« لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ »

Hadits
yang mulia di atas menjelaskan tentang dua jenis kekayaan, yaitu
kekayaan materi dan kekayaan jiwa. Kekayaan materi bukan lah kekayaan
yang sebenarnya, artinya tidaklah secara otomatis orang yang kaya secara
materi dengan memiliki berbagai asset kekayaan dari rumah tingkat,
mobil mewah, villa yang indah dan fasilitas hidup lainnya orang menjadi
bahagia dan terhormat di sisi Allah swt. Bahkan bisa jadi hartanya
menjadikan dirinya hina ketika ia dapatkannya melalui pintu ilegal, baik
korupsi, penipuan ataupun cara haram yang lainnya.
Dalam
hidup ini, Allah sering menunjukkan kepada kita tentang orang-orang kaya
yang merana. Memiliki asset melimpah namun harus tinggal dipenjara atau
harta yang ia miliki justru menjadi sumber konflik di tengah
keluarganya. Jiwanya meradang bagai tak punya apa-apa. Kisah orang-orang
kaya yang anak-anaknya justru sebagai pecandu narkoba dan jatuh pada
jurang dekadensi moral yang menampar muka sang orang tua yang kaya itu,
memokohkan bahwa harta bukan lah segala-galanya.
Maka
hadits di atas menguatkan bahwa hakekat kekayaan adalah kaya jiwa,
karena dengan kekayaan jiwa inilah orang tidak lagi silau dan tergoda
dengan dunia. Kalau lah ia menjadi orang kaya, maka ia akan
mendistribusikan kekayaan yang dimilikinya di jalan Allah swt dan inilah
jalan untuk menggapai ketenangan jiwa dan kekayaan hakiki.
Fiqh Hadits
- Hakekat kekayaan dalam Islam adalah kaya jiwa.
- Kekayaan harta tanpa diiringi dengan kekayaan jiwa tidak akan mampu melahirkan kebahagiaan yang hakiki.
- Setiap muslim wajib memberikan perhatian besar terhadap kekayaan jiwa karena ia merupakan sumber kebahagian.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama