadah shalat merupakan jalan Islam yang memunculkan perhatian seseorang terhadap prinsip-prinsip utama, kewajiban-kewajiban, tanggung jawab, sekaligus cara untuk melaksanakannya.

Sepanjang hari seorang muslim diwajibkan untuk menunaikan shalat; mulai dari subuh, tengah hari, sore hari, magrib, dan malam hari. Dalam keadaan itu, seorang hamba akan mengulang-ulang segenap prinsip utama, tujuan-tujuan, dan sasaran-sasaran akhir Islam. Dan pada akhirnya, ia akan mengetahui tugas-tugas serta tanggung jawabnya (sebagai muslim).

Ia senantiasa menilai seluruh perbuatannya dan berusaha mengarahkan dirinya ke jalan yang lurus. Inilah fungsi shalat harian. Dengannya, seorang muslim hakiki secara bertahap akan sanggup menggapai status kemanusiaan dan spiritual tertingga. Nabi saw bersabda, “Shalat adalah mi’rajnya orang mukmin.”[3]

Umat manusia akan menempuh perjalanan panjang dan membosankan dalam mencapai kesejahteraan dan keselamatan hakiki. Semua itu seyogianya menjadi tujuan serta maksud dari keberadaannya.

Namun, pada kenyataannya, jalan menuju tujuan tersebut tidak hanya satu. Dengan kata lain, banyak tersedia jalan lain yang mengarah ke sana; sebagiannya sangat gamblang dan menarik, sebagian lainnya berbahaya, dan sisanya samar-samar.

Keadaan ini tentu akan menyulitkan sekaligus membingungkan siapapun yang bermaksud menempuh jalan yang benar. Untuk membebaskan diri dari kebimbangan tersebut, seseorang tentu memerlukan kejelasan tentang tujuan akhir, peta yang baik, serta petunjuk arah yang sesuai.

Kini jelas sudah bagi kita tentang teramat pentingnya ibadah shalat lima waktu. Memberi ruh berbagai santapan bergizi, ibarat memberi tubuh makanan bergizi beberapa kali dalam sehari. Setiap kali menunaikan ibadah shalat, seseorang sangat dianjurkan untuk mengumandangkan ayat-ayat suci al-Quran.

Maksudnya agar orang-orang yang menunaikan shalat menjadi akrab dengan al-Quran dan memikirkan segenap konsepnya yang mendasar.[4]

Ibadah shalat wajib harian dengan semua rukunnya, sekalipun dalam skala kecil, mencerminkan keberadaan Islam yang dinamis. Islam jelas-jelas memiliki perhatian terhadap keadaan tubuh, pikiran, serta jiwa setiap individu masyarakat.

Unsur-unsur tersebut ditempatkan sesuai fungsinya masing-masing demi menciptakan kesejahteraan umat manusia. Selama menunaikan shalat, tubuh, pikiran, dan jiwa seorang hamba akan menjalankan fungsinya masing-masing.

Tubuh melaksanakan berbagai aktifitas ragawi: menggerakkan tangan, kaki, lidah, ruku’, duduk, berdiri, dan sujud. Sementara pikiran bertugas untuk menelaah makna kata, kalimat, serta pernyataan, sekaligus juga merenungkan landasan serta pook-pokok keislaman.

Adapun jiwa si hamba bertugas untuk merenungkan keberadaan Tuhan, mencari inspirasi, serta menghayati kedekatannya dengan Tuhan.

Kerendahan hati dan ketakutan kepada-Nya merupakan prestasi yang dicapai seseorang yang senantiasa membersihkan jiwanya. Telah dikatakan bahwa pemujaan merupakan rangkuman serta intisari setiap agama.
Demikian pula halnya ibadah shalat dalam Islam. Pemaduan jiwa dan tubuh, substansi dan makna, serta kehidupan dunia dan Hari Akhir merupakan ciri menonjol dari agama Islam. Dengan bantuan kekuatan dari (fisik, mental, dan spiritual) yang terpadu lewat penegakan ibadah shalat secara sempurna, seorang muslim akan mampu menggapai kedudukan yang luhur.

Ya, seorang ‘abid (ahli ibadah) hakiki akan mampu mengendalikan hasrat-hasrat rendah dan godaan-godaan setani lainnya. Namun bukan hanya pelaksanaan ibadah shalat yang membuahkan segenap manfaat tersebut. Persiapan untuk melaksanakan shalat juga memiliki perlbagai hikmah dan manfaat tersendiri. Dalam hal ini, al-Quran justru lebih banyak mengungkap perihal persiapan untuk menunaikan ibadah shalat ketimbang poros pelaksanaannya. Misalnya, seorang hamba (yang hendak melaksanakan shalat) yang mengumandangkan azan (waktu shalat).

Dengannya, ia tengah mengingatkan sesamanya untuk segera menegakkan shalat. Lebih dari itu, ia bermaksud mempengaruhi orang lain untuk mengingat Allah swt dan untuk merenungkan apa yang sedang dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan.

Kalau kita melihat keadaan seorang hamba dari dekat, kita akan menjumpai adanya perubahan sikap pada dirinya, baik yang berkenaan dengan perkataan maupun perbuatannya. Dengan kata lain, dirinya benar-benar memancarkan cahaya Ilahi. Cakrawala di sekelilingnya dan daya tarik perbuatannya mengundang banyak orang untuk hadir bersama-sama menunaikan shalat.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa seorang mukmin hakiki maupun sekumpulan ahli ibadah yang senantiasa berdiri dalam barisan shalat wajib (berjamaah) harian niscaya akan terhindar dari pelbagai problem serta penyakit sosial, seperti kejahatan, korupsi, dan tindakan-tindakan amoral lainnya. Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan keji.[5]

Dalam pergulatan hidup sehari-hari, kita tentu merasakan sendiri betapa sulitnya memerangi perbagai godaan, hasrat, kebutuhan, dan dorongan nafsu. Satu-satunya senjata yang harus dimiliki seseorang demi membungkam semua itu adalah kekuatan kehendak dan pengendalian diri. 

Pada saat yang sama, kekuatan jahat akan berusaha memalingkan dirinya dari jalan yang lurus. Dengan hilangnya kendali diri, seseorang pada dasarnya tengah membuka peluang lebar bagi kekuatan jahat untuk menyesatkannya.

Setan lebih mengincar dan menyukai orang-orang yang ingin berbuat demi kemanusiaan atau membuat sesuatu yang bersejarah. Untuk itu, lebih dari yang lain, mereka harus senantiasa bersikap waspada dan berhati-hati. Itu dimaksudkan agar semangat serta tujuan hidup mereka tidak sampai goyah.

Ibadah shalat dalam Islam mengandung kekuatan yang sungguh luar biasa dan menakjubkan. Dengan kata lain, ibadah shalat berperan dalam membentangkan tali yang menghubungkan kaum lemah dan tertindas dengan Allah yang Mahakuasa, sumber segala kebajikan.

Ketika hubungan tersebut telah terbina, seseorang akan merasakan dirinya jauh lebih kokoh, tegar, dan stabil. Siapapun tentu bisa memanfaatkan shalat demi mengubah kelemahan menjadi kekuatan serta demi memperbarui keyakinan dan semangatnya.

Selama masa kebangkitan Islam, Nabi saw harus menghadapi sekumpulan orang jahil dan pembangkang. Beliau saw kemudian diperintahkan Allah swt untuk menunaikan ibadah shalat malam.

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (al-Muzzammil: 1 – 5)

Marilah kita telaah lebih jauh kandungan makna ibadah shalat harian, tanpa harus terjebak pelbagai istilah tentangnya.


______________________________________________________________________________________
Artikel Lanjutan :
Mengapa Sholat Sebaik-baik Amal ? ( Ibadah Shalat - Allahu Akbar - Isi Surat Al-Fatihah) Bag. 02
Share on Google Plus

About Admin

Khazanahislamku.blogspot.com adalah situs yang menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya.
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment


Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com

Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama