Bentuk dan Pengaruhnya Terhadap Keberagamaan di Indonesia
PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap komunitas memiliki keinginan kuat untuk
memperbanyak jumlah keanggotaan dan pengikut selama keberadaannya dalam
kancah kehidupan. Keinginan ini sebetulnya merupakan insting yang
tertanam pada kedalaman jiwa masing-masing individu, mengigat bahwa
manusia memang merupakan mahluk dengan naluri sosial yang tinggi. Jumlah
yang banyak merupakan bagian dari wujud eksistensi dan merupakan data
dan fakta tentang keberadaan dan hak-hak untuk memiliki kehidupan yang
layak ditengah masyarakat manusia. Maka tak heran jika agama sebagai
identitas yang melekat pada manusia juga berusaha keras untuk
mengumpulkan sesama dalam ruang lingkup keyakinan dan kepercayaan.
Islam sendiri menganggap bahwa missi
untuk mengajak orang lain menuju pintu gerbang Islam adalah merupakan
perintah Tuhan yang berlandaskan semangat kitab suci. Pandangan ini
berdasarkan pada asumsi bahwa Islam adalah jalan keselamatan terakhir
menuju Allah swt. Hanya saja, jika dibandingkan dengan seksama, missi
dalam Islam hanyalah sebatas menawarkan dan tidak memiliki hak pemaksaan
dan intimidasi. Penawaran di sini sebagai bukti bahwa kebenaran yang
diyakini oleh seorang Muslim telah disampaikan kepada orang lain. Out put
berupa ketertarikan dan pemilihan Islam sebagai agama tidaklah menjadi
target utama dalam Islam. Sementara dalam Kristen, missi tidak sekedar
menawarkan ajaran Kristen kepada pihak lain, tetapi juga mengadung
keharusan agar objek missi benar-benar dapat dikatakan sebagai penganut
Kristen secara formal. Dengan demikian, beban di pundak missonaris lebih
berat dibanding beban da’i dalam Islam. Maka tidaklah mengherankan jika
missi Kristen terkadang terkesan melalui cara-cara yang tidak lazim
dilakukan oleh missionaris terhadap agama-agama lain.[1]
Makalah ini berusaha menelusuri missi
Kristen di Indonesia dengan berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana
bentuk missi Kristen di Indonesia dan pengaruhnya terhadap kehidupan
keberagamaan.
KRISTENISASI
Kata kristenisasi adalah padanan kata islamisasi. Keduanya mengadung upaya-upaya sistemis untuk mengajak pihak lain, baik kalangan internal maupun eksternal untuk menganut cara hidup masing-masing agama yang dipropagandakan. Namun, dari segi istilah, kristenisasi merupakan sebuah gerakan keagamaan yang yang bernuansa politik yang muncul setelah berakhirnya perang salib dengan tujuan menyebarkan agama Nasrani kepada semua komunitas manusia yang ada di dunia ketiga secara umum dan kepada kaum Muslim secara khusus, dengan harapan dapat menegaskan kekuasaan mereka terhadap bangsa-bangsa yang ada.[2]
Kaum Kristen biasanya merujuk sejumlah
ayat dalam Bibel sebagai legitimasi kewajiban menjalankan misi Kristen
kepada bangsa-nagsa non-Kristen. Kitab markus, 16 : 15 misalnya,
menyerukan, “pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada
segala mahluk.” Maka baik kaum Kristen Protestan maupun Katolik sama
menegaskan pentingnya misi dalam agama Kristen.[3]
Yang pertama kali melakukan aktifitas
Kristenisasi secara resmi adalah seorang warga Jerman bernama Raimon
Lull (1890 M) setelah perang salib mengalami kegagalan. Raimon telah
belajar bahasa Arab dan berkunjung ke beberapa Negara Arab sambil
berdiskusi dengan beberapa kalangan ulama. Pada tahun 1924, Raymond Lull
berhasil menemui Paulus V. Dia mengajukan dua buku yang mencakup dua
rancangan Lull untuk mengkristenkan umat Islam.Pertama, menjadikan ilmu
dan sekolahan sebagai sarana kristenisasi. Kedua, kristenisasi dengan
kekerasan jika tidak dapat dicapai dengan cara halus.[4]
Semenjak itulah missionaris Kristen
mengarahkan perhatiannya untuk menyebarkan agama Kristen kepada
negara-negara ketiga yang mayoritas beragama Islam. Aktifitas
Kristenisasi ini mengalamai momentum yang cukup baik karena ketika itu
negara-negara Muslim masih diliputi oleh kebodohan dan kemiskinan. Belum
lagi masalah kesehatan dan kelemahan penguasa negeri Muslim dalam
mengatasi problem interen mereka.
Jika diperhatikan dengan seksama,
sebenarnya negara-negara barat banyak mengutus missonaris ke seluruh
dunia dengan alasan untuk pengembangan kehidupan kerohanian dan sebagai
upaya menciptakan keselamatan dunia, sebagaimana tampak di Perancis.
Perancis secara terbuka memerangi missionaris dalam konteks negaranya
tetapi berusaha memanfaatkan dan melindungi missionaris yang berada di
Negara lain. Demikian pula Italia yang menampakkan permusuhannya
terhadap Gereja tetapi memperkuat politik imprealisme mereka dengan
bantuan para missionaris. Bahkan banyak kalangan militer di Inggris yang
menasehati negaranya untuk mengutus missonaris ke seluruh dunia.[5]
Dalam aktifitas ini, missionaris sangat
menyadari bahwa kaum Muslim memiliki keteguhan yang tinggi dalam
memegang keyakinan yang mereka anut. Dengan demikian beragam kedala
mereka temui di lapangan. Dengan adanya kenyataan demikian, upaya dan
segala yang dimiliki berupa kekuatan rohani dan jasmani mereka
persiapakan untuk melancarkan aktifitas ini. Hal ini tampak dalam upaya
missionaris untuk menaklukkan Indonesia dan Negara-negara Afrika.[6]
SEJARAH KRISTENISASI DI INDONESIA
Berdasarkan kutipan Lukman al-Hakim dari buku Sejarah Gereja Katolik di
Indonesia, permulaan perkembangan agama Kristen di Indonesia sebagaimana
ditunjukkan oleh Y Bakker terjadi pada pertengahan abad ke-7 dengan
didirikannya episkopat Syria di Sumatra. Tetapi hasil krsitenisasi mulai
tampak sejak dilakukannya secara gencar oleh orang-orang Portugis,
terutama di Maluku pada abad ke-16. [7]
Setelah itu, Organisasi dagang Belanda (VOC) yang didirikan pada
tanggal 1602 memang tidak memiliki nuansa politik yang berusaha
menciderai Islam. Namun ketika diminta untuk menyebarkan nilai-nilai
Kristen di tanah jajahan, maka tidak ada cara lain kecuali mengikuti
cara yang telah diperaktekkan oleh Portugis sebelumnya berupa pemaksaan.[8]
Sebagai perwujudannya, sebagaimana
dituturkan oleh Aqib Suminto dalam Politik Islam Hindia Belanda, pada
tahun 1661 VOC melarang umat Islam melaksanakan ibadah haji. Kebijakan
ini merupakan realisasi anjuran Bogart, seorang Katolik ekstrim di
parlemen Belanda. Dalam asumsi Bogart, para jemaah haji tersebut sangat
berbahaya secara politis. Karena itu, melarang perjalanan ibadah haji
jauh lebih baik ketimbang menembak mati para haji itu. C. Guillot dalam Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa
menuturkan bahwa pada awalnya pusat penyebaran Kristen adalah Maluku.
Banyak orang Maluku yang menjadi tentara yang kemudian dikirim ke
kawasan-kawasan utama militer Belanda di Jawa, seperti Batavia,
Semarang, dan Surabaya. Mereka itulah yang pertama kali membentuk jemaah
Kristen pribumi.
Berbeda dengan di atas, terdapat
analisa lain yang menganggap bahwa orang Kristen pertama yang sampai ke
Nusantara adalah pada abad 12 masehi. Yang mana, ia singgah di Sumatra
Utara. Setelah itu missionaris yang bernama Fransiskan Ordorikus
menyusul dan berusaha mengelilingi pulau Sumatra dan Pulau Jawa.
Kemudian datang setelahnya missionaris Katolik yang sangat mashur yang
bernama Fransiskus Oksafiarus pada tahun 1546 masehi. Ia memulai
missinya di Ambon kemudian memperluasnya hingga mencakup Maluku Utara.
Kemudian setelahnya datanglah orang-orang Belanda yang beragama
Protestan ke pulau ini dan berusah menyaingi penganut Katolik. Namun
kemudian perkembangan agama Protestan banyak terjadi di Nusa Tenggara
Timur. Hal ini terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke-18 masehi. Pada
tahun 1904 M tibalah Fan Leis ke Yogyakarta dan berusaha mendirikan
sekolah Kanisius yang berpusat di da’erah Muntilan dan Mendut.[9]
Keterkaitan antara kolonialisme dengan
kristenisasi sebetulnya sangat sulit untuk dinafikan. Namun demikian
tokoh-tokoh Kristen di Indonesia seperti TB Simatupang biasanya tidak
setuju tentang adanya keterkaitan tersebut. Mereka menganggap bahwa
misionaris sema sekali tidak terkait dengan ambisi duniawi para
kolonialis. Penyebaran Kristen lebih disebabkan oleh kuasa Alkitab dan
bukan semata-mata disebabkan oleh orang-orang Kristen. Namun anggapan
semcam itu sulit diterima mengingat fakta-fakta sejarah bantuan dan
sikap politik kaum kolonialis terhadap misi Kristen sangatlah nyata.[10]
Setelah Indonesia Merdeka, Indonesia
menjadi sasaran misi Kristen dari segenap penjuru dunia. Beragam media
digunakan seperti film, kaset, buku-buku, kapal-kapal penginjil yang
mengitari pantai-pantai dan kepulauan seperti Lombok, Sumbawa, Sulawesi
dan Kalimantan. Di daerah luar Jawa seperti NTT dan Kalimantan misi
Kristen telah memiliki pemancar radio dan pesawat terbang cesna. Bahkan
pada wilayah-wilayah tertentu , mereka mendirikan landasan pesawat
khusus dengan izin dari Depertemen Perhubungan.[11]
Demikianlah sehingga agama Kristen
berkembang di Indonesia terutama pada momen jatuhnya Sukarno pada
peristiwa pemberontkan G 30 S PKI pada tahun 1965. Orang-orang Kristen
memanpaatkan kesempatan ini dengan memasukkan para tawanan komunis ke
dalam agama Kristen dengan beralasan bahwa para pelaku penyembelihan
adalah orang-orang Islam. Sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri
kecuali dengan beralih keyakinan.
TARGET KRISTENISASI
Tujuan utama Kristenisasi sebenarnya adalah membongkar keyakinan yang
dianut oleh kaum Muslim dan berusaha mengalihkan mereka dari sikap tegas
dalam memegang keyakinan Islam sebagai pola hidup dan pola keyakinan.
Jalan yang ditempuh untuk maksud tersebut berupa Kristenisasi dan
penjajahan. Tetapi kemudian mendapatkan penetangan yang luar biasa dari
pihak Muslim sehingga Samuel Zwemer menegaskan kepada missonaris untuk
menguatkan semangat mereka dengan megatakan, “Tujuan Kristenisai di
negara-negara Muslim yang ditugaskan kepada kalian oleh Negara-negara
Kristen bukanlah bermaksud untuk memasukkan kaum Muslim ke dalam agama
Kristen. Karena hal demikian merupakan kehormatan dan hidayah buat
mereka. Tetapi tugas kalian adalah mengeluarkan mereka dari Islam
sehingga mereka menjadi mahluk yang tidak memiliki hubungan dengan Tuhan
dan tidak memiliki afiliasi terhadap nilai-nilai etika yang menjadi
landasan utama kehidupan berbagai bangsa.[12]
SARANA DAN METODE KRISTENISASI
Sarana dan metode yang dijalankan missionaris di Indonesia sangatlah
beragam. Di antara media dan metode yang digunakan di banyak Negara
adalah :
- Pendidikan dengan beragam bentuknya mulai dari TK hingga perguruan tinggi.
- Seminar, ceramah dan kegiatan olah raga.
- Penerbitan buku-buku dan pendirian percetakan modern.
- Koran, majalah dan terbitan khusus.
- Pendirian rumah sakit, tempat-tempat hiburan dan pondokan anak yatim.
- Bantuan kemanusian dan hadiah, utamanya ketika terjadi bencana alam dan krisis ekonomi.
- Gerakan politik.
Untuk mengenal program Kristenisasi di
Indonesia, yang pertama dilakukan adalah mengenal lembaga Kristenisasi
yang memiliki peranan utama dalam memperluas cakupan missinya di
Indonesia. Doulus World Mission Indonesia[13]
adalah sebuah lembaga yang berusaha memperluas cakupan penganut Kristen
kepada lebih dari 125 kelompok mayarakat terbelakang di pedalaman.
Berangkat dari program ini, Doulus berusaha mendirikan sekolah tinggi
bernama Sekolah Tinggi Teologi Doulus yang dijadikan sebagai sarana
untuk menyiapkan sebanyak 2.500 missionaris Kristen. Berdasarkan pada
program yang direncanakan, Doulus berharap dapat menyelesaikan missi ini
pada tahun 2000 M.[14]
Tetapi pada kenyataannya, masyarakat Indonesia makin terlihat
bersemangat mepelajari Islam, terutama pasca jatuhnya soeharto dari
tampuk kekuasaan pada tahun 1998.
Berdasarkan penelitian lembaga ini, di
Indonesia terdapat lebih dari 250 suku terasing yang belum tersentuh
oleh Kasih Yesus dan nilai-nilai Kristen. Karena itulah, lembaga ini
menyiapkan program khusus bagi masing-masing suku terasing tersebut, di
antaranya :
- Proyek Yeriko 2000 untuk Jawa Barat.
- Proyek Karapan 2000 untuk Madura dan Jawa Timur secara umum.
- Proyek andalas 2000 untuk Sumatra Utara.
- Proyek Mandau 2000 untuk Kalimantan.
- Proyek Baju Bungku 2000 untuk Sulawesi Tenggara.
- Proyek Cenderawasih 2000 untuk Irian Jaya.
- Proyek Sriwijaya 2000 untuk Riau, Sumatra.
METODOLOGI KRISTENISASI DI INDONESIA
Beragam cara yang dilakukan oleh missionaris dalam rangka menarik hati
pemeluk Islam di Indonesia. Di antara metode yang digunakan dalam missi
ini berdasarkan sejumlah penelusuran adalah :
1. Membagun Gereja di Lingkungan Muslim
Langkah ini merupakan cara lama yang masih dipraktekkan oleh missonaris
untuk proyek Kristenisasi di Indonesia. Hanya saja resistensi yang
ditampakkan oleh warga sekitar terhadap proyek pendirian Gereja menjadi
masalah setiap kali hal ini dilakukan. Salah satu contoh adalah proyek
pendirian Gereja terbesar di Asia Tenggara yang direncanakan oleh Jems
Riyadi di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Gereja ini dinamakan Gereja
Pembaharuan Injil. Setelah bangunan Gereja mulai tampak, kelompok Muslim
di Kemayoran mengadakan pertemuan khusus dan menyapakati beberapa
langkah untuk menyetop pembangunan Gereja. Salah satunya adalah mengirim
surat kepada Gubernur sebanyak tiga kali, tetapi hal tersebut tidak
mendapatkan respon dari pemerintah setempat. Melihat sikap warga yang
menolak proyek, pihak Kristen berusaha mendekati warga dengan membagikan
alat perlengkapan shalat dan hewan kurban ketika tiba hari Idul Adha
serta kunjungan ke beberapa pesantren. Hanya saja warga merasakan bahwa
itu merupakan bentuk sogokan agar mereka tidak menolak kehadiran Gereja,
sehingga cara ini tidaklah berhasil menghadang langkah warga untuk
menolak pembangunan Gereja tersebut.[15]
Hal serupa juga terjadi di Depok, Jawa
Barat ketika Gereja Sallom berhasil didirikan. Panitia berusaha
mendatangkan jamaah dari da’erah lain untuk mengadakan acara di Gereja
Sallom. Setiap minggu berbagai kegiatan ramai di adakan di Gereja
sehingga beberapa warga sekitar mulai tertarik dengan kegiatan yang
mereka lakukan. Keberadaan Gereja pun lambat laun mulai menimbulkan
sikap antipati warga sehingga mereka melakukan sikap yang tidak baik
terhadap Gereja tersebut di kemudian hari.[16]
2. Menciderai Kehormatan Wanita Muslimah
Metode ini merupkan cara terbaru yang dilakukan oleh pihak missionaris
di Indonesia. Pada awalanya cara ini ditujukan kepada putri-putri dari
tokoh-tokoh keagamaan yang disegani oleh masyarakat. Sebagai contoh,
seorang da’i bernama H Kasep dinodai kehormatan putrinya oleh salah
seorang missionaris yang mengaku telah beragama Islam. Sehingga pada
akhirnya sang gadis bunuh diri karena tidak bisa menaggung rasa malu
akibat kejadian tersebut.
Kejadian berwal dari tahun 1420 H
ketika seorang pemuda sering bertandan ke rumah sang gadis. Sejak itu
kebersamaan keduanya makin terlihat mesra. Sang gadis beserta ayahnya
tidak mengetahui kalau sang pemuda adalah seorang Kristen. Satu hari
sang ayah menawarkan kepada pemuda tersebut agar hubungan dengan
putrinya diresmikan melalui pernikahan. Tetapi sang pemuda mengajukan
syarat agar acara pernikahan dilakukan di Gereja. Sejak saat itulah sang
gadis kecewa dan hanya mengurung diri di kamar, hingga suatu ketika ia
ditemukan meningal di ruang kamarnya dengan sebotol racun serangga.[17]
Di tempat lain, seorang missionaris
mengaku telah menjadi Muslim lalu mempersunting seorang gadis Muslimah
yang berjilbab. Pada malam pertama perkawinannya, ia menugaskan salah
seorang sahabatnya untuk mengambil gambar hubungan suami istri yang
dilakukan pada malam itu. Setelah usia perkawinan berjalan beberapa
bulan, sang suami meminta istrinya memilih antara masuk Kristen atau
foto-foto hasil hubungannya pada malam pertama tersebut disebarkan ke
halayak ramai. Sang istri pun tidak memiliki pilihan lain kecuali masuk
Kristen demi menjaga kehormatannya.[18]
Kejadian serupa juga terjadi di Jakarta
Timur. Seorang missionaris menikahi seorang gadis yang bernama Fatma.
Setelah keduanya mendapatkan dua momongan, sang missionaris membuka
kedoknya dan memaksa istrinya untuk memeluk agama Kristen. Setelah
beberapa hari kejadian tersebut berlalu, sang missionaris ketahuan
kedoknya. Ia ternyata salah satu alumni dari sekolah tinggi teologi yang
berpusat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.[19]
3. Menyebarkan Narkoba
Penyebaran narkoba merupakan cara baru yang ditampilkan missionaris
dalam menjaring pengikut baru. Cara ini mulai ditemukan hampir bersamaan
dengan cara sebelumnya, menodai kehormatan Muslimah. Cara ini
terbilang ampuh, karena pengguna narkoba memiliki tingkat ketergantungan
yang sangat besar terhadap obat-obatan yang mereka komsumsi dan berefek
pada pelemahan jiwa. Sehingga pengguna dipastikan tidak bisa hidup
kecuali dengan bantuan orang lain. Efek ini manarik perhatian missonaris
sehingga secara tidak langsung, mereka mensuplai narkotika ke tempat
nongkrong para pemuda pengangguran. Jika di masyarakat mulai muncul
orang-orang yang memiliki tingkat ketergantungan obat yang tinggi,
tempat-tempat rehabilitasi narkoba pun didirikan dengan berupaya
menyusupkan nilai-nilai Kristen selama proses penyembuhan berlangsung.
Setelah kesembuhan pasien, banyak di antara mereka yang telah menjadi
pengikut Kristen.
Hal demikian ditemukan oleh Harian
Republika di Bandung, Jawa Barat. Sekolah Tinggi Teologi Doulus berusaha
melakukan missi dengan penyebaran narkotika kepada siswa yang berumur
antara 15 hingga 18 tahun. Ketika terjadi ketergantunga obat,
pusat-pusat rehabilitasi mental pengguna narkoba didirikan sekaligus
menawarkan agama Kristen kepada para pasien.[20]
Demikan pula dengan peristiwa yang
dialami oleh salah seorang siswa sekolah Muhammadiyah di Semarang. Pada
awalnya ia disuguhi narkoba oleh salah seorang oknum sehingga ia
menjadi pengguna. Setelah keadaannya demikian, ia diobati di salah satu
rumah sakit Kristen. Beberapa hari kemudian tampilan sang siswa mulai
berubah dari sebelumnya sering memakai baju koko, dengan tampilan yang
lebih gaul dan dengan tanda salib di lehernya.[21]
4. Mengkristenkan Pasien Muslim
Di antara metode ampuh yang dikembangkan oleh missionaris adalah
mendirikan rumah sakit Kristen di berbagai belahan dunia Muslim. Rumah
sakit seperti ini telah mencapai 213 buah pada tahun 1421 H.[22]
pendirian rumash sakit demikian memang atas nama missi kemanusiaan,
tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia terkadang menjadi tempat
terjadinya missi terselubung kepada pasien non Kristen. Betapa banyak
kita dengar pasien dari kalangan ekonomi lemah direhabilitasi di rumah
sakit-rumah sakit Kristen lalu dikemudian hari mereka berganti identitas
keagamaan. Bahkan tidak cukup dengan pendirian rumah sakit-rumah sakit,
missionaris juga berusaha membagikan brosur-brosur yang berisi ajaran
ajaran Kristen serta adab-adab dalam Kristen bagi orang sakit kepada
pasien Muslim.
Hal demikian terjadi di rumah sakit
Advent di Bandung. Missionaris mengumpulkan pasien Muslim lalu
mengadakan do’a bersama atas kesembuhan mereka kepada tuhan yesus. Di
samping itu, mereka juga memberikan layanan gratis bagi mereka yang
telah meninggal dunia keluarganya, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk
membayar beban biaya rumah sakit.
Cara seperti ini juga pernah dialami
oleh seoraang tokoh Islam papan atas, Bapak Muhammad Natsir. Ketika
menjelang kedatangan ajalnya, ia didtangi oleh missionaris dan
menawarkan agama Kristen kepadanya. Padahal sang missinaris sangat
mengetahui bahwa Natsir adalah seorang tokoh yang sangat kuat menentang
uapaya Kristenisasi di Indonesia. Tetapi mereka berpura-pura tidak tahu
dan berusaha melakukan kegiatan mereka.[23]
5. Kesaksian Palsu yang Dilakukan oleh Oknum yang Mengaku Murtad dari Islam
Penomena menarik yang banyak terjadi dikalangan intelektuan non Muslim
adalah ketertarikan mereka terhadap Islam yang diawali dengan rasa
keingintahuan tentang makna kehidupan. Pengembaraan intelektual pun
mereka lakukan dengan mencari jawaban dari berbagai agama, termasuk
agama-agama abrahamaik selain Islam. Mereka menghindari Islam karena
stigma media massa yang seolah telah menenmpatkan Islam sebagai agama
kekerasan dan anti perempuan. Tetapi karena jawaban yang mereka temui
selama pencarian tidaklah memuaskan dahaga intelektual mereka, sehingga
Islam pun dilirik. Ketika mereka mulai banyak membaca literatul Islam,
terutama terjemahan al-Qur’an, umumnya mereka tersadar bahwa ternyata
Islam adalah jawaban dari berbagai kegelisahan yang mereka alami selama
ini. Setelah mereka menemukan jawaban, pengakuan tentang proses yang
mereka lalui hingga menemukan Islam mereka tulis atau umumkan kepada
media Islam sehingga tidak sedikit menginspirasi non Muslim lainnya,
bahkan termasuk orang Muslim sendiri untuk lebih mendalami Islam. Hal
ini menimbulkan efek yang luar biasa kepada masyrakat.
Melihat cara demikian banyak menarik
perhatian masyarakat kaum beragama, terutama non Muslim, oknum dari
pihak Kristen pun berusaha melakukan hal serupa. Sekali pun hal demikian
sering kali didesain sendiri dan tidak mereperesentasikan keadaan
sebenarnya. Mereka kemudian menulis kisah serupa pada beberapa majalah
atau selebaran atau pada buku-buku tertentu dengan harapan dapat
melakukan upaya tandingan terhadap apa yang terjadi pada intelektual non
Muslim ketika memutuskan Islam sebagai pilihan.[24]
Cara demikian mulai ditemukan di
Indonesia pada tahun1974. Yang pertama melakukannya adalah seseorang
yang bernama Kemas Abu Bakar. Pada awalnya, ia mengaku sebagai jebolan
universitas Islam di Bandung dan pernah tercatat sebagai salah satu
dewan juri pada penyelenggaraan MTQ tingkat Internasional. Ia berusaha
menafsirkan al-qur’an berdasarkan kehendaknya semata kemudian
menyebarkannya ke masyarakat dalam bentuk kaset. Tetapi setelah diadakan
investigasi oleh kalangan Muslim ternyata terbukti ia melakukan
kebohongan karena tidak mampu mendemonstrasikan kekmampuannya membaca
al-qur’an. Karena tindakan ini ia dipenjara di Surabaya selama 8 tahun.[25]
Di Jakarta pun kasus serupa ditemukan.
Seseong bernama Yusuf Maulana mengaku murtad dari Islam dan masuk ke
agama Kristen. Ia mengaku anak dari seorang dai terkenal, Qasim Nurseha.
Karena pengakuan demikian, khotbah-khotbahnya di Gereja cepat beredar
dengan menceritakan sebab-sebab ia memilih Kristen sebagai agamanya.
Setelah dilakukan investigasi oleh kalangan Muslim terbukti bahwa ia
bukanlah anak dari Qasim Nurseha, sebagaimana pengakuannya selama ini.
Setelah itu, kasus di Bandung dengan
motif yag sama juga ditemukan. Ada seseorang mengaku saudara kandung
dari Buya Hamka (Haji Abdul Karim Wadud Amrullah). Ia mengaku bernama
Wili Abdul Wadud Karim Amrullah. Setelah pengakuannya tersebut, ia
menjadi orang yang sangat terkenl di Bandung. Bahkan banyak dari
kalangan kaum Muslim mulai terpropokasi dengan pengakuannya. Tetapi
setelah investigasi dilakukan dengan seksama oleh kalangan Muslim
terbukti ia hanya pembual layaknya pendahulu-pendahulunya.[26]
Beberapa orang yang terhitung
menyatakan diri murtad dari Islam dan beralih profesi sebagai missinaris
Kristen di antaranya adalah:
- Purnama Winangun yang dijuluki sebagai haji Amos.
- Hajjah Kristina Fatimah yang disebut Tini Rustini.
- Rudi Muhammad Nurdin.
- Matius.
- Muhammad Sholihin.
6. Missi Kristen Atas Nama Bantun Kemanusiaan.
Sebenarnya hal ini merupakan cara lama yang selalu digunakan oleh
missonaris untuk malakukan missinya. Cara ini dianggap cocok untuk
negeri-negeri Muslim mengingat kemiskinan menjadi penomena umum di
banyak Negara Muslim. Jika dipetakan secara kasar, benua afrika yang
nota bene banyak berpenduduk Muslim, banyak menjadi target utama cara
ini. Kelaparan yang terjadi di mana-mana akibat perang yang berkanjangan
menjadi lahan subur bagi missionaries untuk menjalankan aksinya.
Analisa bahwa kemiskinan menjadi penyebab utama keberhasilan missi
Kristen sangatlah relevan.[27]
Apalagi jika dibuktikan dengan temuan-temuan lapangan, terutama ketika
terjadi bencana alam pada level tinggi sehingga mengundang keterlibatan
donor asing. Biasanya, mengalirnya dana kemanusian selalu dibarengi
dengan missi sampingan yang melibatkan kepercayaan tertentu.
Cara seperti ini misalnya ditemukan di
Tangerang. Yaitu sebuah pemberian beasiswa kepada 6 desa yang
bertetangga dengan Lippo Karawaci, sebuah kawasan mewah di Tangerang.
Sponsor utama beasiswa ini adalah Jems Riyadi, pemiliki bank Lippo. Pada
ke-6 desa tersebut terdapat 26 SD dengan jumlah total siswa sebanyak
kurang lebih 10.000. Semuan murid-murid tersebut diberikan beasiswa
sebagai wujud bantuan kemanusiaan. Berdasarkan temuan Majalah Media
Da’wah, salah satu media Islam yang memiliki kepedulian terhadap
perkembangan missi Kristen di Indonesi, bahwa para murid yang berada
antara kelas 1 hingga kelas 3 masing-masing mendapatkan beasiswa sebesar
Rp 1.179.000 per tahun. Adapun murid-murid yang berada dalam bimbingan
khusus mereka tentu mendapatkan lebih dari nilai sebelumnya, yaitu Rp
1.539.000 per siswa per tahun. Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah
bahwa masyarakat miskin yang berada pad ke-6 desa tersebut merasa sangat
terbantu dengan program demikian. Sekali pun, pada kenyataannya
terdapat sekitar 500 lebih siswa yang aktif mengikuti berbagai kegitan
di Gereja. Sementara di pihak lain, orang tua mereka tidak memiliki
kemampuan untuk mencegah praktek demikian karena telah merasakan bantuan
besar tersebut.[28]
Pada lingkup lebih luas, terjadinya Tsunami di Aceh menjadi momen penting bagi kaum missionaries untuk melakukan aksi mereka.
7. Kristenisasi Dengan Menggunakan Simbol-Simbol Islam
Metode ini merupakan cara terbaru yang dipraktekkan missonaris di
Indonesia. Bahkan cara ini dilakukan secara masif dan agresif. Media
yang digunakan seperti pelaksanaan ritual Kristen dengan dengan tampilan
yang Islami. Misalnya perayaan natal dengan menampilkan pakaian adat
betawi yang sangat kental nuansa Islamnya. Selain itu, missionaries juga
melakukan penyebaran bulletin-bulletin yang mirip dengan bulletin
da’wah yang memuat ayat-ayat al-qur’an disertai dengan ayat-ayat bible
serta analisa yang mengunggulkan ajaran Kristen atas pandangan Islam
tentang masalah-masalah tertentu. Hal lain yang juga tidak luput dari
penyebaran missi denga cara ini adalah penerbitan buku-buku yang
menampilkan judul-judul yang sangat bernuansa Islam.
Orang Muslim banyak tertipu dengan
cara-cara sperti ini, karena ketidakmampuan mereka membedakan antara
Islam sebagai aksesoris dengan ritual keagamaan yang murni Kristen. Cara
ini makin membingungkan masyarakat dengan adanya terjemahan bible yang
berbahasa Arab dan kajian yang dilakukan di Gereja yang mirip bentuk
masjid. Sementara para peserta kajian memakai pakaian layaknya seorang
santri dan para peserta membaca kitab bible berbahasa Arab layaknya
orang yang sedang membaca al-qur’an dengan cara tartil.
A. Perayaan Natal dengan Tampilan Islami
Cara seperti ini pernah dilakukan oleh pihak Kristen pada hari sabtu, 25
desember 2003. Mereka melakukan perayaan natal di Gereja ortodoks yang
bernama Santovatius di Jakarta. Dalam perayaan ini mereka menampilkan
peserta yang berbusana Islami mulai dari laki-laki, perempuan dan anak
kecil. Bahkan acara inidissirkan secara langsung oleh salah satu
televise swasta terkemuka di negeri ini dan disaksikan oleh banyak
pemirsa di seluruh tanah air. Seperti yang diduga oleh pihak pelaksana
sendiri, acara ini menui protes keras dari banyak pemirsa. Bahkan protes
yang berbentuk ancaman dan terror sempat beredar sebagai wujud
resitensi ummat Muslim di Indonesia terhadap acara-acara yang berpotensi
mengancam hubungan antar ummat beragama di negeri ini.[29]
Cara-cara demikian sebenarnya tida hanya terjadi sekali dan dua kali
saja. Bahkan adanya upaya pembacaan bible berbahasa Arab dengan
mengikuti metode tilawatil Qur’an dengan nada tertentu juga masuk dalam
kategori ini. Belum lagi tata cara ibadah yang dipereaktekkan oleh
Kristen Syria dengan meniru tata cara shalat dalam Islam. Semua fenomena
tersebut merupakan metode penyebaran agama yang kurang menghargai aspek
toleransi yang dibangun dalam lingkup keindonesiaan dan keragaman.
B. Penyebaran buku-buku Kristen yang menyerupai tampilan buku-buku Islam
Para penulis beserta judul-judul yang sempat beredar di tengah masyarakat adalah sebagai berikut :
- Karangan Purnama Winangun yang dikenal dengan nama Haji Amos.
Beberapa tulisan Purnama yang ditemukan beredar di tengah masyakat adalah seperti, Upacara lbadah Haji, Ayat-ayat Al Qur’an Yang Menyelamatkan, Isa Alaihis Salam Dalam Pandangan Islam, dan Riwayat Singkat Pustaka Peninggalan Nabi Muhammad saw. - Karangan Danu Kholildinata yang dikenal dengan nama Amin Barkah.
Kristus dan Kristen di Dalam Al-Qur’an (Al Masih Wal Masihiyun Fil Quur’an). - Karangan Hamran Amri.
Allah Sudah Pilihkan Saya Kasih Buat Hidup Baru Dalam Yesus Kristus, Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa, Dengan Kasih Kita Jawab, Jawaban Atas Buku Bible Qur’an dan Science, Dialog Tertulis Islam-Kristen, Surat bari Mesir, Siap Sedia Menjawab Tantangan Benteng Islam, Sebuah Memori Yang Tak Terlupakan, dll. - Karangan Muhammad Nurdin.
Ayat-Ayat Penting Di Dalam Al-Qur’an, Keselamatan Di Dalam Islam, Selamat Natal Menurut Al Qur’an, Kebenaran Yang Benar (As Shodiqul Mashduuq), Rahasia Allah Yang Paling Besar (Sirrullahil Akbar), Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar, Ya Allah Ya Ruhul Qudus Aku Selamat Dunia dan Akhirat, Wahyu Tentang Neraka, Wahyu Keselamatan Allah, dan lain-lain. - Terbitan yayasan pusat Kristen Nehemia.
Kerudung Yang Dikoyak, oleh Gulshan Ester; Seorang Gadis Kristen Mempertanggungjawabkan Imannya, oleh Nita; Apakah Al Qur’an Benar-benar Wahyu Allah, oleh Ev. J. Litik; Kebenaran Firman Allah, oleh Pdt. M. Matheus; Lima Alasan Pokok Tentang Isi Al Qur’an Yang Menyebabkan Saya Beralih Dari Islam ke Kristen, oleh Ev. J. Litik; dll. - Cetakan yayasan Jalan Rahmat.
Sejarah Naskah Al Qur’an dan Alkitab, oleh John Gilchrist; Sulitkah Menjadi Orang Kristen, oleh Abdul Masih; Siapakah Kristus Selayaknya Menurut Anda, oleh Abdul Masih; Sudah Kutemukan, oleh Iskandar Jadeed; Benarkah Al kitab Dipalsukan, oleh Iskandar Jadeed; Injil Barnabas Suatu Kesaksian Palsu, oleh Iskandar Jadeed; Kesempurnaan Taurat dan Injil, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Supaya Dosa Diampuni, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Kita Berdoa, oleh Iskandar Jadeed; Kri stus Menurut Islam dan Kristen, oleh John Gilchrist, Benarkah Nabi Isa Disalib, oleh John Gilchrist; Allah Itu Esa di Dalam Tritunggal Yang Kudus, oleh Zachariah Butrus; Selidikilah, Anda Pasti Selamat, oleh Sultan Muhammad Paul. - Brosur, kaset dan kaligrafi.
Brosur-brosur sperti: Brosur Dakwah Ukhuwah, Brosur Shirathal Mustaqim, Brosur Jalan Al Rachmat, dll. Kaligrafi dan kalender tulisan Arab yang berisikan ayat-ayat Injil tentang ketuhanan Yesus. Kaset: Kaset tilawatul Injil, Dzat dan Sirat Allah (ceramah Pendeta Kemas Abubakar Mashur Yusuf Roni), Kesaksian murtadin Muhammad Imran, Kesaksian murtadin Ikhwan Luqman, Kesaksian murtadin Pdt. Akmal Sani, Kesaksian murtadin Lies Saodah, Kesaksian murt adin Haji Ahmad Maulana yang mengaku-ngaku putera KH. Kosim Nurzeha, dll.[30]
PENGARUH KRISTENISASI DI INDONESIA
Melihat penetrasi yang dilakukan oleh missonaris maka bisa dipastikan
bahwa efek yang ditimbulkan dalam rangka perluasan dukungan dan pemeluk
di Nusantara mengalami kenaikan secara signifikan dalam berbagai sektor
kehidupan. Beberapa aspek yang hendak dipaparkan di sini adalah :
- Aspek Politik
Aspek penting yang menjadi fokus utama
missi Kristen pada banyak Negara Islam adalah aspek perpolitikan. Aspek
ini menjadi penting mengingat beragam bentuk aturan lahir melalui
mekanisme politik. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hasil Muktamar
Nasional Wali Gereja di Jakarta pada tahun 1976 M. Dalam hasil keputusan
muktamar tersebut tercatat : Adalah merupakan kewajiban bagi kita
komunitas Kristen untuk memastikan bahwa arah perpolitikan Negara tetap
mengarah dan berkiblat ke Barat, terutama kepada Amerika Serikat. Kalian
harus mengetahui bahwa Golkar dan pemerintahannya berkiblat ke Amerika.
Inilah alasan mengapa kita mengarahkan para pengikut Kristen agar
berafiliasi kepada Golkar dan berupaya untuk memenangkannya pada setiap
Pemilu. Selayaknyalah para pengikut Kristen mengetahui bahwa Golkar
adalah partai Kristen. Dialah yang bertanggung jawab penuh terhadap
kesuksesan missi Kristen hingga batas-batas yang kita saksikan sekarang
di Indonesia. Kita juga harus terus dapat memastikan bahwa media cetak
Indonesia, siaran radio, dan Televisi menyiarkan tentang hal-hal yang
kontroversi seputar Islam dan menyebarkan beragam fitnah terhadap
barisan kaum Muslim agar mereka terpropokasi untuk melakukan
pertengkaran sesama mereka. Adu dombalah, cerai beraikan, kuasai dan
aturlah mereka sedemikian rupa. Itulah strategi dan taktik kita untuk
dapat menundukkan kaum Muslim di Indonesia. Kita harus memanfaatkan
beragam Koran dan media lainnya yang berada di bawah kendali kita untuk
menyebarkan propaganda yang dapat mengoyak kesatuan kaum Muslim di
Indonesia.[31]
Hal ini sebanarnya sangat jelas
mengingat peran politik mereka sangat kuat dalam bentangan sejarah
Negara Indonesia. Salah satu peran politik kaum Kristen di Indonesia
adalah masalah sila pertama dalam Pancasila. Pada awal pembentukannya,
bunyi sila pertama adalah ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban
melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya. Namun karena resistensi
dari warga Indonesia bagian timur yang merupakan reperesentasi agama
Kristen, penghapusan kata yang mengadung kewajiban melaksanaan syari’ah
bagi pemeluk agama Islam pun dihapus. Yang menjadi masalah di sini
bukanlah terkait penghapusan tersebut, tetapi terkait tentang betapa
jangkaun politis kaum Kristen di Indonesia memang kuat.[32]
Di sisi lain, terelpasnya Timor Timur
dari wilyah kesatuan Republik Indonesia juga berindikasi kuatnya peran
politik kaum Kristen di Indonesia. Hal ini tentu tidak lepas dari
peranan penting yang dimainkan oleh Uskup Belo dalam upaya penyebaran
informasi subyektif tentang upaya-upaya licik ABRI untuk mengislamkan
penduduk Timur Timor. Propaganda Uskup Belo tentang kondisi Kristen yang
mengalami degradasi akibat upaya islamisasi yang dipelopori oleh ABRI
tersebut berlangsung cukup lama. Sekali pun bukti lapangan menegaskan
kondisi sebaliknya. Selama Timor Timur berada dalam wilayah NKRI
pertumbuhan penduduk Kristen mengalami kenaikan secara signifikan. Hal
tersebut terbukti karena sensus penduduk pada tahun 1972 menunjukkan
jumlah penganut Kristen berjumlah sekitar 187.540 jiwa dari jumlah total
penduduk setempat yang mencapai 674.550 jiwa. Yakni bahwa persentase
mereka pada tahun 1972 adalah 27,8 %. Lalu pada tahun 1994 jumlah
penganut Kristen mencapai 722.789 jiwa dari jumlah total penduduk
sekitar 783.086 jiwa. Ini berarti bahwa prosentase ummat Kristen berada
pada kisaran 92,3 % sementara kaum Muslim hanya berjumlah 3,1 % saja.[33]
- Aspek Kemasyarakatan.
Dalam aspek ini, pertumbuhan jumalah
kaum Kristen di Indonesia dan terjadinya penurunan persentase penganut
agama Islam secara umum merupakan bukti nyata. Ada sebuah analisa yang
menganggap bahwa hal tersebut terjadi sebagai akibat dari keberhasilan
KB yang digencarkan oleh pemerintah terhadap masyarakat. Di sisi lain,
menguatnya missionaries dalam menjalankan aktifitasnya juga ditengarai
sebagai factor lain. Kedua alasan tersebut adalah sisi pandang yang
dikemukakan oleh MUI dan sebagai temuan yang juga diperkuat oleh
Deperetemen Agama.[34]
Berdasarkan Survey Antar Sensus (Supas) yang pernah dilakukan oleh Biro
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1990 ditemukan fakta bahwa ddari 200
juta jiwa penduduk Indonesia, prosentase umat Islam mencapai 87, 3 %.
Sementara ummat Kristen berjumlah 9,6 % (Portestan 6 % dan Katolik 3,6
%), Hindu 1,8 %, Budha 1% dan agama lain 0,3 %.[35]
Selain hal di atas, fenomena libur
Nasional pekanan bagi semua aktifitas formal yang ditetapkan pada hari
Minggu juga dianggap sebagai bagian dari pengaruh Kristen di Indonesia.[36]
Tetapi asumsi demikian dianggap berlebihan mengingat perkembangan
jumlah masjid terutama di wilyah perkantoran dan di kota-kota besar di
Indonesia banyak diilhami oleh kebutuhan untuk melaksanakan ibadah
shalat lima waktu dan terutama shalat jum’at di tempat kerja. Jika
kemudian libur nasional dikaji ulang dan disepakati pada harui jum’at,
lalu karena pertimbangan yang sama kaum Kristen di Indonesia meminta
permbangunan gereja di lingkungan kerja tentu juga akan menjadi
permsalahan baru. Belum lagi jika kita melihat fenomena perkembagan
keislaman yang kini tumbuh dengan baik di kalangan professional
perkantoran yang mengandalkan sisa-sisa waktu yang ada untuk melakukan
kajian keislaman pekanan dengan mendatangkan nara sumber ahli.
Tetapi jika pada kenyataannya bahwa
ummat Kristen memanfaatkan media televise dalam rangka penyampaian
nilai-nilai kristiani kepada pemirsa yang baisanya dilakukan pada hari
Minggu mungkin sedikit memiliki relevansi. Menginagat hari minggu
sebagai hari liburan biasanya dimanfaatkan oleh banyak keluarga untuk
duduk di depan tv. Tetapi sebagaimana kita saksikan setelah terjadinya
reformasi, tampilnya ustadz kondang, terutama KH Gymnastiar juga
mengambil bentuk yang sama. Sehingga penomena demikian sesungguhnya
tidaklah bisa dipandang bias hanya karena adanya kemiripan semata.
- Aspek Pendidikan.
Salah seorang missionaries pernah
berkata, sebagimana dikutip oleh Kholidi dari buku Re-Thingking Mission
“sekolah-sekolah yang dikelola oleh missi Kristen di seluruh Negara
haruslah memiliki tujuan yang sama. Yag paling pokok adalah
sekolah-sekolah haruslah berfungsi sebagai sarana utuk menciptakan
pendeta-pendeta gereja. Sehingga materi-materi sekuler yang diambil dari
buku-buku Barat dan diajarkan langsung oleh guru-guru dari Barat, harus
membawa pola pemikiran Kristen.”[37]
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, kristenisasi sebagai lawan kata dari
islamisasi adalah merupakan upaya untuk mengembangkan ajaran Kristen
terhadap kalangan internal maupun kalangan eksternal. Dalam batasan
demikian, missi Kristen dainggap tidak bermasalah karena itu merupakan
perwujudan dari hak masing-masing agama untuk mengekspresikan dirinya
kepada mayskarakar luas. Permasalahan terjadi ketika missi tersebut
disertai dengan cara-cara yang tidak lazim, sebagaimana ditunjukkan
dalam makalah, seperti pendirian gereja di kawasan yang tidak memiliki
jumlah pengikut hingga jumlah tertentu, sebagimana telah disepakati
bersama.
Cara-cara seperti menciderai kehormatan
muslimah, bantuam kemanusian yang disertai missi terselubung,
penyebaran narkoba, pelaksanaan ibadah Kristen dengan tampilan yang
berwajah islami merupakan bagian dari tata cara yang berada di luar
etika keagamaan yang disandang oleh masing-masing agama. Jika dirunut
lebih jauh maka akar permaslahan sesungguhnya terkait denga toleransi
adalah adanya pihak tertentu dari kalangan beragama yang melanggar kode
etik penyiaran agama sehingga menimbulkan reaksi dari pihak lain.
Sedangkan terkait dengan pengaruh missi
Kristen di Indonesia maka aspek politik memiliki sisi yang kuat di
tambah dengan efek yang besar terhadap aspek pendidikan dan
kemasyarakatan.
Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Juhani, Mani’, al-Mausah al-Muyassarah fi al-Adyan wa al-Mazahib al-Muashirah, (KSA : Dar al-Nadwah al-Alamiyah), Vol.2, cet.3.
- Alwi Shihab, Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Pnetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung : Mizan), th.1998.
- Musthofa Kholidi dan Umar Farrukh, al-Tabsyir dan al-Isti’mar fi al-Bilad al-Arabiyah, (Baerut : Maktabah al-Ashriyah), Cet.3, tth.
- ——————–, Imprealis dan Missonaris Melanda Dunia islam, ( Jakarta : Pusataka Mantiq ), cet.2, th.1992.
- Mahmud, Abdul Halim, al-Gazwu al-Fikri wa al-Tayyaraat al-Muadiyah li al-Islam, (KSA : Matba’ah Jamiah al-Imam Muhammad Ibn Saud al-Islamiyah), tth.
- Adian Husaini, Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer, dalam Adian Husaini (Ed) “Foundation Of Islamic Economics”, th.2008.
- ——————, Gereja-Gereja Dibakar : Membedah Akar Konflik di Indosesia, ( Jakarta : Dea Press ), tth.
- Hakim, Lukman, Ketegangan Yang Tak Pernah Reda (Pengantar Penyunting), dalam Fakta dan Data Usaha-Usaha Kristenisasi di Indonesia, ( Jakarta : Majalah Media Da’wah), cet.2, th.1991.
- Abdul Wahid Muhammad Samari dan Zainal Abidin Syuja’I, al-Tanshir : Asalibuhu wa Madarisuh wa Muassasatuh wa Sabilu al-Tashaddiy lahu, Makalah yang disampaikan Oleh para da’I utusan atase Agama Kerajaan Saudi di Indonesia.
- Husain, Hasan Abullah, al-Gazwu al-Tsaqafi al-Ajnabi li al-Ummah al-Arabiyah : Madihi wa Hadhirihi, (Mesir : Idarah al-Baramij al-Arabiyah wa al-Maktabat), th.1409 H.
- Tim FAKTA “Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
- M Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, ( Jakarta : Media Da’wah ), tth.
- Majalah Sabili, vol.23, tahun ke-7, th.1421 Hijriah.
- Majalah Sabili, vol.25, tahun ke-6 th.1421 H.
- Majalah Sabili, vol.15, thke-7, 26 ramadhan, th.1420 H.
- Majalah Sabili, vol.25, tahun ke-6, tanggal 20 shafar 1421 H.
- Media Da’wah, vol.331, bulan syawal, th.1422 H.
- Media Da’wah, vol.342, th.1424 H.
- Majalah Bidik, vol.2, th.1, th.1424 H
- Tabloid Aspirasi, edisi ke-6, tanggal 3 September 1999,
- Majalah Panji Masyarakat, edisi ke-51, th.1, 3 April 1998.
- Majalah al-Bayan, tahun ke-10, No 154, bulan Jumadil Akhir, tahun 1421 H.
- Majalah al-Bayan, tahun ke-10, No.153, Shofar 1421 H.
- Harian Republika, tanggal 10 dan 12 April 1999.
- Tabloid SIAR edisi No. 43, 18-24 Nopember 1999 hal. 14
Website :
- http://Islamlib.com/id/artikel/ perlu-wawasan-misiologis-baru-dalam-Kristen”
- http://mradhi.com/sosial-politik/kristenisasi-di-dunia-islam-hasil-konspirasi-misionaris-dan-imperialis.html
- http://www.library.ohiou.edu/indopubs/ 2001/01/1/0009.html
- http://www.library.ohiou.edu/ indopubs/2001/01/10/0009.html.
[1] Pdt. Ioanes Rakhmat, Perlu wawasan misiologi baru dalam Kristen, “http://Islamlib.com/id/artikel/ perlu-wawasan-misiologis-baru-dalam-Kristen” diakseses pada hari Rabu, 5 Agustus 2009, jam 09.20.
[2] Al-Juhani, Mani’, al-Mausah al-Muyassarah fi al-Adyan wa al-Mazahib al-Muashirah, (KSA : Dar al-Nadwah al-Alamiyah), Vol.2, cet.3, hal.102
[3] Adian Husaini, tantangan Pemikiran Islam Kontemporer, dalam Adian Husaini (Ed) “Foundation Of Islamic Economics”, th.2008.
[4] Musthofa Kholidi dan Umar Farrukh, al-Tabsyir dan al-Isti’mar fi al-Bilad al-Arabiyah, (Baerut : Maktabah al-Ashriyah), Cet.3, tth, hal.77
[5] Musthofa Kholidi dan Umar Farrukh, al-Tabsyir dan al-Isti’mar fi al-Bilad al-Arabiyah, (Baerut : Maktabah al-Ashriyah), Cet.3, tth, hal.15
[6] Mahmud, Abdul Halim, al-Gazwu al-Fikri wa al-Tayyaraat al-Muadiyah li al-Islam, (KSA : Matba’ah Jamiah al-Imam Muhammad Ibn Saud al-Islamiyah), tth, hal.87
[7] Hakim, Lukman, Ketegangan Yang Tak Pernah Reda (Pengantar Penyunting), dalam Fakta dan Data Usaha-Usaha Kristenisasi di Indonesia, ( Jakarta : Majalah Media Da’wah), cet.2, th.1991, hal.13
[8]http://mradhi.com/sosial-politik/kristenisasi-di-dunia-islam-hasil-konspirasi-misionaris-dan imperialis. html. Diakses pada tanggal 5 agustus 2009.
[9] Abdul Wahid Muhammad Samari dan Zainal Abidin Syuja’I, al-Tanshir : Asalibuhu wa Madarisuh wa Muassasatuh wa Sabilu al-Tashaddiy lahu, Makalah yang disampaikan Oleh para da’I utusan atase Agama Kerajaan Saudi di Indonesia.
[10] Alwi Shihab, Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Pnetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung : Mizan), th.1998, hal.202
[11] M Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, ( Jakarta : Media Da’wah ), tth.
[12] Husain, Hasan Abullah, al-Gazwu al-Tsaqafi al-Ajnabi li al-Ummah al-Arabiyah : Madihi wa Hadhirihi, (Mesir : Idarah al-Baramij al-Arabiyah wa al-Maktabat), th.1409 H., hal.
[13]
Lembaga ini pertama kali didirikan pada tanggal 1 Februari tahun 1985
di jalan Imam Bonjol no 18 Jakarta Pusat. Ide pembentukan lembaga ini
berawal dari perkumpulan mashasiwa Kristen yang bertujuan untuk
memperkuat tali silaturahmi di antara mereka. Lalu pada tahu 1980
organisasi ini dikenal dengan istilah perkumpulan imam bonjol 18.
Aktifitasnya mulai diperluas hingga mencakup mahasiswa Univeritas
Indonesia, Universitas Tri Sakti dan Universitas Jayabaya serta beberapa
univeritas lainnya. Karena mulai dikenal banyak di kalangan mahasiswa,
lembaga ini kemudian dinamai Lembaga Doulus. Setelah berbentuk lembaga,
perkembagannya sangat cepat dengan terbentuknya cabang-cabang di
berbagai daerah di Indonesia, bahkan di luar negeri mulai terdapat
cabangnya seperti di Belanda, Amerika dan Jerman. (Tim FAKTA “Forum
antisipasi kegiatan pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002
[14] Adian Husaini, Gereja-Gereja Dibakar : Membedah Akar Konflik diIndosesia, ( Jakarta ea Press ), tth.
[15] Majalah Sabili, Vol.23, tahun ke-7, th.1421 Hijriah.
[16] Tim FAKTA “Forum antisipasi kegiatan pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
[17] Majalah Sabili, Vol.25, tahun ke-6 th.1421 H.
[18] Tim FAKTA “Forum antisipasi kegiatan pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
[19] Tim FAKTA “Forum antisipasi kegiatan pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
[20] Harian Republika, tanggal 10 dan 12 April 1999.
[21] Majalah Sabili, vol.25, tahun ke-6, tanggal 20 shafar 1421 H.
[22] Abdul Wahid Muhammad Samari dan Zainal Abidin Syuja’I, al-Tanshir : Asalibuhu wa Madarisuh wa Muassasatuh wa Sabilu al-Tashaddiy lahu, Makalah disampaikan Oleh para da’I utusan atase Agama Kerajaan Saudi Arabia di Indonesia pada salah satu seminar.
[23] Tim FAKTA “Forum antisipasi kegiatan pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
[24] Tantangan Bagi Umat Islam Atas Bahaya Kristenisasi, “http://www.library.ohiou.edu/indopubs/ 2001/01/1/0009.html”. Diakseses pada hari Rabu, 5 Agustus 2009, jam 09.30.
[25] Tim FAKTA “Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan”, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta : Penerbit al-Kautsar), Cet.2, th.2002.
[26] Majalah Bidik, vol.2, th.1, th.1424 H
[27] Al-Juhani, Mani’, al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-Adyan wa al-Mazahib al-Muashirah, (KSA : Dar al-Nadwah al-Alamiyah), Vol.2, cet.3, hal.
[28] Media Da’wah, vol.331, bulan syawal, th.1422 H.
[29] Majalah Sabilii, vol.15, tahun ke-7, 26 ramadhan, th.1420 H.
[30] Tabloid Aspirasi, edisi ke-6, tanggal 3 September 1999, Majalah Panji Masyarakat, edisi ke-51, th.1, 3 April 1998.
[31] Majalah Islam Bebahasa Arab al-Bayan, tahun ke-10, volume 154, bulan Jumadil Akhir tahun 1421 H.
[32] Media Da’wah, Vol.342, th.1424 H.
[33] Media Da’wah, Vol.342, th.1424 H.
[34]Tantangan Bagi Ummat Islam Atas Bahaya Kristenisasi, http://www.library.ohiou.edu/ indopubs/2001/01/10/0009.html. Diakseses pada hari Rabu, 5 Agustus 2009, jam 09.30.
[35] Tabloid SIAR edisi No. 43, 18-24 Nopember 1999 hal. 14
[36] Majalah al-Bayan, No.153, tahun ke-10, Jumadil Akhir 1421 H.
[37], Musthofa Kholidi dan Umar Farrukh, al-Tabsyir dan al-Isti’mar fi al-Bilad al-Arabiyah, terj. Kathur Suhardi, Imprealis dan Missonaris Melanda Dunia Islam, (Jakarta : Pusataka Mantiq), cet.2, th.1992, hal.49
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama