- Aqiqah bayi yang baru lahir disyariatkan karena ada dalil. Makanya
aqiqah memiliki adab2nya,
seperti harinya, jenis hewan yang disembelih,
jumlah sembelihan, yang bertanggung jawab atas aqiqah, syarat aqiqah,
dsb.
- Memakai sandal memiliki banyak adab atau tata cara dalam syariat,
karena ada dalil, seperti memulai memakai dengan kaki kanan, melepaskan
dengan kaki kiri lebih dulu, tidak boleh memakai sandal sebelah, boleh
mengusap sandal ketika berwudhu, doa memakai sandal, dsb.
- Meludah juga memiliki banyak adab2 yang diajarkan syariat, karena ada dalil yang mengajarkan.
- Memakai pakaian juga sudah diajarkan adab2nya dalam islam. Banyak dalil tentang ini.
- Cebok / istinja, buang air juga sudah diajarkan adab2nya dalam islam. Banyak dalil tentang ini.
- Khitan juga memiliki banyak adab yang ada dalil2nya. Dan islam tidak lupa telah mengajarkan tentang ini.
- Bekam juga memiliki banyak adab dan tata caranya, banyak dalil yang telah memberitahu tentang ini.
- Ada juga adab2 pada hari raya idul fithri dan idul adha. Semua itu ada dalilnya.
- Bersetubuh dengan istri juga memiliki banyak adab dan tata caranya. Dalil tidak lupa mengajarkannya semua.
- Segala sesuatu yang ada dalilnya dan telah diajarkan islam memiliki
adab2nya, seperti adab poligami, menyisir, mencium, memasak, mandi,
potong kuku, mencukur bulu kemaluan, shalat gerhana, shalat khauf, puasa
tasu’a dan asyura, i’tikaf, walimah, makan, minum, tidur, mimpi,
menyembelih, bersiwak, mentahniq bayi, dll. Hal ini adalah termasuk
bentuk kesempurnaan agama islam.
Kemudian, bagaimana halnya dengan perayaan Maulid Nabi?
Al Masail:
1. Apakah perayaan Maulid Nabi memiliki dalil yang jelas dan shahih?
2. Jika memiliki dalil, maka apa saja adab2 atau tata cara Maulid Nabi yang sudah diajarkan Islam sesuai dengan dalilnya?
3. Jika tidak ada dalilnya, lantas kenapa diperingati dan dirayakan?
4. Jika tidak ada dalilnya, apakah mungkin Rasulullah shalallahu alaihis sallam kelupaan menyampaikan kepada umatnya?
5. Atau apakah mungkin Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyembunyikannya agar tidak diketahui umatnya?
6. Apakah mungkin masalah tentang maulid Nabi hanya diketahui oleh
orang2 setelah abad ke 4 hijriyah, sedangkan orang2 yang sebelumnya
seperti para shahabat Nabi, Tabi’in, Tabiut Tabi’in, dan juga Imam yang
empat tidak mengetahui tentang perayaan Maulid Nabi?
7. Atau apakah mungkin orang2 setelah abad ke 4 hijriyah lebih pintar
atau alim karena mereka mengetahui dan merayakan Maulid daripada para
shahabat Nabi dan para ulama sebelum abad ke 4 hijriyah?
8. Apakah perayaan Maulid Nabi termasuk perkara yang besar atau perkara yang kecil?
9. Jika Maulid Nabi termasuk perkara besar, lantas mana perintah atau
dalilnya yang shahih dan diakui oleh para ulama ahlu hadits?
10. Jika Maulid Nabi adalah perkara besar, lantas kenapa tidak ada
seorangpun dari shahabat Nabi yang merayakannya? Padahal mereka jauh
lebih mencintai Rasulullah.
11. Jika Maulid Nabi adalah perkara kecil, lantas kenapa manusia
begitu antusias dan semangat untuk merayakannya? Sedangkan perkara2
besar yang lain dan wajib hukumnya mereka tinggalkan dan kesampingkan.
12. Apakah mungkin jika perkara2 yang kecil telah diajarkan oleh islam, sedangkan perkara2 yang besar tidak diajarkan islam?
Jelas tidak mungkin. Justru perkara2 yang besar lebih diajarkan dalam islam.
13. Pantaskah Rasulullah mengajarkan tata cara memakai sendal,
meludah, cebok, dsb sedangkan perayaan Maulidnya sendiri serta adab dan
tata caranya tidak beliau ajarkan kepada sahabat2nya dan umatnya yang
dicintainya?
14. Pernahkah kita membaca riwayat bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali
atau sahabat2 Nabi lainnya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada
Nabinya? Atau mereka kumpul2 dan berpesta pada hari ‘Birthday’ Nabinya?
Atau mereka melakukan ritual ibadah khusus pada hari Ulang Tahun
Nabinya? Atau mereka saling memberikan kado atau hadiah untuk Nabinya
spesial pada hari ulang tahunnya?
15. Apakah ada pembahasan atau bab tentang Maulid Nabi pada kitab2
ulama salaf terdahulu, seperti di kitab Al Umm Imam Syafi’i, Musnad Imam
Ahmad, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari Ibnu Hajar, Syarah Shahih
Muslim an Nawawi, atau pada kitabut tis’ah? Dan pembahasan Fiqih Maulid
pada kitab Fiqih Bulughul Maram dan Subulus Salam, Al Mughni, Al
Muhadzdzab? atau pembahasan Fadhilah Maulid pada kitab Riyadhush
Shalihin, Targhib wa Tarhib, Adabul Mufrad, dll?
Kesimpulan: Berhubung dalil tentang keutamaan perayaan Maulid masih
dalam pencarian dan penakwilan, maka diputuskan bahwa Maulid Nabi tidak
ada pada zaman Rasulullah dan zaman shahabat. Adapun segala sesuatu
(dalam masalah ibadah) yang tidak ada pada zaman Rasulullah dan para
shahabat2nya maka itu bukan berasal dari Islam.
Wallahu a’lam.
APAKAH MAULID NABI ITU BUKAN IBADAH?
Mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi bukan ibadah??? Agar manusia boleh merayakannya??
Hehe…itu sama saja dengan membohongi dan membodohi diri sendiri.
Lha wong banyak kyai, ustadz, habib, dan tokoh2 agama yang mengatakan
bahwa perayaan Maulid Nabi adalah termasuk bagian dari ibadah.
Bagaimana bisa seorang murid mengatakan bhw itu adalah bukan ibadah,
sdgkan guru2nya sendiri mengatakan itu ada…lah ibadah. Apakah muridnya
merasa lebih pintar dari gurunya?
Seandainya perayaan maulid bukan ibadah, lantas kenapa mereka
berusaha mencari2 dan mentakwil dalil2 tentang maulid? Sampe sekarang
masih mencari2 dalil yg sekiranya cocok utk dijadikan hujjah, namun
belum ketemu juga yg cocok dan masih mudah dibantah. Kalo itu bukan
ibadah, gak perlu repot2 cari dalil utk pembenaran. Contoh, pake celana
jeans bukan termasuk ibadah, jadi ngapain repot2 cari dalil tentang
keutamaan celana jeans?!
Seandainya perayaan maulid nabi bukan ibadah, toh buktinya orang2
yang hadir mendatangi maulid menyakini agar mereka mendapat keutamaan
dan pahala. Bahkan byk dari org2 pelaku kemaksiatan spt preman, dsb yang
menghadirinya, dan mrk pura2 menjadi alim dan shalih pada perayaan itu
saja.
Seandainya perayaan maulid bukan ibadah, lantas kenapa dirayakan di
tempat2 yg religi spt masjid, majlis taklim, dan semisalnya yg berbau
agama? Kenapa tdk di rumah masing2 atau di kantor, pasar, mall, kafe,
dsb?
Seandainya perayaan maulid bukan ibadah, lantas kenapa didalamnya
diisi dgn acara2 yg berbau ibadah? Spt shalawatan, dzikir, doa, ceramah,
dsb? Kenapa isi acaranya tidak seperti acara2 yg bersifat duniawi
seperti acara arisan, rapat, seminar, reuni, dsb.
Seandainya perayaan maulid bukan ibadah, lantas kenapa harus
memanggil tokoh2 agama spt kyai, ustadz, habib, dsb? Kenapa tdk
memanggil tokoh politik, group band, penyanyi dangdut spt ayu ting ting,
pelawak, pesulap, dll?
Dan masih byk lagi jawabannya…
Yang mengatakan perayaan maulid bukan ibadah, tdk lain hanya utk
membodohi dan membohongi dirinya sendiri. Berawal mereka mencari2 dalil
namun mereka tdk menemukannya, apalagi masih mudah dibantah takwil2 yg
dipakai, kemudian mereka bingung mau pake dalil apa lagi?! Akhirnya
mereka pun menyerah, dan kemudian mengatakan bhw perayaan maulid nabi
bukan ibadah?!
Perkataan mereka itu hakikatnya malah jauh lebih lemah dari hujjah mereka sebelumnya?!
Wallahu alam.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama