Jawaban Global
Allah
Swt dalam al-Qur’an berfirman, “Aku mencipta manusia supaya Aku menguji
di antara mereka siapa yang paling baik amalnya” yang dimaksud dengan
ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian
yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.
Jawaban Detil
Definisi Ujian Ilahi
Apa yang disebut dalam bahasa kita sebagai “ujian” atau “cobaan” disebutkan dalam ragam redaksi dalam al-Qur’an misalnya, “ibtilâ”, “fitnah”, “tamhish.” Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman: Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka siapa yang paling baik amalnya. “Yang
menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)
Yang dimaksud dengan ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian
yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan
menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya
adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia.[1]
Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah,
menempa dan menyempurnakan manusia sebagaimana para nabi Ilahi seperti
Nabi Ibrahim yang ditempa dengan pelbagai ujian kesulitan dan kepelikan
hidup kemudian menggondol makam-makam tertinggi.[2]
Obyek-obyek Ujian Ilahi dalam al-Qur’an
Ujian dan cobaan Ilahi untuk manusia merupakan salah satu sunnahtullah.
Al-Qur’an menyatakan, “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.” (Qs.
Al-Ankabut [29]:2-3) Terkadang al-Qur’an menyebutkan satu ujian umum
yang digelar untuk seluruh hamba Tuhan dengan ungkapan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut [29]:2)
Terkadang
al-Qur’an menyingkap satu jenis ujian khusus yang ditujukan untuk
orang-orang dan kaum tertentu. Masalah ini yang membentuk satu jenis
episode dan kisah-kisah al-Qur’an, misalnya kisah-kisah para nabi dan
kaumnya.
Ayat-ayat yang berkisah tentang
ujian-ujian umum lebih banyak dari apa yang dapat dikemukakan di sini.
Di sini kami hanya akan menyinggung beberapa hal terkait dengan cobaan
dan ujian-ujian Ilahi yang disebutkan dalam al-Qur’an:
1. Pelbagai Kesulitan dan Kepelikan
Allah Swt menguji manusia dengan perantara pelbagai kesulitan dan kepelikan. Allah Swt berfirman, “Dan
sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:155)
Pelbagai
kesulitan adalah tungku pembakaran yang memberikan kekuatan dan
ketahanan pada besi. Demikian juga manusia dalam tempaan tungku
pembakaran pelbagai kesulitan dan kepelikan akan menjadi kokoh dan kuat
serta mampu untuk merobohkan pelbagai rintangan yang menghalang di
hadapannya dalam upayanya meniti jalan menuju kebahagiaan.
Bencana
memiliki efek edukatif dan pembinaan individu dan pembangun masyarakat.
Kesulitan hidup akan membangunkan dan mengingatkan manusia yang
terlelap. Kesulitan hidup adalah penggerak tekad dan kehendak manusia.
Kesulitan-kesulitan hidup adalah laksana pemberi polesan terhadap besi
dan baja yang semakin dekat dengan magnet akan membuat orang semakin
bulat tekadnya, lebih aktif dan lebih giat. Karena tipologi hidup adalah
supaya manusia bertahan di hadapan pelbagai kesulitan dan bersiaga
menghadapinya. Kesulitan laksana senyawa kimia yang memiliki tipologi
untuk membangkitkan kuiditas dan merubah jiwa dan kepribadian manusia.[3]
2. Keburukan dan Kebaikan
Sebagaimana al-Qur’an menyatakan, “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs.
Al-Anbiya [21]:35) Dengan demikian bahkan kebaikan sekali pun juga dapat
menjadi sebuah faktor ujian bagi manusia. Misalnya seseorang yang mampu
memperoleh kekayaan, harta atau tanggun jawab yang menyebabkan dirinya
dihormati dan disanjung namun ia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik
sehingga mudah menjadi obyek tipu daya setan.
3. Melimpahnya Karunia
Ujian-ujian
Ilahi tidak selamanya dalam bentuk pelbagai peristiwa pelik dan susah
melainkan terkadang Tuhan menguji para hamba-Nya dengan karunia yang
banyak dan melimpah[4] sebagaimana al-Qur’an menarasikan kisah Nabi Sulaiman, “Tetapi)
seseorang yang mempunyai sebuah ilmu dari kitab (samawi) berkata, “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun
berkata, “Ini termasuk karunia Tuhan-ku untuk mencobaku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhan-ku Maha
Kaya lagi Maha Mulia.”” (Qs. Al-Naml [27]:40)
Kelompok
lainnya yang karam dalam samudera anugerah dan segala fasilitas berada
dalam jangkaunnya. Ujian mereka adalah apakah dalam kondisi seperti ini
untuk menunaikan tugas yaitu bersyukur atas anugerah yang diberikan ini
dan menolong orang-orang susah atau tenggelam dalam kelalaian, angkuh,
congkak, mementingkan diri sendiri.
4. Anak-anak
Al-Qur’an menyebutkan, “Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfal [8]:28)
5. Iman dan Kafir
Al-Qur’an
mengingatkan tentang penjaga neraka dan menyebut jumlah mereka sebanyak
sembilan belas malaikat kemudian mengimbuhkan, “Kami
tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat dan
tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan sebagai cobaan
bagi orang-orang kafir supaya ahli kitab (Yahudi dan Kristen) menjadi
yakin, supaya iman orang yang beriman bertambah, supaya ahli kitab dan
orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata, “Apakah yang
dikehendaki Allah dengan menjelaskan sifat-sifat neraka Saqar itu?”
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang
mengetahui bala tentara Tuhan-mu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu
tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (Qs. Al-Mudattsir [74]:31)
6. Ornamen dan Hiasan di Muka Bumi
Pada sebuah ayat al-Qur’an disebutkan tentang apa yang terdapat di bumi dipandang sebagai sebuah ujian. “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.” (Qs. Al-Kahf [18]:7) [IQuest]
[1]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 1, hal. 527, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keduapuluh Satu, 1365 S.
[2]. “Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu ia menunaikannya (dengan baik). Allah
berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.”
Ibrahim berkata, “Dan dari keturunanku (juga)?” Allah berfirman,
“Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Baqarah [2]:124)
[3]. Diadaptasi dari Pertanyaan No. 2056 (Site: 2418)
[4]. Tafsir Nemune, jil. 1, hal. 533.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama