Syahadatain Dan Revolusi Diri


Setiap sesuatu pasti memiliki nilai hakiki (esensial), begitu pula syahadat tauhid dan syahadat rasul yang telah kita ikrarkan dan kita yakini kebenarannya. Setelah kita mengucapkan dua kalimat syahadat, maka kewajiban selanjutnya adalah bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam kalimat tersebut bisa teraplikasikan dalam setiap dimensi kehidupan kita. Terasa tidak cukup apabila kita hanya bisa mengucapkan saja tanpa ada pembuktian tindakan dan aktivitas yang positif. Maka untuk lebih lanjutnya kita harus memahami apa arti syahadat itu?

 

Apa Arti Syahadat Itu?

Jawaban dari pertanyaan ini akan memberikan tashuwur (gambaran) yang jelas bagi setiap mukmin di saat pertama kali ia mengucapkan kalimat ini. Sehingga ia mengerti apa yang seharusnya dilakukan sebagai konsekwensi ucapannya. Ia memahami bagaimana menjadi mukmin yang haqqon (sejati) dengan panji kalimat di atas. Adapun syahadat secara etimologi memiliki beberapa pengertian di bawah ini;

 1. Ikrar

Pengertian ikrar bisa kita temukan dalam firman Allah berikut ini; “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 3:18)

 2. Sumpah

Pengertian sumpah bisa kita lihat dalam beberapa firman Allah berikut ini; “ Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Isterinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.” (QS 24:6-8)

 3. Perjanjian

Pengertian perjanjian bisa kita temukan dalam ayat-ayat quraniah di bawah ini; “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS: 7: 172)

 4. Persaksian

Dan adapun pengertian persaksiaan untuk kalimat syahadat maka bisa kita temukan dalam beberapa firman Allah swt; “…Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS 3:81)
“…Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS: 6:130)
Menurut beberapa pengertian di atas, syahadat bukanlah sekedar simbol-simbol mati yang tidak bisa melahirkan perubahan-perubahan besar dalam diri seorang mukmin. Bukanlah sekedar jargon-jargon kosong yang tidak mencerminkan arti syahadat itu sendiri, akan tetapi makna syahadat adalah berikrar dengan sepenuh hati, bersumpah dengan memahami arti yang terkandung di dalamnya, bersaksi akan kebenaran syahadat dan berjanji untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang termuat dalam panji kalimat ini. Dan seorang mukmin harus berikrar untuk selalu mentaati kepada Allah dan Rasul-Nya, memberikan wala’ (loyalitas) hanya kepada-Nya. Karena Dialah Tuhan yang harus diabdi, dicintai, ditakuti dan hanya kepada-Nya kita memohon dan berserah diri.
Inilah yang disebut dengan iman yang sebenarnya. Iman yang tidak hanya diucapkan lisan saja, namun dibenarkan oleh sang hati dan jiwa. Tidak hanya sampai di sini, tapi juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Perhatikan sabda Rasul saw; “Iman itu bukanlah hiasan dan khayalan belaka, akan tetapi iman harus dibuktikan dengan amal.” (HR Ad-Dailamy)
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS 49:15)
 Ketika seorang hamba mempunyai iman seperti pengertian di atas, maka ia akan merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa (lihat 13:28), istiqomah sepanjang hidup dengan meniti jalan ilahi (lihat 41:30), keberanian dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan menolak nilai-nilai kebatilan dalam semua lini kehidupan (lihat 5:52) dan ia akan selalu optimisme dalam menjalani kehidupan (lihat 24:55)
 Syekhul Islam Ibnu Taimiah –rahimahullah- berkata: “Hati tak akan merasa tentram, bahagia dan lezat kecuali hanya dengan mencintai dan dalam dekapan rahmat-Nya. Oleh karena mengaku cinta kepada-Nya berarti ia harus menafikan kekasih-kekasih selain-Nya.” (Majmu’ Fatawa)

 Hakekat Itu

Seorang mukmin yang telah berikrar dengan syahadat ini, ia harus mentaati apa-apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya dengan kesempurnaan cinta dan ketundukan. Selanjutnya ia akan menerima dan ridlo terhadap ketentuan-ketentuan ilahiah tanpa berfikir panjang dan tawar menawar. Inilah rahasia firman Allah swt dan sabda Rasulullah berikut ini;
“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS: 33:36)
“ Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS: 24:51)
Kerelaan ini muncul dan lahir dari proses panjang ketersibghoan akal yang berfungsi untuk memilah dan memilih, hati yang berfungsi untuk memutuskan dan jasad sebagai muara lahirnya perbuatan. Maka ketika tiga unsur ini telah terwarnai dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam maka ia akan melahirkan keyakinan, pemikiran dan amal yang tidak bertentangan dengan Islam. Artinya niat yang ada dalam jiwa ini adalah ketulusan yang tidak terwarnai dengan noda-noda riya’, sum’ah (agar didengar) dan syuhrah (ketenaran). Manhaj (aturan ) yang diproduk pemikiran ini mustahil bertentangan dengan yang telah digariskan oleh Allah swt. Dan begitu pula gerakan-gerakan, tindakan-tindakan dan seluruh aktivitas seorang mukmin benar-benar mengarah kepada titik yang dikehendaki syahadat itu sendiri. Inilah “revolusi diri” yang lahir dari pemahaman makna syahadat secara benar dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Perubahan totalitas itulah yang diinginkan, ketika mukmin menyadari dan memahami arti syahadat yang sebenarnya. Ia juga sadar bahwa bersyahadat adalah awal transaksi bisnis ukhrowi antara dirinya dengan Allah. Ia telah menjual harta dan jiwa raga kepada Allah swt. Inilah harga mati syahadat dan iman yang telah dilakukan oleh mukmin. Tanpa ada penawaran dan penolokan dalam transaksi ini. Perhatikan firman Allah swt;
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS: 9:111)
Begitu juga hidup di bawah naungan panji-panji tauhid ini akan melahirkan wala (loyalitas) terhadap Allah semata. Dan pada saat yang sama ia harus bebas dari al-Alihah (Tuhan-tuhan), thogut-thogut (Syetan, dukun-dukun dan sesembahan selain Allah), Arbab (Tokoh, cendekiawan, ilmuan dan agamawan) dan sistem-sistem yang dimilikinya.

Buah Syahadat

Setelah makna syahadat mengakar dalam jiwa seorang mukmin, maka akan bermunculan dahan-dahan “inqilab syakhshy” (revolusi diri) yang semakin kokoh dan mempesona. Revolusi diri atau perubahan secara totalitas yang di bangun di atas pondasi keimanan akan berdampak pada semua lini kehidupan seorang mukmin. Baik secara individu, keluarga, masyarakat dan sampai tingkat perbaikan bangsa. Seorang muslim yang memiliki kekuatan syhadatain dalam dirinya, ia akan mempesona di hadapan Rabbnya dan manusia lain. Pesona-pesona islam selalu menghiasi lembaran kehidupannya. Apapun jabatannya, apapun nasabnya dan apapun sukunya, ia senantiasa menawan dengan nilai-nilai kebenran dan kebaikan islam.
Dan bahtera keluarga yang dinahkodai pasangan suami istri yang memeliki pemahaman dan kesadaran yang utuh tentang makna syahadatain, maka akan semakin kokoh dan tenang dalam mengarungi samudra rumah tangganya. Pulau mawaddah rahmah dan pelabuan sakinah adalah tujuan utama dan cita-cita yang diharapkan.
Bangunan individu dan keluarga yang kokoh merupakan tonggak awal kebaikan dalam bangunan masyarakat. Karena salah satu kompenen utama atau variabel yang mempengaruhi buruk dan baiknya sebuah masyarakat adalah kembali kepada kwalitas individu dan keluarga yang berada di tengah-tengah masyarakat tersebut. Dan akhirnya, fenomena kekuatan syahadatain dalam sebuah masyarakat, menjadi gambaran sebuah bangsa. Bangsa yang kokoh adalah bangsa yang di mana setiap individu dan keluarga yang hidup di dalamnya, memiliki kekuatan pemahaman akan makna syahadatain dan semangat mengimplementasikan dalam realitas kehidupannya. Penyair Arab berkata: “Bangsa itu tergantung akhlak dan moralnya, Apabila moral dan akhlak bangsa itu hilang maka hilanglah eksistensi bangsa tersebut.”
Maka bisa dikonklusikan bahwa buah syahadatain adalah adanya;
  • Perbaikan individu muslim
  • Perbaikan keluarga muslim
  • Perbaikan masyarakat muslim
  • Perbaikan bangsa dan negara.
Share on Google Plus

About Admin

Khazanahislamku.blogspot.com adalah situs yang menyebarkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta pengikutnya.
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment


Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com

Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama