
Pertama, usia hidupnya diperpanjang sampai kiamat.
Kedua, ia diberi kebebasan untuk menggoda dan menyesatkan Adam beserta anak cucunya. Maka, sejak saat itulah iblis merancang strategi dan menyiapkan segala perangkap serta sarananya, baik infrastruktur maupun konstitusi-konstitusinya yang merupakan juklak. Hal itu diperuntukkan bagi setan-setan, yakni balatentara iblis untuk melakukan operasi penyesatan dan penggodaan terhadap Adam dan anak cucunya.
Adapun
keberhasilan pertama yang diraih iblis dan balatentaranya adalah
mengeluarkan Adam dan istrinya, Hawa, dari surga, dan mereka diturunkan
Allah ke bumi. Sejak saat itu, dimulailah pertarungan babak baru antara
umat manusia dengan tentara-tentara iblis, yaitu setan-setan, dengan
pertempuran yang lebih dahsyat dan frontal. Allah telah menyatakan dalam
firman-Nya,“Hai
anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin- pemimpim bagi
orang-orang yang tidak beriman.” (al-A’raaf (7) : 27)
STRATEGI SETAN MEMASUKI WILAYAH JIWA
Ibnu Qayyim mengajak kita mengenal lebih jauh cara setan mendekati manusia, memasuki wilayah kepribadiannya, kemudian menyulapnya menjadi “manusia baru” yang berperan sebagai pengikut, tentara, bahkan komandan partai setan.
Ada tiga dimensi kepribadian manusia yang dimasuki setan secara bertahap atau secara simultan: akal, jiwa, dan fisik.
AKAL
Setan memasuki akal manusia dengan cara menghiasi kebatilan dan kejahatan agar tampak dalam pandangan akal manusia sebagai kebenaran dan kebaikan. Hiasan yang menyesatkan ini menjadikan manusia bingung dan kehilangan kemampuan untuk membedakan kebenaran dan kebaikan dari kebatilan dan kejahatan. Bentuk penyesatan ini disebut para ulama dengan sebutan “talbis” (pembiasan kebenaran dengan kebatilan). Orang yang terkena hiasan talbis ini disebut menderita penyakit “syubhat”. Allah berfirman,
“Dia-lah
yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepada kamu. Di antara (isi)nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur`an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’” Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.” (Ali ‘Imran (3) : 7)
Setan memasuki wilayah akal manusia melalui lintasan pikiran (khawaathir)
dan kemudian secara perlahan membangun suatu struktur logika baru dalam
bangunan pemikirannya, yang membingkai persepsi atau fikrahnya.
Persepsi baru inilah yang menjadi semacam frame of reference atau rule of thingking. Allah berfirman,
“…Allah
tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)-Nya. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini
oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada
mereka dari Tuhan mereka.” (an-Najm (53) : 23)
JIWA
Selanjutnya, setan memasuki wilayah jiwa manusia dengan cara mencairkan keyakinannya kepada kebenaran dan membisikkan (waswasah) sesuatu ke dalamnya, lalu mengubahnya menjadi keragu-raguan. Dengan begitu, maka kebenaran itu tidak pernah sanggup melampui wilayah hati untuk turun menjadi tindakan dan perilaku. Allah berfirman,
“Maka
setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan
berkata, ‘Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini,
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal (dalam surga).’ Dan dia (setan) bersumpah kepada
keduanya, ‘Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasihat
kepada kamu berdua.’” (al-A’raaf (7) : 20-21)
Selain
menciptakan keragu-raguan, setan juga memasuki wilayah jiwa manusia
dengan cara menghidupkan syahwat yang ada dalam dirinya. Syahwat adalah
kekuatan insting dalam diri manusia yang selalu mendorongnya melakukan
semua perbuatan yang membuatnya mirip dengan binatang ternak. Dari
syahwat perut, misalnya, lahir sifat jiwa yang negatif berupa rakus,
tamak, dan kikir, serta tindak kriminal berupa pencurian dan perampokan.
Dari syahwat seks lahir dosa perselingkuhan dan perzinaan.
TINDAKAN FISIK
Selanjutnya, menjadi lebih mudah bagi setan untuk membentuk dan mengarahkan perbuatan-perbuatan manusia. Tetapi, setan tidak akan pernah puas hanya mendorong manusia melakukan tindak kejahatan. Ia akan terus mendorong manusia untuk mengulangi kemaksiatan dan kejahatan sampai akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Kemudian, ia akan mengukuhkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan dosa-dosa itu menjadi tabiat manusia. Tabiat buruk ini menjadi bagian organik dari manusia, di mana ia merasakan ketergantungan. Akhirnya, ia sampai pada titik ini: tidak ada lagi kenikmatan selain dosa dan kejahatan itu sendiri. Allah berfirman,
“Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (al-Baqarah (2) : 268)
Inilah tabel strategi setan memasuki wilayah jiwa manusia.
ASPEK PRIBADI |
OBJEK
|
TARGET
|
Akal |
Pikiran
|
Syubhat/talbis
|
Jiwa |
Mentalitas
|
Syahwat-waswas
|
Fisik |
Perilaku
|
Tabiat hewani
|
TUJUH JEBAKAN SETAN
Ibnu Qayyim al-Jauziah dalam kitabnya Madaarijus Salikin menyebutkan kepada kita tentang tujuh langkah setan untuk menjebak manusia dalam kesesatan.
Pertama,
mengajak manusia mempersekutukan Allah SWT dan mengingkari semua ajaran
Allah. Ini yang disebut ulama dengan syirik dan kufur. Inilah dosa
paling besar yang dilakukan manusia terhadap Allah. Targetnya adalah
agar manusia menjadi musyrik dan atau kafir.
Kedua,
apabila Allah SWT memberikan hidayah kepada hamba-hamba-Nya, maka ia
mengajak mereka untuk menciptakan ajaran-ajaran baru yang tidak pernah
disyariatkan. Inilah yang disebut dosa bid’ah oleh ulama. Targetnya
adalah agar seorang muslim itu menjadi ahli bid’ah.
Ketiga,
apabila seorang muslim berhasil keluar dari jebakan bid’ah, maka ia
mengajaknya untuk durhaka kepada Allah SWT dengan berbagai dosa besar
selain syirik dan kufur, seperti pembunuhan, pencurian, perzinaan, seks
bebas dan lain-lain. Dosa-dosa inilah yang disebut dengan al-kabair. Sasarannya adalah menjadikan seorang muslim masuk pada katagori “mujrimin”.
Keempat,
jika seorang muslim bisa membebaskan dirinya dari perangkap-perangkap
dosa-dosa besar, dan Allah SWT telah menerima tobatnya, maka setan akan
mengajaknya untuk mendekati dan melakukan dosa-dosa kecil yang disebut ash-shaghair. Setan akan menggoda manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil ini dengan “tazyin”
dalam jiwanya. Ia membisikkan kepada manusia bahwa dosa-dosa kecil ini
sangat mudah dilebur dan dihapus oleh amal kebaikan seperti wudhu,
istighfar, dan shalat. Maka, manusia akan merasa tidak bersalah ketika
melakukan dosa-dosa kecil. Sasaran dalam langkah ini adalah menjadikan
seorang muslim termasuk golongan “fasiqin”.
Kelima, setan akan menjebak manusia muslim yang taat dengan jurus “mubahat”
(hal-hal yang diperbolehkan). Manusia diajak untuk senantiasa
memperhatikan dan menjalankan hal-hal mubah secara berlebihan, seperti
makan banyak, minum banyak, tidur banyak, rehat, dan santai. Di sini
tidak ada dosa sama sekali, tetapi tidak ada juga pahala. Yang pasti,
waktu, tenaga, perhatian, dan pikiran terbuang percuma. Selanjutnya,
akan timbul penyakit tafrith dalam hidup dan kehidupan manusia.
Keenam,
setelah seorang muslim lepas dari jebakan dan fitnah di atas, setan
akan mengajaknya untuk memperhatikan dan mengerjakan sunnah-sunnah yang mafdhul dan meninggalkan yang afdhal.
Misalnya, sunnah yang afdhal di antara azan dan iqamat adalah shalat,
berdoa, dan beristighfar. Akan tetapi, ia malah berbicara dengan sesama
kawannya, meskipun yang dibicarakan adalah sesuatu yang berfaedah.
Ketujuh,
apabila seorang muslim itu memiliki iman dan ilmu yang mampu membedakan
sunnah-sunnah tersebut dan senantiasa komitmen serta konsisten dalam
memegang nilai-nilai kebenaran Islam, maka setan akan mengerahkan semua
tentaranya untuk memeranginya baik secara psikis maupun fisik. Misalnya,
orang yang berdakwah dan berjihad dianggap teroris dan perusuh yang
akan dimusuhi oleh tentara iblis yang berbentuk manusia.
Pertanyaannya, di manakah posisi kita?
Adapun jawaban pertanyaan ini menunjukkan kualitas keimanan kita terhadap Allah. Seperti itulah bangunan ketakwaan yang ada dalam diri kita, dan seperti itulah jarak antara kita dengan Allah, serta jauh-dekatnya kita dari nilai-nilai Islam.
Lebih mudahnya kita pahami tabel berikut ini.
JEBAKAN
|
OBJEK
|
TARGET
|
Syirik/Kufur
|
Seluruh manusia
|
Musyrikin/kafirin
|
Bid’ah
|
Muslimin
|
Ahli Bid’ah/syubhat
|
Kaba-ir
|
Muslimin
|
Mujrimin
|
Shaghair
|
Shalihin
|
Fasiqin
|
Mubahat
|
Muttaqin
|
Ahli rehat/santai
|
Sunnah Mafdlul
|
Muttaqin-Ulama
|
Ulama tidak efektif
|
Serangan
|
Ulama-Du’at-Mujahidin
|
Ulama tidak berjihad
|
PINTU-PINTU SETAN DALAM WILAYAH JIWA
Setan—seperti juga janjinya kepada Allah setelah ia diusir (dalam hal ini iblis)—berjanji akan terus-menerus mendatangi manusia dari berbagai arah dan senantiasa mencari celah, titik kelemahannya, sampai ia mampu menggoda manusia tersebut, siapa pun orangnya: dari manusia yang hanya memiliki keimanan yang sedikit atau lemah, sampai kepada hamba yang sangat tekun beribadah kepada Allah SWT. Itulah sebabnya kita diajarkan untuk mengenali setan itu sebagai musuh, karena bisa jadi setan sudah menjadi kawan kita sementara kita tidak mengetahuinya, bahkan setan itu sudah menjelma menjadi diri kita. Na’udzubillahi min dzalik.
Setiap
hamba menjadi penting baginya untuk mengetahui celah-celah masuknya
setan, agar bisa menghindarinya sehingga tidak terjebak dalam perangkap
setan yang telah dibuat. Celah-celah yang kita maksud itu adalah
pintu-pintu setan itu sendiri oleh karena bagaimana mungkin menutup
pintu-pintu setan kalau pintu-pintu itu tidak kita ketahui. Ketahuilah,
bahwa pintu-pintu setan itu adalah sifat-sifat hamba itu sendiri yang
jumlahnya sangat banyak. Said Hawwa dalam bukunya Tazkiya an-Nafs menyebutkan sepuluh pintu besar yang tidak pernah menjadi sempit karena banyaknya jumlah tentara setan.[1]
Diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama,
marah dan syahwat. Marah adalah bius akal. Apabila akal sudah terbius,
maka ia menjadi lemah, dan jika demikian maka setan akan mudah
menyerang. Apabila manusia marah, setan akan mempermainkannya seperti
anak kecil yang sedang mempermainkan bola. Itulah sebabnya—ketika
seseorang datang meminta nasihat kepada beliau, Rasulullah mengatakan,
”Janganlah engkau mudah marah.” Lalu Rasulullah mengulanginya beberapa kali. [2]
Kedua, tamak. Seorang mukmin memiliki bashirah
yang akan memberitahukannya akan pintu-pintu setan, dan bashirah akan
terhalang oleh kedengkian dan ketamakan, sebagaimana juga Nabi telah
memperingatkannya dalam sabdanya.
“Cintamu pada sesuatu membuat buta dan tuli.” [3]
Penyebabnya,
saat seseorang menjadi tamak terhadap segala sesuatu, maka setan
mendapatkan kesempatan untuk menumbuhkan kesan yang bagus terhadap apa
yang dilakukannya sehingga ia akan melampiaskan syahwatnya, sekalipun
itu mungkar dan keji.
Ketiga, kekenyangan dengan makanan sekalipun itu halal. Paling tidak, ada enam sifat tercela yang akan muncul akibat banyak makan.
- Menghilangkan rasa takut kepada Allah SWT dari dalam hatinya.
- Menghilangkan rasa kasih sayang kepada sesama makhluk dari dalam hatinya karena ia mengira mereka semua kenyang.
- Menghambat ketaatan.
- Apabila mendengar ucapan hikmah ia tidak tanggap.
- Apabila menyampaikan nasihat dan hikmah tidak menyentuh hati orang lain.
- Menimbulkan banyak penyakit.
Keempat, suka
berhias dengan perabotan, pakaian, dan rumah. Apabila hal
tersebut telah mendominasi hati manusia, setan akan terus bertelur dan
menetas di dalamnya sehingga terus mengajaknya untuk membangun rumah,
menghias atap dan dindingnya, memperluas bangunannya, menghiasi pakaian
dan lemari, dan membenamkannya ke dalam hati sepanjang hidupnya. Jika
demikian, ia akan memperturutkannya hingga ajalnya tiba, dan akhirnya ia
mati di jalan setan dan mengikuti hawa nafsu. Bahkan, sangat
dikhawatirkan akibat buruknya, yaitu kekafiran. Na’udzubillahi min dzalik.
Kelima, hasad
terhadap manusia. Setan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang
pandai untuk menyembah berhala, tetapi setan sering juga mampu menggoda
dan menyesatkan manusia melalui celah-celah pergaulan dengan cara
merusak kedamaian di antara mereka. Akibatnya, dengan hawa nafsu mereka
saling membenci karena rasa dengki yang dimunculkannya, dan pintu setan
ini sangatlah berbahaya sebab ia ibarat api yang akan membakar seluruh
kayu bakar, sebagaimana kedengkiannya itu menghabiskan semua kebaikan
yang ada.
Keenam,
terburu-buru. Segala amal perbuatan hendaklah dikerjakan setelah
dipahami dan dimengerti, dan untuk memahaminya diperlukan perenungan dan
waktu. Terburu-buru, di samping menghalangi tercapainya kematangan
berpikir, juga menjadi kesempatan bagi setan untuk memasukkan
kejahatannya kepada manusia secara tidak disadari. Itulah sebabnya Allah
menyebut manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat tergesa-gesa.
Allah berfirman,
“Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa.” (al-Anbiyaa` (21) : 37)
“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (al-Israa` (17) : 11)
“Terburu-buru adalah dari setan dan berhati-hati adalah dari Allah.” (HR Turmidzi) [4]
Ketujuh, harta
kekayaan. Setiap hal yang melebihi takaran, baik makanan dan kebutuhan
pokok, maka waspadalah bahwa ia menjadi tempat bertenggernya setan.
Tabiat manusia adalah bila mendapatkan harta, maka ia akan terus mencari
yang lebih banyak, dan setiap kali kebutuhannya terpenuhi maka akan
mengundang kebutuhan yang lain, begitu seterusnya, hingga akhirnya
terjerumus ke dalam lembah kehinaan.
Kedelapan, bakhil
dan takut miskin. Sufyan ats-Tsauri pernah berkata bahwa setan itu
mempunyai senjata yang sangat ampuh, yakni menumbuhkan rasa takut miskin
pada diri manusia. Dengan senjata ini, manusia akan mulai melakukan
kebatilan, mencegah kebenaran, berbicara dengan hawa nafsu, dan
senantiasa berprasangka buruk kepada Tuhannya. Demikianlah, sehingga
bakhil mencegah manusia melakukan infak dan bersedekah. Sebaliknya,
bakhil akan mendorong manusia untuk menimbun dan menyimpan harta, sampai
akhirnya ia mendapatkan siksa yang pedih. Hal ini telah diungkapkan
dalam Al-Qur`an.
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (at-Taubah (9) : 34)
Kesembilan, fanatik
kepada salah satu mazhab. Termasuk sesuatu yang membinasakan semua
hamba dan orang-orang fasik adalah karena mencaci orang dan sibuk
menyebutkan kekurangan mereka, sementara ia tidak melihat kekurangan
yang ada pada dirinya. Setan akan memunculkan khayalan bahwa apa yang
dilakukannya adalah kebenaran dan sesuai tabiatnya. Maka, hal tersebut
terasa manis di hatinya sehingga ia semakin antusias melakukannya,
merasa gembira dan senang, bahkan dikiranya sebagai perjuangan untuk
agama, padahal merupakan tindakan mengikuti setan. Pintu ini adalah
pintu setan yang banyak menjerumuskan ulama. Oleh sebab itu, kenalilah
dan waspadalah terhadapnya.
Kesepuluh, mengajak
orang awam berpikir tentang Dzat Allah. Mengajak orang awam untuk
berpikir akan Dzat Allah adalah sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal
mereka sehingga akan menimbulkan keraguan terhadap agamanya, atau akan
menimbulkan berbagai khayalan yang tidak benar tentang Allah yang dapat
mengakibatkan terjerumus ke dalam bid’ah atau kekafiran. Adapun ia
sendiri merasa senang dengan apa yang berkecamuk di dalam dadanya. Ia
mengira hal itu sebagai suatu pengetahuan dan bashirah, dan bahwa hal
itu terungkap berkat kecerdasan dan kehebatan akalnya. Rasulullah saw.
bersabda,
“Setan
mendatangi salah seorang di antara kamu seraya bertanya, ‘Siapakah yang
menciptakan ini?, siapakah yang menciptakan itu? sampai ia bertanya,
siapakah yang menciptakan Tuhanmu?’ Jika sampai pada pertanyaan ini,
maka berlindunglah kepada Allah dan sudahilah percakapan itu.” (HR. Ahmad) [5]
Kesebelas, buruk
sangka kepada kaum Muslimin. Diriwayatkan dari Ali bin Husain bahwa
Shafiyah binti Huyai bin Akhthab memberitahukan kepadanya bahwa Nabi
saw. pernah beri’tikaf di dalam mesjid. Shafiyah berkata,
“Kemudian
aku mendatangi Nabi saw. dan berbicara kepadanya. Setelah sore aku pun
kembali, lalu Nabi saw. berjalan bersamaku. Di tengah jalan kami
berpapasan dengan dua orang lelaki dari Anshar seraya mengucapkan salam,
kemudian kedua orang itu terus melaju, tetapi Nabi saw. memanggil
keduanya dan berkata, ‘Sesungguhnya ia adalah Shafiyah binti Huyai.’
Kedua orang itu berkata, ‘Wahai, Rasulullah, kami tidak berprasangka
kepadamu kecuali kebaikan.’ Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya setan mengalir
pada peredaran darah tubuh, dan sesungguhnya aku khawatir setan akan
memasukkan sesuatu di hati kalian berdua.’” (HR Bukhari dan Muslim) [6]
Perhatikanlah
bagaimana baginda Rasul begitu mengkhawatirkan umatnya, lalu
mengajarkan kepada mereka jalan untuk menghindari tuduhan, dan juga
kepada orang yang alim sekalipun, tidak dengan enteng dan penuh rasa
ujub mengatakan orang tidak akan mungkin berprasangka buruk kepadanya.
Karena
itulah, jika kita melihat seseorang berprasangka buruk terhadap orang
lain dengan mencari-cari kekurangannya, maka ketahuilah sesungguhnya
orang tersebut adalah orang yang sangat buruk hatinya.
Demikianlah
sebagian pintu masuk setan ke dalam hati, dan masih banyak lagi yang
lainnya yang tidak terbilang jumlahnya. Akan tetapi, apa yang dipaparkan
di atas cukuplah mengingatkan yang lainnya bahwa tidak ada sifat
manusia yang tercela kecuali setan menjadikannya sebagai pintu untuk
masuk ke dalam diri manusia, dan akhirnya akan menjadikannya lalai,
lupa, bahkan ingkar kepada ajaran Allah SWT.
Lalu, apa terapi yang bisa menolak setan? Apakah cukup dengan dzikrullah?
Jawabannya adalah tentu tidak hanya itu, tetapi terapi hati dalam hal
ini dapat menutup pintu-pintu setan tersebut dengan senantiasa
membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Apabila sifat-sifat
tercela itu telah dibersihkan, maka setan masih tetap memiliki berbagai
lintasan di dalam hati, tetapi tidak bisa menetap di dalamnya. Berbagai
lintasan tersebut bisa dicegah dengan dzikrullah karena hakikat
zikir tidak dapat merasuk ke dalam hati kecuali setelah disuburkan
dengan takwa dan dibersihkan dari sifat-sifat tercela.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
[1] . Sa’id Hawa. Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu. Jakarta: Robbani Press, hlm. 155-163
[2] . al-Bukhari. Kitab Adab. “Bab: Larangan Marah”. Juz 7, hlm. 100
[3] . Abu Daud. Kitab Adab. “Bab: al-Hawa”. Juz 4, hlm. 505
[4] . at-Tirmidzi. Kitab al-Bir. “Bab: Berhati-hati dan Tergesa-gesa”. Jilid 4, hlm. 322
[5] . al-Bukhari. “Bab: Sifat Iblis”. Juz 4, hlm. 92
[6]. al-Bukhari. “Bab: I’tikaf ”. Juz 2, hlm. 257
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama