Ketika Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu sampai pada sebuah telaga di jalan yang menuju ke daerah Ilya’,
sedangkan ada pada beliau sebuah gamis dari bahan kain kasar yang telah
digambar dan tepi ujung gamis itu terbakar. Maka Umar radhiyallahu
‘anhu berkata, “Panggilkan untukku, mana pemimpin kalian?” Mereka pun
memanggil pemimpin mereka yang bernama Jalmus. Umar berkata, “Cucilah
baju saya ini dan jahitlah, kemudian ukurlah ukuran baju atau gamis.”
Maka didatangkan kepada beliau sebuah kain “Kattan”. Umar bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Kattan.” Umar bertanya lagi, “Apa itu kain Kattan?” Lalu mereka pun menjelaskan tentang kain tersebut. Maka beliau melepaskan pakaiannya, lalu mencucinya dan mengukurnya, lalu diberikan kepada beliau. Maka Umar melepas lagi pakaian mereka lalu memakai pakaiannya.
Maka didatangkan kepada beliau sebuah kain “Kattan”. Umar bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Kattan.” Umar bertanya lagi, “Apa itu kain Kattan?” Lalu mereka pun menjelaskan tentang kain tersebut. Maka beliau melepaskan pakaiannya, lalu mencucinya dan mengukurnya, lalu diberikan kepada beliau. Maka Umar melepas lagi pakaian mereka lalu memakai pakaiannya.
Lalu Jalmus mengatakan, “Kamu adalah
seorang pemimpin Arab, dan negeri ini adalah sebuah negeri yang tidak
pantas unta ada di negeri ini. Kalau seandainya engkau memakai pakaian
selain pakaian yang engkau kenakan dan engkau mengendarai seekor kuda
tunggangan, maka itu akan lebih mulia untukmu di mata rakyat Romawi.”
Maka Umar berkata:
“Kami adalah kaum yang telah Allah muliakan dengan Islam, maka kami tidak ingin mencari pengganti kecuali Allah.”
Dan dalam riwayat yang lain:
“Sesungguhnya kalian dahulu adalah paling hina, paling rendah, dan
paling sedikitnya manusia, lalu Allah muliakan kalian dengan Islam.
Maka apa saja yang kamu cari dari bentuk kemuliaan selain Allah, niscaya
Allah akan hinakan kalian.” (Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 7/6o)
FAEDAH KISAH DI ATAS
1. Sesungguhnya pemimpin kaum muslimin
zaman dahulu tidak takjub sedikit pun kepada musuh-musuh Islam, bahkan
menghinakan apa yang ada pada mereka. Sebagaimana firman Allah:
“Apakah kamu akan memberikan harta
kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang
Allah berikan kepadamu. (QS. an-Naml [27]:36)
2. Seorang muslim menjadi mulia karena Islam, sebagaimana firman Allah:
Katakanlah (wahai Muhammad): “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaknya dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus [10] :58)
3. Meninggalkan Islam adalah suatu kehinaan dan kelemahan
4. Hendaknya seorang muslim meninggalkan
perkara yang membuat takjub orang lain dan perkara yang melalaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Maka dia berkata, “Sesungguhnya aku
menyukai segala sesuatu yang baik (kuda) yang membuat aku tersibukkan
dari ingat akan kekuasaan Tuhanku. ” (QS. Shad [38]:32
Sumber: Majalah al Furqon Edisi 1 Tahun Keduabelas Sya’ban 1433 Hal.15
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama