“Shalat
adalah mi’ rajnya orang beriman”, demikian sabda Rasul saw. Alangkah
agung makna sabda tersebut bagi para pecinta. Dalam setiap shalatnya,
seorang pecinta akan bercengkerama dengan Zat yang dicintainya. Sehingga
tidaklah heran apabila banyak riwayat yang menyebutkan bahwa baginda
Rasul saw dan para syi’ahnya selalu menanti-nantikan tibanya waktu
pelaksanaan shalat.
Ibadah
shalat merupakan ajang bagi seorang pecintauntuk secara langsung
berkeluh kesah dan menyampaikan kerinduannya kepada Zat yang
dicintainya. Setiap pecinta yang hendak menunaikan shalat akan
mempersiapkan betul keadaan dirinya dengan berhias sebaik mungkin.
Sebabnya, pada saat itu dirinya akan berjumpa dengan kekasihnya, Allah
swt. Ibadah shalat juga merupakan sarana komunikasi antara manusia
dengan Allah swt. Bahkan, boleh dibilang sebgai sarana terbaik. Karena
itulah, dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa shalat merupakan
tonggak agama.
Tujuan
utama dari pelaksanaan ibadah shalat adalah mendekatkan dan selalu
mengingatkan manusia kepada Tuhannya. Dengan begitu, mereka tidak akan
sampai terjerumus dalam lembah kenistaan. Inilah intisari dari uraian
yang akan disampaikan Imam Ali Khamenei dalam bukunya yang amat berharga
ini.
Dengan
cara yang memukau, beliau memaparkan tentang makna sebenarnya dari
ibadah shalat dan apa pengaruh positifnya; selain pula mengemukakan
tentang apa saja yang harus dipersiapkan seseorang yang hendak shalat.
Uraian beliau yang begitu padat, gamlang, namun kaya makna ini,
memudahkan siapapun untuk memahaminya. Semoga Allah swt memberikan
inayah kepada kita semua sehingga memiliki kesanggupan untuk mencerna
dengan baik apa yang diinginkan penulis dengan uraiannya tentang shalat.
Daftar Isi
Makna Shalat
Ibadah Shalat
I. Allahu Akbar
II. Isi Surat al-Fatihah
III. Isi Surat at-Tauhid
IV. Tasbihat Arba’ah
V.Ruku’
VI. Sujud
VII. Tasyahhud
VIII. Penutup Ibadah Shalat
Makna Shalat
Bismillahir Rahmanir Rahim
Dengan Nama Allah Mahapengasih Mahapenyayang
“Dan
orang-orang yang berpegang teguh dengan al-Kitab (Taurat) serta
mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-A’raf:
170)
Nabi
saw bersabda, “Perbuatan ruku’ dan sujud (dalam shalat) ibarat mengetuk
pintu gerbang alam ghaib. Tatkala seseorang terus-menerus mengetuk
pintu tersebut, niscaya dirinya akan diliputi kebahagiaan tiada tara.”[1]
Ibadah
shalat pada dasarnya merupakan ajang untuk mendekatkan hubungan
seseorang dengan Tuhannya, atau antara Pencipta dengan makhluk-Nya.
Dalam hal ini, ibadah shalat memiliki pengaruh terapis terhadap manusia.
Terlebih terhadap mereka yang hatinya hancur, bersedih lantaran
dihimpit kesulitan, atau merasa jiwanya terganggu dan tertekan. Ibadah
shalat menjadikan ruh kita tenang dan pikiran kita damai. Ibadah shalat
merupakan langkah awal yang tulus dalam upaya menghentikan segenap
kejahatan serta kebiasaan buruk seseorang. Dan pada gilirannya, ia akan
menggantikannya dengan pelbagai tindakan positif dan bermanfaat.
Ibadah
shalat merupakan program kejiwaan untuk menemukan, mengembangkan, dan
merekonstruksi jati diri manusia. Pendeknya, ibadah shalat merupakan
sarana menghubung manusia kepada sumber utama segenap kebaikan, yakni
Allah swt. Mengapa iabadah shalat sangat diperintahkan dan dianggap
sebagai pilar utama Islam? Mengapa seluruh amal shalih seseorang tidak
dinilai kecuali ia menunaikan kewajiban shalat hariannya?
Adakah
manfaat lain di balik pelaksanaan ibadah shalat harian kita? Tentu
saja, shalat harian mengandungi manfaat dari perbagai sisi. Kita akan
menelaah lebih jauh tentangnya.
Pertama,
mari kita mencari tahu tentang tujuan penciptaan manusia dari sudut
pandang Islam. Persoalan ini bahkan menjadi pusat perhatian Islam. Kita
percaya bahwa Allah yang Mahakuasa menciptakan kita, manusia, demi suatu
tujuan.
Maksudnya,
manusia diharuskan untuk mengikuti jalan yang lurus dan meraih tujuan
tertentu (tanpa penyimpangan apapun). Oleh sebab itu, kita harus
benar-benar mengenal arah dari tujuan tersebut dan senantiasa
mengendapkannya dalam benak. Ketahuilah, barangsiapa yang teguh hati
niscaya tidak akan kehilangan pandangan objektifnya dan akan terus
melangkah di atas titian yang lurus. Namun tetaplah waspada!
Di
samping jalan lurus tersebut, terdapat pula berbagai jalan lain yang
terkadang amat mirip dengannya, namun tidak berujung oada tujuan dan
maksud. Ya, ia harus segera meninggalkan semua itu. Untuk lebih yakin
dan aman, seyogianya mereka mengikuti segenap perintah dan anjuran
pemimpin (nabi).
Maksud
dan tujuan dari semua itu adalah terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan terus menerus pada diri manusia dalam proses kembali kepada
Allah. Kita harus berusaha mengembangkan segenap potensi kita yang
tersembunyi setinggi mungkin.
Hasilnya,
kita akan menemukan kembali jati diri kita serta sanggup memanfaatkan
seluruh keahlian kita demi kebaikan diri –alam dan manusia. Demikianlah,
kita harus mengenal Allah dan mematuhi ketetapan-Nya demi terciptanya
kebahagiaan hidup.
Dengan
mengikuti suatu ajaran, seseorang akan memperoleh nilai lebih bagi
kehidupannya. Menghidupkan berbagai kebiasaan baik dan membuang yang
buruk akan menjadikan kehidupan seseorang penuh makna. Hidup tanpa
kehati-hatian tiada berguna dan sia-sia belaka. Di sini kita bisa
membandingkan kehidupan kita dengan belajar di sekolah atau bekerja di
sebuah laboratorium. Kita semua tahu, seseorang tidak akan mendapatkan
apapun dari pelajaran atau pekerjaannya itu apabila tidak mematuhi
segenap aturan dan prosedur yang diberlakukan. Demikian pula dengan
mengikuti pelajaran di sekolah kehidupan.
Dalam
hal ini, kita diharuskan untuk menelaah dan memahami segenap hukum dan
prinsip hasil rumusan Allah. Dengan mamatuhi dan menerapkan segenap
hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita niscaya akan mengecap
keberhasilan. Melalaikannya, atau bahkan menentangnya, hanya akan
menghasilkan penderitaan. Bukan yang lain. Agama menyediakan arah dan
petunjuk bagi umat dalam mencapai tujuan hidupnya. Dan, lebih oenting
dari itu, agama mendekatkan manusia kepada Tuhan.
Kedekatan
kepada Allah merupakan sebaik-baiknya keadaan yang harus ditempuh umat
manusia. Dengan mengingat Allah, kita akan mengetahui tempat yang akan
dituju (demi meraih kesempurnaan sekaligus menjadi yang terbaik semampu
kita). Allah Mahasempurna dan lambang kebaikan absolut. Mengingat Allah
akan menjadikan kita menempuh arah yang benar.
Selain
pula akan menjulangkan semangat dan keyakinan kita, mengurangi
ketakutan dalam menghadapi kesulitan, dan mencegah dari kesesatan.
Masyarakat Islam, secara keseluruhan maupun individu, tentunya sanggup
meniti jalan para Nabi atau mematuhi segenap doktrin Islam kalau saja
mau mengingat Allah. Inilah mengapa Islam senantiasa berusaha
mengingatkan manusia akan keberadaan Allah.
Salah
satu cara paling efektif untuk itu adalah menegakkan shalat harian.
Banyak inspirasi serta daya tarik yang menghunjam diri seseorang yang
menunaikan ibadah shalat. Berbagai pertanda, isyarat, dan rangsangan
niscaya muncul demi menjadikannya sanggup memahami makna kehidupan ini.
Dalam
keseharian hidup, kita jarang menjumpai orang yang benar-benar
memikirkan tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Bergumul dengan
kehidupan yang bising dan tak karuan semacam itu menjadikan seseorang
nyaris tak punya waktu luang untuk berpikir dan merenung. Jam demi jam,
hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan berlalu dengan
cepat tanpa interupsi. Kita tak tahu lagi, mana awal dan akhir dari
periode kehidupan ini.
Kewajiban
shalat harian –yang dilaksanakan pada selang-selang waktu tertentu
dalam sehari- berperan sebagai alat pengingat yang memberitahukan kita
tentang berjalannya waktu.[2]
Ia
tak ubahnya sebuah program yang dimaksudkan untu menyadarkan kita pada
kenyataan bahwa hari-hari yang kita jalani akan dihisab, kehidupan ini
hanyalah sebentar, sementara kita masih harus menempuh perjalanan
panjang. Tugas tersebut sungguh sangat berat.
Padahal,
batas-batas kehidupan kita semakin hari semakin dekat. Karena itu,
seyogianya kita berdikap lebih bijak dalam menghadapinya. Di bawah
tekanan hidup sehari-hari, seseorang akan mudah kehilangan pandangan dan
tujuan hakikinya. Dalam keadaan demikian, mustahil kita selalu
mengingat seluruh janji dan tanggung jawab yang harus diemban. Ini
diperparah dengan sangat sedikitnya figur-figur dalam masyarakat yang
layak diikuti dan diteladani. Dengan keterbatasan dan kurangnya disiplin
diri, kita tentu tidak akan sanggup menunaikan seluruh kewajiban yang
diajarkan Islam. Di sinilah arti penting ibadah shalat harian.
Ibadah
ini merupakan ringkasan padat dari segenap rangkaian doktrin Islam. Ya,
shalat adalah miniatur Islam yang memantulkan prinsip-prinsip utama
Islam melalui gerakan-gerakan dan langkah-langkah yang telah ditetapkan
sebelunya. Dalam banyak hal, sekalipun di tingkat permukaan, terdapat
kemiripan antara shalat dan lagu kebangsaan.
Tentu
saja, keduanya memiliki perbedaan dalam hal makna dan ruang lingkup.
Lagu kebangsaan suatu negeri, yang mengandung sejumlah prinsip ideologis
dan nilai-nilai sosial budaya lainnya, menyimpan ide-ide segar. Dengan
terus mengulang-ulangnya, ide-ide tersebut akan merasuki hati dan
pikiran para pendengarnya, yang pada gilirannya akan membentuk watak
tertentu.
Mengumandangkannya
secara bersama-sama akan mengentalkan dan mengokohkan kepercayaan serta
keterikatan mereka terhadap negeri dan idealisme yang dijunjungnya.
Mereka merasa bersatu, berani, dan siap menjalankan kewajibanya.
Singkatnya,
ibadah shalat merupakan jalan Islam yang memunculkan perhatian
seseorang terhadap prinsip-prinsip utama, kewajiban-kewajiban, tanggung
jawab, sekaligus cara untuk melaksanakannya.
Sepanjang
hari seorang muslim diwajibkan untuk menunaikan shalat; mulai dari
subuh, tengah hari, sore hari, magrib, dan malam hari. Dalam keadaan
itu, seorang hamba akan mengulang-ulang segenap prinsip utama,
tujuan-tujuan, dan sasaran-sasaran akhir Islam. Dan pada akhirnya, ia
akan mengetahui tugas-tugas serta tanggung jawabnya (sebagai muslim).
Ia
senantiasa menilai seluruh perbuatannya dan berusaha mengarahkan
dirinya ke jalan yang lurus. Inilah fungsi shalat harian. Dengannya,
seorang muslim hakiki secara bertahap akan sanggup menggapai status
kemanusiaan dan spiritual tertingga. Nabi saw bersabda, “Shalat adalah
mi’rajnya orang mukmin.”[3]
Umat
manusia akan menempuh perjalanan panjang dan membosankan dalam mencapai
kesejahteraan dan keselamatan hakiki. Semua itu seyogianya menjadi
tujuan serta maksud dari keberadaannya.
Namun,
pada kenyataannya, jalan menuju tujuan tersebut tidak hanya satu.
Dengan kata lain, banyak tersedia jalan lain yang mengarah ke sana; sebagiannya sangat gamblang dan menarik, sebagian lainnya berbahaya, dan sisanya samar-samar.
Keadaan
ini tentu akan menyulitkan sekaligus membingungkan siapapun yang
bermaksud menempuh jalan yang benar. Untuk membebaskan diri dari
kebimbangan tersebut, seseorang tentu memerlukan kejelasan tentang
tujuan akhir, peta yang baik, serta petunjuk arah yang sesuai.
Kini jelas sudah bagi kita tentang teramat pentingnya ibadah shalat lima
waktu. Memberi ruh berbagai santapan bergizi, ibarat memberi tubuh
makanan bergizi beberapa kali dalam sehari. Setiap kali menunaikan
ibadah shalat, seseorang sangat dianjurkan untuk mengumandangkan
ayat-ayat suci al-Quran.
Maksudnya agar orang-orang yang menunaikan shalat menjadi akrab dengan al-Quran dan memikirkan segenap konsepnya yang mendasar.[4]
Ibadah
shalat wajib harian dengan semua rukunnya, sekalipun dalam skala kecil,
mencerminkan keberadaan Islam yang dinamis. Islam jelas-jelas memiliki
perhatian terhadap keadaan tubuh, pikiran, serta jiwa setiap individu
masyarakat.
Unsur-unsur
tersebut ditempatkan sesuai fungsinya masing-masing demi menciptakan
kesejahteraan umat manusia. Selama menunaikan shalat, tubuh, pikiran,
dan jiwa seorang hamba akan menjalankan fungsinya masing-masing.
Tubuh
melaksanakan berbagai aktifitas ragawi: menggerakkan tangan, kaki,
lidah, ruku’, duduk, berdiri, dan sujud. Sementara pikiran bertugas
untuk menelaah makna kata, kalimat, serta pernyataan, sekaligus juga
merenungkan landasan serta pook-pokok keislaman.
Adapun jiwa si hamba bertugas untuk merenungkan keberadaan Tuhan, mencari inspirasi, serta menghayati kedekatannya dengan Tuhan.
Kerendahan
hati dan ketakutan kepada-Nya merupakan prestasi yang dicapai seseorang
yang senantiasa membersihkan jiwanya. Telah dikatakan bahwa pemujaan
merupakan rangkuman serta intisari setiap agama.
Demikian
pula halnya ibadah shalat dalam Islam. Pemaduan jiwa dan tubuh,
substansi dan makna, serta kehidupan dunia dan Hari Akhir merupakan ciri
menonjol dari agama Islam. Dengan bantuan kekuatan dari (fisik, mental,
dan spiritual) yang terpadu lewat penegakan ibadah shalat secara
sempurna, seorang muslim akan mampu menggapai kedudukan yang luhur.
Ya,
seorang ‘abid (ahli ibadah) hakiki akan mampu mengendalikan
hasrat-hasrat rendah dan godaan-godaan setani lainnya. Namun bukan hanya
pelaksanaan ibadah shalat yang membuahkan segenap manfaat tersebut.
Persiapan untuk melaksanakan shalat juga memiliki perlbagai hikmah dan
manfaat tersendiri. Dalam hal ini, al-Quran justru lebih banyak
mengungkap perihal persiapan untuk menunaikan ibadah shalat ketimbang
poros pelaksanaannya. Misalnya, seorang hamba (yang hendak melaksanakan
shalat) yang mengumandangkan azan (waktu shalat).
Dengannya,
ia tengah mengingatkan sesamanya untuk segera menegakkan shalat. Lebih
dari itu, ia bermaksud mempengaruhi orang lain untuk mengingat Allah swt
dan untuk merenungkan apa yang sedang dilakukan dan apa yang seharusnya
dilakukan.
Kalau
kita melihat keadaan seorang hamba dari dekat, kita akan menjumpai
adanya perubahan sikap pada dirinya, baik yang berkenaan dengan
perkataan maupun perbuatannya. Dengan kata lain, dirinya benar-benar
memancarkan cahaya Ilahi. Cakrawala di sekelilingnya dan daya tarik
perbuatannya mengundang banyak orang untuk hadir bersama-sama menunaikan
shalat.
Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa seorang mukmin hakiki maupun sekumpulan
ahli ibadah yang senantiasa berdiri dalam barisan shalat wajib
(berjamaah) harian niscaya akan terhindar dari pelbagai problem serta
penyakit sosial, seperti kejahatan, korupsi, dan tindakan-tindakan
amoral lainnya. Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari
perbuatan-perbuatan keji.[5]
Dalam
pergulatan hidup sehari-hari, kita tentu merasakan sendiri betapa
sulitnya memerangi perbagai godaan, hasrat, kebutuhan, dan dorongan
nafsu. Satu-satunya senjata yang harus dimiliki seseorang demi
membungkam semua itu adalah kekuatan kehendak dan pengendalian diri.
Pada
saat yang sama, kekuatan jahat akan berusaha memalingkan dirinya dari
jalan yang lurus. Dengan hilangnya kendali diri, seseorang pada dasarnya
tengah membuka peluang lebar bagi kekuatan jahat untuk menyesatkannya.
Setan
lebih mengincar dan menyukai orang-orang yang ingin berbuat demi
kemanusiaan atau membuat sesuatu yang bersejarah. Untuk itu, lebih dari
yang lain, mereka harus senantiasa bersikap waspada dan berhati-hati.
Itu dimaksudkan agar semangat serta tujuan hidup mereka tidak sampai
goyah.
Ibadah
shalat dalam Islam mengandung kekuatan yang sungguh luar biasa dan
menakjubkan. Dengan kata lain, ibadah shalat berperan dalam
membentangkan tali yang menghubungkan kaum lemah dan tertindas dengan
Allah yang Mahakuasa, sumber segala kebajikan.
Ketika
hubungan tersebut telah terbina, seseorang akan merasakan dirinya jauh
lebih kokoh, tegar, dan stabil. Siapapun tentu bisa memanfaatkan shalat
demi mengubah kelemahan menjadi kekuatan serta demi memperbarui
keyakinan dan semangatnya.
Selama
masa kebangkitan Islam, Nabi saw harus menghadapi sekumpulan orang
jahil dan pembangkang. Beliau saw kemudian diperintahkan Allah swt untuk
menunaikan ibadah shalat malam.
“Wahai
orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam
hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah
dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah
al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan
kepadamu perkataan yang berat.” (al-Muzzammil: 1 – 5)
Marilah kita telaah lebih jauh kandungan makna ibadah shalat harian, tanpa harus terjebak pelbagai istilah tentangnya.
______________________________________________________________________________________
Artikel Lanjutan :
Mengapa Sholat Sebaik-baik Amal ? ( Ibadah Shalat - Allahu Akbar - Isi Surat Al-Fatihah) Bag. 02
______________________________________________________________________________________
Artikel Lanjutan :
Mengapa Sholat Sebaik-baik Amal ? ( Ibadah Shalat - Allahu Akbar - Isi Surat Al-Fatihah) Bag. 02
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama