عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ
حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ
لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Makna Hadits
Iman adalah mutiara dalam hati manusia.
Dari sudut-sudutnya memancarkan kecemerlangan yang menyinari ruang-
ruang kepribadian dengan sejumlah keluhuran. Ia adalah tangga
kesempurnaan untuk meraih ketinggian derajat disisi Allah SWT. Karena
seorang hamba hanya akan menemukan keutuhan sebagai manusia jika ia
kuasa menaiki dua tangga kesempurnaan yaitu; Iman dan Amal Shalih.
(QS.103:1-3).
Dengan demikian keberadaan Iman dalam diri manusia merupakan anugerah paling besar dari Allah Ta’ala, meski keberadaannya saja
tidak cukup jika tidak membekas. Ibarat pohon tak berbuah, begitu pula
Iman jika tidak tercermin dalam tindakan dan perkataan. Iman juga
memiliki kadar tak sama pada setiap orang. Ada yang berkadar emas, perak
atau besi. Ada yang kokoh menghujam, sedang atau bahkan lemah. Seperti
yang sering di ungkapkan Rasulullah SAW bila prilaku seseorang
bertentangan dengan tuntutan Iman (mutathallabatul Iman). Maka tipe yang
pertama itulah kiranya “Halawatul Iman” (manisnya Iman). Kokoh menghujam dalam hati dan melahirkan keshalihan serta keluhuran (ma waqara fil qalbi wa shaddaqahul amal).
Fiqh Hadits
- Dalam Iman kepada Allah SWT ada puncak kenikmatan, yaitu “Halawatul Iman”. Hanya saja hakikatnya tidak akan bisa mewujud di hati seorang muslim kecuali dengan tiga syarat tersebut.
- Cinta seseorang kepada saudaranya yang beriman adalah bukti kesempurnaan imannya.
- Seorang muslim akan istiqamah dijalan kebenaran jika mampu mewujudkan cinta kepada kepada Allah dan RasulNya.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama