“Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka ia telah mentaati Allah.”(QS. An-Nisa: 80)
Tak
kenal maka tak sayang. Ungkapan ini sangat memasyarakat di negeri kita.
Namun apa hubungannya ungkapan tersebut dengan judul di atas? Insyaallah kaitannya akan coba dipaparkan kemudian dalam tulisan ini.
Sebagian
orang mungkin pernah mendengar kata salaf atau salafi dengan pemaknaan
yang bisa jadi beragam. Apakah anda termasuk yang bereaksi sinis ketika
membaca atau mendengar kata salaf atau salafi?
Jika iya, mari coba singkirkan sejenak persepesi negatif anda tentang salaf yang mungkin hanya berdasarkan pada pemikiran yang tidak berlandaskan ilmu sama sekali. Akan sangat baik jika sebelum melangkah ke pembahasan awal, kita terlebih dahulu memohon kepada Allah ta’ala agar Dia memberikan hidayah-Nya kepada kita dan membuka mata hati kita hingga seselesainya membaca tulisan ini sampai akhir.
Makna Salaf Sebenarnya
Salaf secara bahasa adalah jamak dari saalif, maknanya pendahulu. Maka arti salaf adalah jama’ah yang terdahulu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآخِرِينَ
“maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian” (QS. Az-Zukhruf: 56).
Imam
Al Baghawi dalam tafsirnya berkata, “…dan mereka adalah orang yang
terdahulu dari kalangan nenek moyang, Kami jadikan mereka sebagai
pendahulu agar orang-orang yang datang kemudian mengambil pelajaran dari
mereka.”
Ibnu
Atsir pun berkata, “salaf adalah orang yang lebih dahulu meninggal dari
kalangan nenek moyang dan kerabatnya. Oleh sebab itu, generasi
terdahulu dari kalangan tabi’in disebut as-Salafus Shalih.”
Termasuk juga pengertian salaf secara bahasa adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada putri beliau, Fathimah az-Zahra radhiyallahu ‘anha, “Sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku.” (HR. Bukhari & Muslim)
Adapun secara istilah, makna salaf diperselisihkan menjadi beberapa pendapat, yang paling penting di antaranya adalah:
- Mereka adalah para sahabat saja.
- Mereka adalah sahabat dan tabi’in.
- Mereka adalah sahabat, tabiin, dan tabi’ut tabi’in.
- Mereka adalah generasi sebelum tahun 500 Hijriyah. Ulama yang memilih pendapat ini menganggap bahwa salaf adalah madzhab yang dibatasi dengan waktu tertentu dan tidak lebih dari itu. Selanjutnya wawasan Islam berkembang, melalui tokoh-tokohnya.
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah
menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Berdasarkan
ayat di atas, semata “lebih terdahulu dari sisi waktu” saja tidaklah
cukup untuk menetapkan salaf, namun perlu ditambahkan juga bahwa
orangnya memiliki pemahaman agama yang selaras dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah. Barangsiapa pendapatnya berseberangan dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah maka dia bukan salafi, walaupun dia hidup di tengah para
sahabat dan tabi’in.
Kemudian, yang dimaksud dengan Salaf pertama kali adalah sahabat, sebagaimana hadits dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik
manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para sahabat), kemudian yang
sesudahnya (masa tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’ut
tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
Al Baijuri – salah satu ulama madzhab syafi’i – rahimahullah berkata,
“maksud dari orang-orang terdahulu (salaf) adalah orang-orang terdahulu
dari kalangan para nabi, sahabat, tabi’in, dan para pengikutnya.”
Wajibnya Mengikuti Salafus Shalih dan Komitmen dengan Madzhab Mereka
Sungguh Allah ‘azza wa jalla telah memerintahkan kita untuk mengikuti jalan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meniti atsar (ajaran) dan menempuh manhaj (jalan hidup) mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ
“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku” (QS. Luqman: 15).
Mengenai ayat di atas, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan
penjelasan, “seluruh sahabat kembali kepada Allah, maka wajib mengikuti
jalannya, ucapannya, dan keyakinannya yang merupakan jalan-Nya yang
paling besar.”
Allah
pun memperingatkan kita agar tidak menyelisihi jalan mereka dan
mengancam orang yang menyelisihinya dengan api jahanam, sebagaimana
firman-Nya:
وَمَنْ
يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan
barangsiapa yang menentang Rasul (Muhammad) sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami
biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami
masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat
kembali.” (QS. An-Nisa: 115).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan umatnya untuk mengikuti sunnahnya dan sunnah para khalifah sesudahnya, sebagaimana dalam sabda beliau,
عليكُم
بسنَّتي وسُنَّة الخُلفاء المَهديين الرَّاشدين مِن بعدي، عَضُّوا عليها
بالنَّواجذ، وإيَّاكم ومُحدثاتِ الأمور، فإنَّ كلَّ مُحدثةٍ بِدعةٌ، وكلَّ
بدعةٍ ضلالةٌ
“Wajib
atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’
Ar-Rasyidin yang mendapatkan hidayah sesudahku. Pegang teguhlah sunnah
tersebut dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian, berhati-hatilah
kalian dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara baru adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata,“Bersabarlah
dirimu di atas sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para sahabat tegak di
atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu
dari apa-apa yang mereka tinggalkan. Dan ikutilah jalan salafus shalih,
karena sudah cukup bagimu (dalam melaksanakan ibadah) apa saja yang
mereka anggap cukup.”
Beberapa Keistimewaan Manhaj Salaf
Manhaj
salaf memiliki banyak keistimewaan yang tidak akan cukup jika
dipaparkan dalam tulisan yang sangat ringkas ini. Di antara keistimewaan
manhaj salaf adalah sebagai berikut:
Pertama, penganutnya tegar di atas kebenaran dan tidak mudah goyah sebagaimana keadaan para pengikut hawa nafsu.
Kedua, mereka sepakat di atas satu aqidah dan tidak berselisih walaupun berbeda zaman dan tempat.
Ketiga, mereka adalah orang yang paling mengetahui keadaan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, perbuatan,
dan ucapan-ucapan beliau. Paling mampu memisahkan antara yang shahih
dan yang dhaif. Oleh karena itu mereka adalah orang yang sangat
mencintai sunnah, paling semangat mengikutinya dan paling tinggi
loyalitasnya kepada ahlinya.
Keempat, mereka meyakini bahwa metode salafus shalih adalah metode yang aslam-a’lam-ahkam (paling
selamat, paling dalam ilmunya, dan paling bijak). Tidak sebagaimana
anggapan para ahli kalam bahwa metode salaf itu lebih selamat, sementara
metode kaum khalaf itu lebih dalam ilmunya dan lebih bijak.
Kelima, mereka
sangat bersemangat dalam menyebarkan aqidah yang benar dan agama yang
lurus, mengajari manusia dan menasihati mereka, membantah orang-orang
yang menyimpang dan ahli bid’ah.
Keenam, mereka pertengahan di antara kelompok-kelompok sesat yang lainnya.
Jalan Keselamatan Hanya dengan Mengikuti Sunnah Nabi
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“intisari agama ini terdapat pada dua pokok, yaitu kita tidak beribadah
kecuali kepada Allah dan tidak beribadah kepada-Nya kecuali dengan apa
yang Dia syari’atkan.”
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Tabaraka wa Ta’ala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan
amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribdah
kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110).
Mengenai ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata
dalam tafsirnya, “Inilah dua rukun amal yang diterima. Amal tersebut
harus dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah dan benar-benar sesuai
dengan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa setiap amalan yang kita lakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala harus
memenuhi dua syarat utama, di mana kedua syarat tersebut harus ada dan
tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Kedua syarat
tersebut adalah:
Pertama, mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata.
Keikhlasan
tidak mungkin datang bersama kesyirikan, riya’ atau mengharapkan dunia
dengan amalnya. Maka hendaklah seorang hamba beramal dengan tujuan
mengharap wajah Allah ta’ala semata. Allah tubhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran.
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya.”(QS. Az-Zumar: 2)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda dalam hadits qudsi yang beliau riwayatkan dari Rabbnya (Allah ta’ala):
أنا أغنى الشركاء عن الشرك من عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته وشركه
“Aku
adalah Rabb yang sangat tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang
mengerjakan suatu amalan yang ia sekutukan Aku dengan yang lainnya, maka
Aku tinggalkan ia dengan amal syiriknya tersebut.” (HR. Muslim)
Kedua, sesuai dengan apa yang dicontohkan rasul-Nya.
Makna
dari syarat yang kedua ini adalah hendaknya amalan yang kita lakukan
untuk mendekatkan diri kepada Allah, sesuai dengan apa yang
disyari’atkan Allah dalam kitab-Nya atau apa yang disyari’atkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sunnah-sunnah beliau.
Sungguh banyak dalil yang memerintahkan kita untuk ittiba’ (mengikuti
sunnah nabi) dan melarang kita dari melakukan segala bentuk amalan yang
tidak beliau perintahkan yang tujuannya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalil-dalil tersebut di antaranya: Dalam kitab-Nya Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Allah juga berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya
maka tinggalkanlah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya, siksa Allah itu sangat keras.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Allah juga berfirman:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu.” (QS. Ali Imran: 31).
Adapun dalil dari hadits-hadits, di antaranya sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya
aku tinggalkan di tengah kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat
selama kalian berpegang kepada keduanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnahku.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ish Shaghir no. 2937)
Serta sabdanya: “Biarkanlah
aku dengan apa yang telah aku tinggalkan untuk kalian, sesungguhnya
kebinasaan umat sebelum kalian karena banyak pertanyaan dan perselisihan
mereka kepada para nabi mereka, maka jika aku melarang kalian dari satu
perkara maka tinggalkanlah, jika aku memerintahkan satu perkara maka
kerjakanlah semampu kalian” (Muttafaq ‘alaih)
Penutup
Dengan melihat dalil-dalil yang terpapar di atas, baik dalil Al-Qur’an, sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih, serta
perkataan salafus shalih, maka sudah sewajibnya kita menjadikan manhaj
salaf sebagai pijakan. karena ia merupakan manhaj orang-orang yang
beriman, yang mewarisi agama ini dari pendahulu para rasul dalam keadaan
jujur, benar, dan akurat, serta mereka menyampaikan dengan bersih dan
murni.
Manhaj
salaf satu-satunya manhaj yang wajib diikuti oleh kaum muslimin karena
yang memerintahkan untuk berpegang dan mengikuti manhaj ini adalah Allah
‘Azza wa JalladanRasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebaik-baik manusia yang membawa manhaj ini adalah para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang dijamin oleh Allah Ta’ala dengan surga dalam keadaan mereka ridha pada Allah dan Allah pun ridha kepada mereka.
Tulisan
ini terlalu singkat dan begitu sempit dalam menjelaskan bagaimana
manhaj salaf sebenarnya. Tidak semua nash, baik dari Al-Qur’an dan
hadits-hadits, bisa kami tuliskan di sini karena sempitnya ruang tulis
yang tersedia. Untuk lebih jelasnya pembaca bisa merujuk pada
kitab-kitab yang menjelaskan hakikat dan keutamaan manhaj salaf secara
terperinci.
Semoga
tulisan ringkas ini bermanfaat bagi penulis, para pembaca, dan kaum
muslimin semuanya. Pun penulis berharap semoga Allah menjadikan tulisan
ini ikhlas semata-mata karena mengharap wajah Allah. Kita bermohon
kepada Allah semoga diberi petunjuk di atas Islam dan sunnah mengikuti
manhaj salafus shalih dan istiqamah dalam keadaan mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala. Mudah-mudahan Allah ‘azza wa jallamengumpulkan kita di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Amiin.
Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang istiqamah di atas sunnah beliau sampai hari kiamat. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Maraji’:
- Jadilah Salafi Sejati, Abdussalam bin Salim as-Suhaimi, Pustaka At-Tazkia, thn 2007 M.
- Mulia dengan Manhaj Salaf, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At-Taqwa, thn 2008 M
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama