
Ragam Kesyirikan
Pada perkembagannya, syirik yang telah dirancang Iblis semenjak awal kehadirannya di pentas dunia hingga saat ini terbagi atas tiga bagian besar. Pembagian ini berdasarkan pada bahaya yang ditimbulkannya terhadap keyakinan seseorang. Ketiganya adalah :Syirik pada masalah rububiyah Allah swt.
Syirik jenis ini terjadi ketika seseorang meyakini adanya peran serta pihak lain selain Allah dalam mencipta, menjaga dan mengatur kejadian di alam semesta ini. Seperti seseorang yang meyakini adanya kekuatan pada benda keramat yang bias menolak bala dan mendatangkan rezqi. Seperti pula orang yang meyakini bahwa berhala bisa memberi manfaat berupa rezqi dan menolak bahaya.Syirik pada masalah nama dan sifat-sifat Allah
Syirik seperti inilah yang terjadi pada zaman jahiliyah, ketika masyarakat jahiliah menamakan berhala mereka dengan nama dan sifat yang pada hakikatnya hanya pantas untuk Allah Swt. Contohnya adalah berhala yang dinamai Uzza yang terambil dari kata Aziz yang berarti Maha Perkasa. Juga seperti Manat yang terambil dari kata Mannan yang berarti Pemberi Rezki. Jika sebuah masyarakat menamakan berhala mereka dengan nama atau pun sifat yang mengidikasikan pengagungan dan pujian yang serupa dengan asma dan sifat Allah maka mereka akan terindikasi dengan syirik seperti ini. Walau pun bisa jadi bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa da’erah, tetapi kandungan maknanya sama dengan nama-nama dan sifatsifat Allah Swt.Syirik pada masalah uluhiyyah Allah swt. (Ibadah).
Syirik ini terjadi ketika seseorang melakukan ibadah yang nota bene disyariatkan oleh Allah swt., tetapi ia meniyatkan untuk Allah dan untuk selain-Nya. Sebagai contoh ; seseorang yang berdo’a kepada selain Allah atau seseorang yang menyembelih hewan untuk dipersembahkan kepada jin atau tempat-tempat yang dianggap keramat. Bahkan orang yang berpuasa mutih dengan tujuan untuk kekebalan juga masuk dalam kategori ini. Syirik jenis ini juga terbagi dua, yaitu :Syirik Besar
Syirik jenis ini akan menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Karena dengan melakukannya dengan penuh kesadaran akan menghancurkan sendi-sendi akidah tauhid yang berbasis pada kalimat La Ilaha Illallah.
Kalimat
yang menghendaki orang yang meyakininya tunduk dan patuh terhadap
konsekwensi yang dikandungnya. Konsekwensi yang dimaksud adalah seperti :
(1) Ilmu yang yang dapat menghilangkan kebodohan tentang Allah swt, (2)
Keyakinan kepada Allah yang akan menghilangkan keraguan kepada-Nya, (3)
Menerima konsekwensi kalimat tauhid dengan hati dan lisannya yang dapat
menghilamgkan sikap penolakan terhadap-Nya, (4) Tunduk dan patuh
terhadap kandungan kalimat tauhid yang nantinya akan menghilangkan sikap
acuh tak acuh kepada-Nya, (5) Jujur terhadap kalimat tauhid sehingga
hilang darinya sikap munafik, (6) Ikhlas yang akan menghilangkan riya
dan kesyirikan, dan (7) Kecintaan terhadap kalimat tauhid yang akan
menghapus kebenciannya kepadanya.
Dengan
kepiawaiannya, Iblis berusaha menghancurkan manusia dan jin dengan
mengalihkan mereka kepada lawan dari konsekwensi kalimat tauhid di atas.
Yang mana, lawan dari konsekwensi tauhid itu adalah
ketidaktahuan tentang Allah yang mengakibatkan kepada pencarian tuhan
lain yang bisa dainggap memiliki kemampuan untuk mendatangkan kebaikan
dan menjauhkan bahaya.
Akibat
dari ketidaktahuan ini, manusia kemudian ragu terhadap Allah dan
meyakini selain-Nya (berhala) sebagai pemegang manfaat dan dianggap
mampu melindungai merka dari bahaya. Dengan keraguan terhadap Allah swt,
manusia kemudian menolak aturan Allah dan lebih senang dengan aturan
tuhan-tuhan yang disembah selain Allah. Dengan penolakan ini, manusia
acuh tak acuh lagi terhadap hukum Allah dan makin meningkatkan ketaatan
mereka terhadap selain Allah.
Karena
sikap acuh tak acuh terhadap Allah swt ini, mereka lalu menjadi munafik.
7 Lalu dari kemunafikan ini mereka beranjak menjadi musyrik kepada
Allah swt. Kemusyrikaan inilah yang membuat mereka benci kepada aturan
Allah dan membua mereka mencintai aturan tuhan-tuhan selain Allah.
Dengan demikian, mereka berada seratus persen di bawah kerajaan Iblis
dan lepas dari wilayah Islam. Naudzu billah.
Syirik Kecil
Syirik jenis ini tidaklah membuat pelakunya keluar dari Islam. Hanya saja, amalan yang terkait dengan syirik ini ikut terhapus pahalanya. Riya termasuk dalam jenis ini. Jika seseorang melakukan suatu ibadah dengan disertai riya maka amalan tersebut tidak berpahala.
Iblis pun
tidak pernah lupa untuk berkonstribusi penuh unutk merancang syirik
jenis ini agar dilakoni oleh orang yang berilmu. Dengan demikian, pahala
yang dapat diperoleh dari ibadahnya berkurang ataupun hilang tanpa
bekas. Ada banyak pertimbangan kenapa Iblis juga berkepentingan dengan
syirk jenis ini. Jika ia merasa bahwa orang-orang yang menempuh jalur
ilmu tidak bisa dikibuli dengan syirik besar maka syirik kecillah yang
menjadi umpan. Dengan inilah Iblis bisa merugikan orang-orang berilmu
tanpa mereka menyadarinya.
Bahaya Syirik Besar
Syirik besar tak diragukan lagi melemparkan seseorang ke lorong gelap kekafiran.Jika seseorang melakukan syirik besar maka segala pahala amalannya akan hancur lebur.
Karena
sejatinya adalah bahwa pahala itu dari Allah swt. Jika seseorang berbuat
syirik kepada-Nya maka Ia tentu tidak lagi menjamin pahala yang selama
ini mereka peroleh karena beribadah kepada-Nya. Tentang hancurnya pahala
pelaku kemusyrikan, Allah swt berfirman: “Sesungguhnya jika engkau (hai
Muhammad) berbuat syirik niscaya batallah amalmu. Dan pasti engkau
termasuk golongan orang-orang yang merugi”. Jika seseorang meninggal
dunia dalam keadaan demikian maka dosanya tidak akan diampuni.
Firman
Allah swt : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) yang
menyekutukan-Nya dan mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang
dikehendakinya”. (QS. An-Nisaa’: 116) Bahkan syirik besar menyebabkan
pelakunya kekal dalam neraka. Firman Allah swt. “Sesunggunya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka Allah pasti mengharamkan
kepadanya sorga. Dan tempatnya adalah neraka”. (QS. Al-Ma’idah : 72).
Al-wala’ dan Al-bara Sebagai Solusi
Al-Wala’ dan al-Bara’ ini sejatinya merupakan hakikat kalimat tauhid, la ilaha illallah. Karena kalimat la Ilaha sesungguhnya merupakan bentuk berlepas diri atau meniadakan semua tuhan-tuhan yang disembah selain Allah swt. Sedangkan kalimat illallah merupakan penegasan tentang al-wala’ kepada Allah swt dengan segala aturan yang ditetapkan-Nya.
Banyak
ayat menegaskan tentang prinsip ini. Misalnya, firman Allah swt : “Siapa
pun yang mengingkari para thogut, lalu beriman kepada Allah swt maka
sungguh ia telah berpegang teguh dengan tali yang kokoh”. (QS.al-Baqarah
: 256). Pada ayat lain disebutkan, “Barang siapa yang menyerahkan
dirinya kepada Allah sedang ia berbuat baik (muhsin) maka sungguh ia
telah berpegang teguh pada tali yang kokoh”. (QS.Lukman: 22). Ayat ini
merupakan bentuk wala’ kepada Allah, sedang bentuk baro’nya dijelaskan
oleh ayat lain seperti: “Barang siapa yang mengikuti agama selain Islam
maka amalnya tiadk akan diterima dan ia termasuk orang yang merugi di
akhirat kelak”. (QS.Ali Imran:85).
Bahkan
seluruh nabi yang diutus oleh Allah di bumi membawa missi besar ini.
Lihatlah Nabi Ibrahim AS. yang denga tegas menyatakan kepada kaumnya
yang berkomitmen kepada selain Allah: “Sungguh aku berlepas diri dari
tuhantuhan yang kalian sembah, kecuali Tuhan yang menciptakan Aku”.
Yakni bahwa semua yang kalian sembah selain Allah tidak sama sekali saya
gubris. Kecuali jika yang anda sembah adalah Allah maka akulah orang
pertama yang menyatakan komitmen kepada-Nya (wala). Demikian pula nabi
Hud, terhadap kaumnya ia bertetiak lantang dengan penuh ketegasan,
“Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan bagi kalian selain-Nya”. Demikian pula
nabi dan rasul lainnya. Ya Allah ! berikanlah kami jalan keluar dari
kesyirikin, apa pun bentuknya. Dan tempatkanlah kami dalam jajaran
hamba-Mu yang bekerja untuk-Mu. Amin.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama