Dari Barrak ‘Azib: Kami bersama Rasulullah saw mengiringi jenazah
sahabat Anshar. Setelah sampai di pemakaman beliau duduk dan kami pun
duduk di sekitarnya seperti ada burung di kepala kami. Kemudian beliau
mengangkat kepala seraya bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah
dari siksa kubur!”
Beliaupun mengulanginya hingga tiga kali. Kemudian beliau meneruskan
perkataannya bahwa orang mukmin ketika akan mati didatangi malaikat yang
wajahnya putih seperti matahari. mereka duduk di depannya sambil
memegang kafan surga.
Tidak lama kemudian datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya dan
menyeru padanya, “Hai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan
keridlaan Allah swt”. Lalu ruhnya mengalir keluar seperti tetesan air,
ia diterima dan dimasukkan kafan, kemudian dibawa keluar. Baunya harum
seperti minyak kasturi untuk selanjutnya dibawa naik. Setiap melewati
kumpulan para malaikat mereka bertanya, “Ruh siapakah yang harum ini?”
Pertanyaan itu dijawab dengan ruhnya fulan bin fulan.
Hal demikian terus berlangsung hingga ke langit. Para penghuninya
menyambut baik kedatangan ruh terebut. Setiap menaiki jenjangnya,
malaikat Muqarrabun mengantarkan hingga langit ke tujuh. Allah
berfirman, “Tulislah ketentuannya di surga ‘Illiyyin!”. Lalu
dikembalikan ke bumi karena dari sanalah Kami ciptakan dan ke dalamnya
Kami pulangkan. Pada saatnya akan Kami bangkitkan. Maka bergabunglah
kembali ruh tersebut dengan jasadnya di dalam kubur.
Tidak lama kemudian datanglah malaikat Munkar-Nakir seraya bertanya,
“Siapakah Tuhanmu?” Dijawab: Allah Tuhanku. “Apa agamamu?” Dijawab:
Islam agamaku. “Bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang diutus di
tengah-tengah kamu?” Dijawab: Beliau utusan Allah. “Dari mana
pengetahuan itu?” Dijawab: Aku belajar dari kitab Allah, iman kepadanya
dan membenarkannya.
Maka datanglah panggilan, “Betul hambaku, berikan kepadanya hamparan
dan pakaian surga. Bukakan pintu yang menuju surga agar harum dan
hawanya ia nikmati. Lapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Lalu
datanglah sesosok yang tampan lagi harum baunya dan berkata: “Terimalah
kabar gembira yang dulu dijanjikan Tuhan.” Dijawab: Siapa sebenarnya
dirimu itu? “Aku adalah jelmaan amal baikmu dulu.” Dijawab: Ya Allah,
segerakan hari Kiamat agar aku dapat cepat-cepat berkumpul bersama
keluarga dan sahabat-sahabatku.
Kemudian Nabi saw melanjutkan ceritanya. Sedangkan bagi orang kafir,
ketika akan mati. Mereka didatangi oleh malaikat yang hitam mukanya lagi
hitam pakaiannya dan mereka duduk di depannya. Tidak lama kemudian
datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya dan berkata, “Hai ruh
jahat. Keluarlah menuju kemarahan Allah. Tersebarlah ke semua anggota
tubuhnya.” Lalu ruh dicabut, seperti mencabut besi dari bulu basah. Urat
dan ototnya putus-putus. Ruh itu diterima dan dimasukkan ke dalam kain
hitam untuk dibawa keluar. Baunya busuk seperti bangkai. Lalu ruh itu
dibawa naik. Setiap melewati kumpulan malaikat, mereka bertanya, “Ruh
jahat siapakah yang busuk itu?” Pertanyaan itu dijawab dengan, “Ruh
fulan bin fulan”. Jawaban itu terdengar sampai ke langit. Ketika akan
masuk, pintu tidak dibukakan.
Nabi saw pun membaca ayat “…sekali-kali tidak akan dibukakan
pintu-pintu langit buat mereka. Dan tidak dapat masuk surga kecuali jika
ada unta yang masuk ke dalam lubang jarum ini (sesuatu hal yang
mustahil). Demikianlah balasan bagi orang-orang yang dhalim.” (QS al-A’raf: 40)
Lalu perintah Allah, “Tulislah ketentuannya di neraka Sijjin, dan lemparkanlah ruh itu.” Allah berfirman “Barangsiapa
menyekutukan Allah. Tidak ada bedanya seperti terjun dari langit lalu
disambar burung besar atau dibanting angin ke jurang curam sejauhnya.” (QS al-Hajj: 31)
Kemudian ruh tersebut melekat lagi ke tubuhnya di dalam kubur. Tidak
lama kemudian datang malaikat Munkar-Nakir dan memeganginya lagi
menggertak: “Siapa Tuhanmu?” Dijawab: Aku tidak kenal. “Apa agamamu?”
Dijawab: Aku belum mengenalnya. “Bagaimana tanggapanmu tentang orang
yang diutus di tengah-tengah hidupmu?” Dijawab: Itupun aku tidak kenal.
Maka datanglah seruan keras, “Dusta dia, hamparkan dan bukakan pintu
neraka baginya.” Lalu terasalah hawa panasnya, kuburnya menghimpit dan
hancurlah tulang rusuknya. Tidak lama kemudian datang seorang yang buruk
rupa, berbau busuk dan menggertak, “Sambutlah hari buruk bagimu. Saat
yang dulu kamu membantahnya ketika diperingatkan.” Ditanyalah kepadanya,
“Siapakah kamu ini?” Dijawab bahwa ia adalah perilaku jahatnya. Lalu
jenazah itu pun berkata, “Ya Tuhan, tundalah dulu hari Kiamat. Jangan
terburu-buru hari Kiamat.”
Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw bersabda, Bahwasanya orang mukmin
dikunjungi malaikat yang memegang kain sutra berisi minyak kasturi di
saat sakratul maut. Ia mencabut ruhnya dengan pelan seperti mengambil
rambut dari dalam adonan seraya menyeru “Hai jiwa yang tenang. Pulanglah ke hadirat Tuhanmu dengan hati puas dan diridlai Tuhan”. (QS al-Fajr: 27-28)
Pulanglah dengan rahmat dan ridla Allah. Ketika ruh keluar, lalu
diletakkan pada minyak kasturi dan bunga-bunga dalam bungkusan sutra dan
ditunjukkan ke surga ‘Illiyyin.
Bagi orang kafir ketika sakratul maut, malaikat membawa kain bulu
berisi api. Lalu ruh dicabut dengan sekerasnya dari tubuhnya dan
dikatakan kepadanya, “Hai jiwa yang jahat. Keluarlah menuju kemarahan
Tuhan. Menuju tempat terhina dan siksaNya.” Sesudah ruh keluar, lalu
diletakkan di atas bara api mendidih, dilipat dan dibawa ke neraka
Sijjin.
Dari Abdullah bin Umar ra. katanya, Seorang mukmin ketika masuk kubur
menjadi luaslah kuburnya hingga 70 hasta. Bunga-bunga harum bertaburan.
Sutra dihamparkan baginya. Sedikit hafalan dari al-Qur’an menjadi
penerang baginya seperti cahaya matahari, layaknya seperti pengantin
baru. Tiada seorangpun yang berani membangunkannya dari tidurnya kecuali
sang kekasih (demikianlah nikmatnya)….
Bagi orang kafir, kuburan menjadi sempit hingga tulang rusuknya
hancur ditelah. Ular sebesar leher unta menghampirinya dan
menyabit-nyabit dagingnya sampai hanya tinggal tulang belulang. Malaikat
yang buta tuli lagi bisu memukulnya dengan gada besi. Jeritannya tidak
didengar dan keadaannya tidak dilihat. Ditambah lagi hidangan siksa api
neraka pada setiap pagi dan sore.
Sehubungan dengan itu al-Faqih Abu Laits as-Samarqandiy menegaskan
bahwa barangsiapa yang menghendaki selamat dari siksa kubur, maka
lakukanlah hal di bawah ini secara berkesinambungan:
- Shalat lima waktu
- Banyak bersedekah
- Selalu membaca al-Qur’an
- Banyak bertasbih (minimal lafal Subhanallah).
Dan tinggalkanlah perkara di bawah ini:
- Dusta
- Khianat
- Adu domba
- Menyisakan air kencing, seperti disabdakan oleh Nabi saw, “Bersihkanlah air kencing dengan sebersihnya. Karena kebanyakan siksa kubur akibat air kencing (yang tersisa, sekalipun sudah dibersihkan)”.
Rasul saw bersabda “Empat perkara dibenci Allah, yaitu:
- Main-main ketika shalat
- Bergurau di tengah-tengah baca al-Qur’an
- Berkata keji ketika puasa
- Tertawa-tawa di kuburan”
Muhammad bin as-Samak berpesan bahwa ketika melihat kuburan,
“Janganlah tenang dan diamnya kubur membujuk Anda karena tidak sedikit
orang bingung di dalamnya. Janganlah ratanya kubur menipu Anda karena di
dalamnya terdapat perbedaan yang mencolok antara penghuni yang satu
dengan yang lain. Maka bagi akal sehat, sebaiknya sering memikirkan
kuburan sebelum masuk ke dalamnya.”
Sufyan ats-Tsauri berpesan, “Barangsiapa sering memikirkan tentang
kubur, pastilah ia memperoleh kebun surga. Tetapi bagi yang
melupakannya, pasti terjerumus ke jurang neraka.”
Sayyidina Ali ra. berpesan dalam khutbahnya, “Hai sekalian manusia.
Pikirkanlah maut yang tidak mungkin kamu hindari. Di mana saja engkau
berada ia pasti menghampirimu. Engkau lari maka diapun mengejarnya. Ia
selalu terikat pada ubun-ubunmu. Lalu sebaiknya carilah jalan selamat.
Carilah jalan selamat. Dan cepatlah karena kubur di belakangmu selalu
mengejar. Ingatlah bahwa kubur merupakan kebun surga atau jurang neraka.
Setiap hari ia memperingatkan kita bahwa dia adalah rumah gelap, tempat
sunyi dan rumah ulat-ulat. Pikirkanlah bahwa sesudah itu kamu masuk
hari yang lebih mengerikan. Anak kecil menjadi beruban. Orangtua menjadi
bingung seperti mabuk. Para ibu lupa dengan bayi yang disusuinya.
Wanita yang hamil tapi kandungannya gugur. Suatu kenyataan yang sulit
diingkari bahwa mereka bukan mabuk akibat minuman keras. Tetapi siksa
Allah yang dahsyat lagi mengerikan. Pikirkanlah sekali lagi bahwa
setelah itu akan terjadi kobaran api neraka yang sangat panas lagi
curam. Dengan besi sebagai perhiasan, darah bercampur nanah yang
mengalir darinya. Jauh dari rahmat Allah. Menangislah orang Islam dan
berkata bahwa di samping itu terdapat surga seluas langit dan bumi bagi
orang yang bertakwa. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kami dari azab
yang pedih dan memasukkan kami ke dalam surga kenikmatan. Amin.”
Pesan Usayid bin Abdurrahman: Aku memperoleh kabar bahwa seorang
mukmin yang meninggal ketika dibawa dalam keranda berkata, “Cepatlah
membawaku dalam keranda ini.” Dan setelah masuk kubur tanahnya
berbicara, “Aku senang ketika kamu hidup di atasku.” Tetapi saat seorang
yang kafir meninggal, dirinya berkata, “Pulangkan aku ini”, katanya di
dalam keranda. Setelah masuk kubur, tanah pun mengomel, “Sejak dulu aku
benci padamu ketika kau hidup di atasku. Lebih-lebih sekarang setelah
kau mati, aku tidak habis-habisnya membencimu.”
Bahwasanya Utsman bin Affan ra. menangis ketika berdiri di atas
kubur. Seseorang bertanya padanya, “Mengapa Anda menangis karena kubur?
Ketika menerangkan mengenai surga dan neraka Anda tidak menangis.”
Jawabnya, “Rasulullah saw bersabda: Kubur adalah tempat awal bagi
akhirat. Jika seseorang selamat dalam kubur maka harapan baik baginya.
Karena sesudah itu ringan baginya. Tetapi jika seseorang celaka dalam
kubur maka pertanda buruk. Karena sesudah itu sangat berat baginya.”
Abdul Hamid bin Mahmud al-Maghuli berpesan: Aku sedang duduk bersama
Ibnu Abbas. Lalu datanglah serombongan orang yang bertanya kepadanya,
“Kami jamaah haji. Salah seorang dari kami ada yang meninggal di daerah
Dzatish-shifah. Lalu kami mengurusnya dan sewaktu menggali kubur
ternyata ada ular melingkarinya. Kemudian kami pindah ke kubur lain,
ternyata ada ularnya pula. Hal ini kami lakukan hingga tiga kali dan
ternyata setiap kubur terdapat ularnya. Lalu apa yang kami lakukan
terhadap jenazah itu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itulah amal perbuatan sang
almarhum ketika di dunia. Sebaiknya kuburlah ular itu. Demi Allah jika
bumi ini kau gali semua, pasti kau akan menemukan ular di dalamnya.”
Lalu pulanglah mereka selesai menguburkan jenazah tersebut dan
mengembalikan barang bawaan (bekal) perjalanan hajinya pada keluarganya.
Rombongan itu pun bertanya pada sang keluarga mengenai perbuatan selama
hidupnya. Sang istri almarhum menjawab, “Dia penjual gandum dalam
karung. Untuk makan sehari-harinya dia ambilkan dari karung tersebut dan
menggantinya dengan tangkai-tangkai gandum seberat gandum yang
dimakannya sehari.”
Abu Laits as-Samarqandiy menjelaskan perihal kisah tersebut dan
berpesan bahwa khianat adalah penyebab siksa kubur. Kisah nyata di atas
merupakan peringatan bagi kita agar tidak mudah berkhianat. Dikatakan
bahwa setiap hari bumi menyeru manusia sebanyak lima kali, yakni:
- Hai umat manusia! Kalian hidup dan berjalan di atas punggungku. Ke dalam perutkulah kalian mati dan dikembalikan.
- Hai umat manusia! Kalian makan di atasku. Di dalam perutku kalian dimakan ulat.
- Hai umat manusia! Kalian bersenang-senang di atasku. Di dalam perutku kalian akan menangis.
- Hai umat manusia! Di atas punggungku kalian bersorak sorai dan bersedih di dalam perutku.
- Hai umat manusia! Di atas punggungku kalian berbuat maksiat dan di dalam perutku kalian disiksa.
Amr bin Dinar bercerita bahwa ada seorang penduduk Madinah yang
memiliki saudara perempuan di sebelah kota yang sedang sakit. Tidak lama
kemudian ia meninggal. Setelah sang jenazah dikubur, sang penduduk
Madinah teringat bahwa ada sesuatu yang ikut terkubur saat pemakaman.
Kemudian dengan bantuan beberapa orang penduduk setempat, ia menggali
lagi kuburan saudaranya. Benda miliknya yang terkubur pun diketemukannya
kembali. Namun ketika ia membuka sedikit liang lahatnya, ia melihat api
yang menyala. Kemudian kuburan itu diratakan lagi dan ia pulang dan
menanyakan pada ibunya, “Apakah yang dilakukan saudaraku semasa
hidupnya?” Sang ibu menjawab, “Mengapa engkau bertanya tentang itu
padahal ia telah meninggal dunia?” Ia pun terus mendesak ibunya agar
menjawab pertanyaannya. Hingga sang ibu menjawab, “Ia selalu
mengakhirkan waktu shalatnya. Melengahkan kesucian dan mengadu domba
sesama tetangga.” Itulah sebabnya mengapa ia disiksa dalam kuburnya.
Oleh karenanya barangsiapa menghendaki selamat dari siksa kubur, maka
hindarilah perilaku adu domba baik antar tetangga maupun dengan orang
lain.
Dari Barrak bin ‘Azib, Nabi saw bersabda, Ketika orang Islam ditanya
dalam kubur maka mengakui tiada Tuhan yang lain kecuali Allah dan Nabi
Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Firman Allah: “Allah mengokohkan
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam hidupnya di
dunia dan akhirat.” (QS Ibrahim:27)
Keteguhan orang mukmin akan dialami
dalam menghadapi tiga fase. Rincian dari fase-fase tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Melihat malaikat maut
- Terpelihara dari kekafiran dan istiqamah dalam tauhid sehingga saat nyawanya keluar dia tetap dalam keadaan Islam.
- Malaikat menyenangkan dirinya dengan rahmat.
- Ditujukkan tempat kediaman surganya.
2. Menjawab pertanyaan Munkar-Nakir
- Jawaban dengan ilham yang diridlai Allah.
- Tiada rasa gentar ataupun takut.
- Tidak berada dalam kubur tetapi dalam kebun surga.
3. Perhitungan amal (yaumul hisab)
- Semua pertanyaan dijawab benar dengan ilham Allah
- Perhitungannya ringan dan mudah.
- Semua dosa dan kesalahannya diampuni. Namun beberapa ulama menyatakan bahwa fase-fase tersebut terdiri dari empat, yaitu maut, kubur, perhitungan, dan fase shirat (meniti jembatan dengan secepat kilat).
Pertanyaan dalam kubur. Seandainya orang bertanya mengenai
pertanyaan-pertanyaan dalam kubur seperti apakah bentuknya. Maka berikut
adalah beberapa pendapat ulama:
- Setengahnya menyatakan bahwa pertanyaan ditujukan pada ruh (jiwanya). Ketika itu jiwa masuk raga namun hanya sampai di dada.
- Setengah lainnya mengatakan bahwa ruh berada di antara raga dan kafan pembungkus.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kubur hendaknya diterima dengan penuh
iman tanpa banyak perdebatan tentang tata caranya. Umumnya ada dua
faktor penyebab mengapa orang dapat membantah mengenai pertanyaan dalam
kubur tersebut, yakni:
- Pernyataan kubur tidak masuk akal karena bertentangan dengan sunnatullah (hukum alam).
- Tidak adanya bukti atau dalil bahwa pertanyaan kubur diterima akal sehat dan sejalan dengan hukum alam.
Kemudian jika kedua faktor tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk membantah ataupun menolak mengenai adanya pernyataan dalam kubur.
Hal ini berarti dia bukanlah orang yang beragama. Karena orang yang
beragama Islam yang beriman, dituntut oleh imannya untuk mengakui adanya
kenabian dan mukjizat. Para Nabi mulai dari Adam as. hingga Muhammad
saw. adalah manusia biasa dan berperilaku serupa. Tetapi mereka memiliki
berbagai keistimewaan yang bertentangan dengan sunnatullah. Bukan hanya
mukjizat seperti tongkat yang berubah menjadi ular, tongkat yang
membelah lautan, tongkat yang menyemburkan mata air dari batu oleh Nabi
Musa as, api yang mendingin bagi Nabi Ibrahim as.,maupun kemampuan
menghidupkan orang mati bagi Nabi Isa. Kesemua mukjizat tersebut tidak
ada yang mampu dinalar oleh akal manusia. Bahkan kenabian pun
bertentangan dengan hukum alam karena wahyu yang mereka terima terkadang
langsung dari Allah swt lewat mimpi ataupun lewat perjumpaan dengan
malaikat. Tidak semua manusia mampu menerima wahyu, bahkan harusnya
binasa jika mengikuti hukum alam. Tetapi para Nabi adalah manusia
terpilih, kuat dan tangguh. Mengenai bukti atau dalil tentang adanya
pertanyaan kubur sudah cukup memadai dari hadits-hadits Nabi yang
termuat dalam kitab ini. Hal tersebut merupakan landasan kuat untuk
berpijak bagi orang yang mau beriman.
Firman Allah: “Barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka
penghidupan yang sempit akan menimpanya (termasuk siksa–atau berupa
pertanyaan dalam kubur menurut penafsiran para ahli tafsir) dan kelak di
hari Kiamat Kami akan kelompokkan mereka dalam keadaan buta.” (QS
Thaahaa: 124)
Adapun bukti ataupun dalil mengenai hal itu bisa kita dapatkan dari
firman Allah dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat 27 yang telah tertera di
atas. Penjelasan dalam hadits antara lain sebagai berikut. Abu Laits
as-Samarqandiy meriwayatkan dari Said ibn Musayyah, dari Umar ra., Nabi
saw bersabda, “Ketika mukmin masuk kubur, datanglah dua malaikat untuk
mengujinya, mendudukkan dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Padahal ia
masih mendengar suara sandal pengantarnya yang pulang dari melawat
jenazah tersebut. Lalu kedua malaikat bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa
agamamu? dan siapa nabimu?” Jawabnya, “Allah Tuhanku, Islam agamaku dan
Nabi Muhammad saw nabiku.” Kata kedua malaikat, “Yang mengokohkanmu pada
ucapan itu adalah Allah dan kamu boleh tidur nyenyak.” Demikian arti
firman Allah (QS Ibrahim: 27). Bagi mereka yang aniaya, Allah tidak
memberi petunjuk dengan taufikNya dan disesatkan. Sehingga ketika mereka
menerima pertanyaan dari malaikat tentang ketiga hal di atas, mereka
menjawab dengan, “Tidak tahu.” Menerima jawaban tersebut, kedua malaikat
berkata, “Tidak tahu? Terimalah pukulan gada ini!” Maka dengan pukulan
tersebut sang jenazah menjerit hingga semua makhluk mendengarnya kecuali
manusia dan jin.
Dari Abu Hazim, dari Ibnu Umar ra., Rasul saw bersabda, “Wahai Umar,
apa yang kau lakukan ketika malaikat berdua (Munkar-Nakir) datang
mengujimu di kubur. Rupa kedua malaikat adalah hitam semu biru, siungnya
mengguris bumi, rambutnya panjang dan suaranya sekeras petir. Matanya
pun seperti kilat menyambar.” Umar balik bertanya, “Ya Rasul, sadarkan
pikiranku saat itu seperti sekarang?” Rasul menjawab, “Ya, kau sadar
seperti saat ini.” Umar pun menyahut, “Kalau begitu saya akan atasi
keduanya dengan izin Allah swt.” Rasul saw pun bersabda, “Umar adalah
orang yang diberi taufik (oleh Allah).”
Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda, Setiap jenazah akan mendengkur
yang akan terdengar oleh semua hewan kecuali manusia. Jika manusia
mendengarnya, maka mereka pasti akan pingsan. Lalu ketika sang jenazah
diantar ke pemakaman, ia mengatakan, “Percepat langkahmu, jika kalian
tahu balasan amal baik di depanku, pasti kalian akan mempercepatnya.”
Hal itu berlaku bagi orang yang baik. Sedangkan bagi orang yang jahat
ketika jenazahnya diantar ke pemakaman maka ia berkata, “Tidak perlu
terburu-buru. Jika kalian tahu bahaya mencekam di depanku, pastilah
kalian akan memperlambat.” Sesudah masuk kubur datanglah dua malaikat
yang hitam semu biru dari arah kepalanya. Lalu ibadah (shalatnya)
menolak kedatangan mereka, “Jangan datang dari arahku. Terkadang ia
terjaga semalaman mengkhawatirkan hal seperti ini.” Ketika mereka datang
dari arah kaki ditolak oleh ketaatan pada kedua orangtuanya, “Jangan
lewat arahku. Karena ia berjalan tegak mengkhawatirkan hal seperti ini.”
Kedatangan malaikat dari arah kanan juga ditolak, “Jangan lewat arahku,
ia bersedekah, mengkhawatirkan hal seperti ini.” Sedangkan kedatangan
dari arah kiri ditolak puasanya, “Jangan melewati aku. Karena ia lapar
dan dahaga mengkhawatirkan hal seperti ini.” Kemudian sang jenazah
dibangunkan dan ditanya, “Tahukah orang yang menyampaikan ajaran
kepadamu?” Sahutnya, “Siapa dia?” “Yaitu Nabi Muhammad saw.”
Jawabnya,”Aku bersaksi bahwa ia Rasul Allah swt.” Malaikat berdua
berkata, “Kamu hidup menjadi orang mukmin, dan mati sebagai mukmin.
Lapanglah kuburnya dan terbukalah karomah Allah baginya. Marilah kita
mohon taufik dan benteng dari Allah. Mohon perlindungan dari nafsu sesat
lagi menyesatkan serta terlena. Mohon perlindungan dari siksa kubur
sebagaimana Nabi saw berlindung darinya.”
Dari ‘Aisyah ra.: Semula aku tidak mengerti tentang adanya siksa
kubur sampai seorang wanita Yahudi datang minta sesuatu kepadaku.
Setelah kuberi sesuatu ia mendoakanku, “Mudah-mudahan Allah
menyelamatkan aku dari siksa kubur.”
Aku menyangka ucapan tersebut hanyalah tipuan Yahudi hingga akhirnya
aku sampaikan hal tersebut pada Nabi saw. Beliau bersabda, “Bahwasanya
siksa kubur adalah benar. Setiap muslim harus berlindung darinya,
menyiapkan bekal amal baik secukupnya. Karena Allah masih memudahkan
amal baik selama ia hidup di dunia. Nanti kalau sudah masuk ke dalam
kubur, amal baik sedikitpun tidak akan diperkenankan Allah. Sekalipun ia
ingin melakukannya, hingga tinggal penyesalan yang tersisa. Maka bagi
akal sehat, hendaknya berpikir tentang hal itu (kematian). Mereka yang
sudah mati sangat menginginkan (jika dapat) untuk melakukan shalat 2
rakaat, menyebut kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ sekali, bertasbih
sekali. Tetapi semuanya itu tidak diperkenankan.”
Hal ini mengherankan manusia yang masih hidup mengapa hari-hari
kehidupan mereka disia-siakan untuk bermain tak berarti dan terlena.
Hai saudaraku, jangan sia-siakan hidupmu karena kehidupanmu adalah
pokok kejayaanmu. Kamu dapat dengan mudah mengumpulkan keuntungan
sebesar-besarnya jika menghargai pokoknya. Nanti akan tiba saatnya kamu
tidak dapat melakukan hal itu karena sudah mati. Sekalipun kamu
menginginkan untuk beriman, beramal dan beribadah kepada Allah swt.
Akhirnya marilah kita berdoa memohon taufik kepada Allah,
mempersiapkan bekal yang mencukupi di waktu sangat hajat agar tidak
menyesal di kemudian hari. Memohon agar dimudahkan ketika sakratul maut
dan di kubur. Amin. Bahwasanya Dia Yang Maha Pengasih, Maha Mencukupi
dan sebaik-baik Wakil. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Agung
Dari: Tanbihul Ghafilin (Pengingat manusia yang lengah)
Karya Abu Laits as-Samarqandiy
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama