Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'alaa telah menentukan bulan Ramadhan dengan beberapa keistimewaan yang baik dan keutamaan yang terang, maka Dia menjadikannya sebagai bulan iman dan taqwa, bulan pemisah dan petunjuk. Dia Subhanahu Wa Ta'alaa melipat gandakan amal kebaikan, mengangkat derajat orang-orang yang puasa di dunia dan akhirat.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
Maka sangat beruntung bagi orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dan menjauhkan diri dengannya dari neraka. Maka di siang harinya ia termasuk orang yang berzikir dan di malam harinya termasuk orang yang beribadah lagi bersyukur, serta terhadap lapar dan hausnya termasuk orang yang mengharapkan puasa lagi sabar.
Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1169 #1768; Muslim: Kitab 7, Bab 370 # 1268]
Tidak disangsikan lagi bahwa beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa adalah tujuan akhir seorang muslim dalam kehidupan yang mencakup semua ucapan dan perbuatan, lahir dan batin yang diridhai. Beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa adalah tujuan yang terus berlanjut seperti berlanjutnya kehidupan pada seorang manusia muslim.
Akan tetapi tujuan ini lebih ditekankan di bulan yang keutamaan sangat agung, faedahnya sangat banyak, dan manaqibnya sangat besar. Dia Subhanahu Wa Ta'alaa telah menurunkan padanya al-Qur`an, melipat gandakan kebaikan, dan menguraikan limpahan ampunan padanya, firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
Rasul salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Shuhuf (lembaran) nabi Ibrahim alayhi salam diturunkan di permulaan malam dari bulan Ramadhan dan diturunkan Taurat tanggal enam bulan Ramadhan, Injil diturunkan tanggal tiga belas Ramadhan, dan al-Qur`an diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan." [HR. Ahmad dalam Musnad, dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 1575]
Bulan Ramadhan adalah hiburan bagi setiap orang yang berdosa, peringatan bagi orang yang lupa, pendidikan bagi orang yang jahil, pemberi semangat bagi setiap orang yang beramal. Wahai orang yang melewati batas atas dirinya dan mengikuti hawa nafsunya serta menjauhi kebenaran, telah datang kepadamu yang mulia dengan bulan yang mulia, perbaharuilah padanya imanmu, engkau bertaubat padanya dan kembali, dan engkau menolak darimu padanya konsekwensi dosa.
Ingatlah, sesungguhnya engkau menemui bulan yang mulia ini merupakan kenikmatan yang agung dan kerunia yang mulia..
saudaraku! kesempatan dan keuntungan. Dan padanya dibuka pintu-pintu surga, dilipat gandakan pahala dan ibadah. Maka padanya: 'Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni darinya dosanya yang terdahulu. Bagi orang yang puasa dikabulkan segala do'a!!
Maka jadikanlah –wahai saudaraku- dari bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah, petunjuk keberuntungan, kebaikan dan tambahan
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
Apabila Allah Subhanahu Wa Ta'alaa mengajak kepada taubat karena mengharapkan keberuntungan di segala waktu, maka sesungguhnya waktu terbaik untuk bertaubat dan paling bersih adalah bulan Ramadhan karena keutamaan dan keistimewaan yang Allah Subhanahu Wa Ta'alaa berikan kepadanya yang menunjukkan keberkahan dan keagungannya.
Saudaraku, andaikan dibukakan bagi ahli kubur pintu angan-angan, niscaya mereka berangan-angan hidup satu hari di bulan Ramadhan.. mereka kelaparan padanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, kehausan padanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menghidupkan siangnya dengan membaca al-Qur`an, menambah iman dan memohon ampunan, dan menghidupkan malamnya dengan ibadah, shalat, doa, dan menangis, dan memohon ampunan dan kebebasan dari neraka.
Wahai saudaraku, sekarang engkau masih hidup dalam keadaan wal afiyat, telah datang kepadamu bulan Ramadhan dan engkau membuka lembaran darinya dengan kelupaan, apakah engkau melihat dirimu melupakan kelebihannya? Ataukah engkau melihat dirimu tidak mengetahui keutamaannya? Atau engkau melihat dirimu mendapat jaminan ampunan, maka apakah imanmu tidak bersiap-siap dengan kedatangan Ramadhan?
Engkau berharap –semoga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa menjagamu padanya- di bulan ini dan alangkah agungnya bulan ini dan ingatlah di hari engkau diletakkan di dalam kubur.
Dan katakanlah tolonglah wahai jiwa dengan sabar sesaat Maka tidak adalah dia melainkan hanya satu waktu kemudian berlalu
Ingatlah, sesungguhnya setiap malam dan siang di bulan Ramadhan, Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memerdekakan ahli neraka dari neraka dan sesungguhnya bagi setiap muslim memiliki doa yang akan dikabulkan Allah swt.
Ingatlah, sesungguhnya di bulan Ramadhan itu adalah lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
Ingatlah, sesungguhnya:
"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa shalat di bulan Ramadhan niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1169 #1768; Muslim: Kitab 7, Bab 370 # 1268]
Ingatlah, sesungguhnya:
"Apabila masuk bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1168 #1766; Muslim: Kitab 14, Bab 529 #1793]
Dan ingatlah:
Allah Subhanahu Wa Ta'alaa berfirman (dalam hadits qudsi):
"Setiap amal anak manusia adalah untuknya kecuali puasa maka sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang membalasnya…" [Bukhari: Kitab 15, Bab 1172 #1771; Muslim: Kitab 14, Bab 558 #1942]
Saudaraku, renungkanlah waktu yang lepas darimu di bulan rahmat dan ampunan! dan ingatlah orang yang telah puasa bersamamu dan bulan Ramadhan yang lalu, apakah dia masih bersamamu pada Ramadhan hari ini atau ia telah ditinggalkan oleh angan-angan yang berlalu.
Maka segeralah –semoga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memberi rahmat kepadamu- beribadah, taubat dan istighfar, selalu berzikir, berdoa di waktu sahur…
Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan, ia menghentikan membaca hadits dan majelis ilmu dan mengkhususkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.
Sebagian salaf mengkhatamkan al-Qur`an dalam shalat Ramadhan setiap tiga malam, Sebagianya setiap tujuh hari, di antaranya Qatadah. Dan sebagian yang lain setiap sepuluh hari, di antaranya Abur Raja' al-"Atharidi.
Al-Aswad membaca (mengkhatamkan) al-Qur`an setiap dua malam di bulan Ramadhan.
An-Nakha'i melakukan hal itu khusus pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan pada bulan yang lain setiap tiga malam. Dan Qatadah selalu mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh hari, pada bulan Ramadhan setial tiga hari, dan pada sepuluh hari terakhir setiap malam.
Iman Syafi'i rahimahullah mengkhatamkan enam puluh kali di bulan Ramdhan yang dia membacanya di luar shalat, dan dari imam Abu Hanifah rahimahullah seperti itu juga.
Wahai saudaraku, ingatlah sesungguhnya kebahagiaan di dua negeri bergantung dengan realisasi taqwa dalam jiwamu. Kemudian ingatlah, sesungguhnya Ramadhan adalah jalan menuju taqwa, firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
Bagaimana seorang muslim beribadah kepada Rabb-nya di bulan Ramadhan, dan bagaimana ia menghabiskan waktu-waktunya sehingga ia menjadi orang yang bertaqwa, yang beruntung dengan mendapatkan karunia dan pahala-Nya?
Sungguh manusia bergembira dengan kedatangan bulan puasa, mereka mendapatkan padanya kebaikan dan keberkahan, namun sedikit sekali yang menunaikannya menurut cara yang menyebabkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, dan membangunnya dengan taat, ibadah dan menunaikan kewajiban. Terkadang berbagai macam penyimpangan yang belum pernah di bulan-bulan sebelumnya, menjadi ada di bulan Ramadhan, seperti israf (berlebihan), mubazir, menyia-nyiakan shalat, begadang di depan program-program televisi, menghabiskan waktu dalam permainan, dan keluyuran di jalanan. Semua itu dengan alasan karena capek dan hiburan sambil menunggu waktu berbuka.
Jika kita merenungi kondisi salafus shaleh dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan. Bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shaleh, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.
Maka bagaimana kita menghidupkan bulan Ramadhan sebagaimana kaum salaf menghidupkannya?
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan rukun ini tidak sah kecuali dengan dua syarat:
1) Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, berdasarkan sabda Nabi salallaahu 'alayhi wa salam:
"Setiap amal ibadah harus diserta niat dan bagi setiap seorang tergantung apa yang diniatkannya." [Bukhari: Kitab 1, Bab 1, #1; Muslim: Kitab 34, Bab 949, #3530]
2) ittiba' (mengikuti Nabi salallaahu 'alayhi wa salam), berdasarkan sabda Nabi salallaahu 'alayhi wa salam:
"Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini yang bukan merupakan bagian darinya, maka ia ditolak." [H.R. Bukhari, III:241 dan Muslim, V:132]
Seorang muslim yang melaksanakan puasa wajib menjaga dua syarat ini yang dengannya terealisasi puasanya.
Adapun memelihara ikhlas maka dengan cara mengarahkan hati hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa dan hanya mengharapkan pahala dari-Nya saja. Adapun menjaga ittiba' dalam puasa maka dengan cara mengetahui hukum-hukum puasa sehingga sah puasa seorang muslim, didapatkan dengan keutamaan dan pahala, dan tertolak dengannya siksaan.
Apakah mungkin seorang muslim bisa merealisasikan ittiba' kepada Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam dalam puasa, sedangkan ia jahil terhadap puasa-puasa yang wajib, yang membatalkannya, dan rukun-rukunnya.
Saudaraku yang mulia, …supaya puasamu berada di atas petunjuk Nabi salallaahu 'alayhi wa salam, saya memberikan nasehat kepadamu agar mempelajari hukum-hukum puasa, mendalaminya, bertanya kepada para ulama, dan menghadiri pengajian-pengajian. Maka sesungguhnya jahil terhadap hukum-hukum puasa bisa menjerumuskan muslim dalam larangan-larangan puasa atau yang membatalkannya.
Pertama: rukun-rukun puasa yang terdiri dari empat rukun:
Kedua: yang membatalkan puasa, yaitu:
Ketiga: Makruh-makruh dalam puasa, yaitu sangat banyak, di antaranya adalah:
Keempat: adab-adab puasa yang wajib, di antaranya:
Kelima: Adab-adab puasa yang dianjurkan/disunnahkan:
Saudaraku yang mulia, ingatlah selalu bahwasanya mendapat taufiq untuk puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala tidak bisa sempurna kecuali dengan menjaga hukum-hukum dan syarat-syaratnya serta mengikuti petunjuk Nabi r padanya. Puasa bukan hanya semata-semata menahan diri dari makan dan minum. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan melakukannya, maka Allah Subhanahu Wa Ta'alaa tidak memperdulikan ia dalam meninggalkan makanan dan minumannya." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1171 #1770]
Saudaraku, janganlah engkau melewatkan dengan memahami hukum-hukum puasa. Maka sesungguhnya ia adalah pondasi puasa. Dan janganlah engkau ketinggalan mengamalkannya, maka orang yang mengamalkan itu sedikit sekali.
Shalat adalah tiang agama dan diterimanya puasa mengharuskan diterimanya shalat. Bagaimana bisa manusia melalaikan shalat wajib dan menyia-nyiakannya, sementara ia berpuasa di siang harinya. Sedangkan mereka mengetahui bahwa menjaga shalat dalam waktunya lebih wajib di dalam Islam. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Perjanjian yang ada di antara kita dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia menjadi kafir." [HR. At-Tirmizi no. 2621, An-Nasai no. 459, Ibnu Majah no. 1069 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4143]
Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata: seorang hamba tidak akan pernah bisa menjadi 'abid (ahli ibadah), sekalipun ia mempunyai semua perkara kebaikan sehingga padanya ada dua perkara ini, yaitu puasa dan shalat, karena keduanya berasal dari darah dan dagingnya.
Mubarak dan Fadhalah rahimahullah berkata: 'Aku berkunjung kepada Tsabit al-Bunani rahimahullah di saat sakitnya. Dia tetap mengingat teman-temannya. Maka tatkala kami masuk kepadanya, ia berkata: 'Wahai saudaraku, kemarin aku tidak bisa shalat seperti biasanya, dan aku tidak bisa puasa seperti biasanya, aku juga tidak bisa mendatangi teman-temanku lalu berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa bersama mereka seperti biasanya.' Kemudian ia berkata: 'Ya Allah, apabila Engkau menghalangi aku dari tiga perkara ini maka janganlah Engkau biarkan aku di dunia sesaat pun.' Lalu ia meninggal dunia saat itu.' Banyak sekali orang yang terlalaikan oleh film-film dan sinetron, atau tidur dan kelupaan, lalu ia berpaling dari menunaikan shalat. Ia mengira bahwa persoalannya ringan padahal ia sangat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.
Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
Barangsiapa yang beribadah (shalat) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 16, Bab 1233 #1875; Muslim: Kitab 7, Bab 370 #1266]
Dan dalam hadits Sa'ib bin Zaid radiyallaahu anhu, ia berkata: 'Sesungguhnya qari membaca dua ratus ayat, sehingga kami memegang tongkat karena sangat lama berdiri dan mereka tidak pulang kecuali saat fajar.
Dan termasuk yang harus engkau jaga, wahai saudaraku, janganlah engkau pulang sebelum imam, maka sesungguhnya Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang shalat bersama imamnya sampai ia (imam) berpaling (pulang) niscaya ditulis untuknya shalat satu malam." [Diriwayatkan oleh Abu Dawood (1370) dan lainnya. Klasifikasi sahih oleh al-Albaani dalam Salaat al-Taraaweeh, hal. 15]
Dan sesungguhnya di antara kesempurnaan iman dan mengharapkan pahala dalam puasa adalah bersemangat dalam shalat malam, tidak gelisah darinya, atau menyibukkan diri darinya di bulan Ramadhan. Terutama di masa kita sekarang ini, di mana sangat banyak sebab-sebab fitnah. Berbagai macam canel menayangkan berbagai macam program yang menggiurkan, film dan sinetron langsung setelah berbuka puasa yang membuat orang lupa melaksanakan shalat, dan yang mereka lihat berupa kegilaan dan perbuatan sia-sia yang menggiurkan.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi salallaahu 'alayhi wa salam adalah manusia yang paling pemurah, dan terlebih lagi di bulan Ramadhan saat Jibril 'alayhi salam menemuinya, lalu melakukan tadarus al-Qur`an. Jibril u menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan, lalu melakukan mudarasah al-Qur`an kepadanya. maka Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam saat ditemui Jibril 'alayhi salam lebih pemurah dengan kebaikan dari pada angin kencang yang bertiup."
Dan telah kami sebutkan contoh salafus shaleh dalam membaca al-Qur`an dan mudarasahnya di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak, dan Allah Subhanahu Wa Ta'alaa telah menurunkan padanya, firman-Nya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Qur`an:185)
Maka Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memuliakan waktunya dengan kemuliaan al-Qur`an dan menjadikan pahala membacanya dilipat gandakan dan kebaikannya melimpat.
Az-Zuhri rahimahullah, apabila masuk bulan Ramadhan, meninggalkan membaca hadits dan majelis ilmu, dan menghadapkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, apabila tiba bulan Ramadhan, ia meninggalkan semua ibadah dan menghadapkan diri untuk membaca al-Qur`an.
Dan sudah seharusnya bagimu, wahai saudaraku yang mulia, engkau membacanya dengan tadabbur dan khusyu', hingga engkau merasakan hasil membacanya. Dan hendaklah engkau menjaga zikir-zikir yang diriwayatkan (dalam hadits). Sesungguhnya ia adalah pemukul syetan dan jalan mendapatkan ridha ar-Rahman. Terutama zikir pagi dan sore, hamdalah, tasbih, dan istighfar. Sungguhnya Nabi salallaahu 'alayhi wa salam: 'Apabila telah melaksanakan shalat fajar, beliau duduk di tempat shalat hingga terbit matahari.' Dan diriwayatkan darinya, beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang shalat fajar berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rekaat, adalah baginya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna." [HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (no. 7741), dinyatakan baik isnadnya oleh al-Mundziri; HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).; Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “at-Targhib wat tarhib” (1/111-shahih at-targhib).]
"Sedakah yang paling utama adalah sedakah di bulan Ramadhan." [HR. Tirmidzi Kitab Zakat 599, Baihaiqi, Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain. Imam Tirmidzi berkata: "Hadits ini Gharib"]
Dan Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam menjelaskan bahwa menggabungkan di antara puasa dan sedakah termasuk yang menyebabkan masuk surga, di mana beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Sesungguhnya di dalam surga adalah kamar yang bisa dilihat depannya dari dalamnya, dan dalamnya dari depannya.' Mereka bertanya, 'Untuk siapakah wahai Rasulullah? Beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda: 'Bagi orang yang memperbaiki ucapan, memberi makan, selalu puasa, shalat di malam hari sedangkan manusia tertidur." [HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Seorang peminta datang kepada imam Ahmad rahimahullah, lalu dia memberikan dua roti yang disiapkannya untuk sarapan pagi, kemudian dia berpuasa.
Dan gambaran bersedakah dan pemurah beraneka ragam, di antaranya: memberi makan. Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Seorang mukmin manapun yang memberi makan kepada mukmin yang lain yang sedang kelaparan, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memberinya makanan dari buah-buah surga. Dan barangsiapa yang memberi minum seorang mukmin yang kehausan niscaya Allah I memberi minuman kepadanya dari rahiqul makhtum."
Dan membukakan orang yang puasa, Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang membukakan orang yang puasa, niscaya untuknya pahala seperti pahalanya tanpa mengurangi pahala orang yang puasa sedikitpun juga." [HR Ahmad dan Tirmidzi]
Banyak sekali dari kaum salaf yang mengutamakan orang lain dengan berbuka mereka, sedangkan mereka berpuasa, di antaranya adalah Abdullah bin Umar, Daud ath-Thai, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal rahimahumullah, dan Ibnu Umar tidak berbuka kecuali bersama anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Keenam: I'tikaf dan memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan)
Sunnah I'tikaf banyak ditinggalkan orang kebanyakan manusia yang mampu melakukannya, padahal disebutkan di dalam al-Qur`an dan sunnah. Salafus shaleh sangat bersemangat melakukan dan melaksanakannya karena mengandung pahala besar dan bertepatan sepuluh hari terakhir yang diharapkan padanya lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan. I'tikaf adalah ibadah yang dimudahkan bersamanya segala ibadah, seperti membaca al-Qur`an, shalat, zikir dan do'a. dariAbu Hurairah, ia berkata:
'Rasulullah sallAllaahu 'alaihi wa salam i'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari, maka tatkala di tahun yang beliau wafat, beliau i'tikaf selama dua puluh hari." [HR. Al-Bukhari IV/245.]
Dan untuk i'tikaf adalah beberapa hukum yang mesti dipelajari oleh yang berpuasa untuk ibadah yang agung ini, maka dengannya i'tikafnya menjadi benar di atas sunnah.
Maka sesungguhnya puasa termasuk salah satu penyebab dikabulkan doa. Maka sudah semestinya orang yang puasa bersungguh-sungguh atasnya sepanjang malam bulan Ramadhan, maka ia adalah pintu kebaikan yang paling luas dan jalan yang paling mudah kepadanya. Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
Terlebih lagi, sesungguhnya kesungguhan seorang muslim shalat di bulan Ramadhan sesuai waktu sahurnya, yaitu waktu penuh berkah yang dikabulkan doa, dihapuskan kesalahan, dan ditunaikan hajat padanya.
Hati-hatilah, wahai saudaraku yang mulia, bahwa engkau keluputan kebaikan besar dan keutamaan yang mulia, yaitu lailatul qadar. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Barangsiapa yang ibadah (shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari/1910 dan Muslim/759 dan Tirmidzi (619) dalam kitab: Ash- Shaum.]
Maka alangkah agungnya malam itu… padanya diampuni segala kesalahan… dicapai derajat dengannya…. dan sesungguhnya ia harus dicari, mesti ditekuni dengan sungguh atasnya karena mengharapkan taufiq untuk kebaikannya yang agung.
Semoga rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'alaa dan selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad salallaahu 'alayhi wa salam, keluarga dan para sahabatnya (radiyAllaahu anhum) sekalian.
Abul Hasan bin Muhammad al-Faqih
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Baqarah:185)
Maka sangat beruntung bagi orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dan menjauhkan diri dengannya dari neraka. Maka di siang harinya ia termasuk orang yang berzikir dan di malam harinya termasuk orang yang beribadah lagi bersyukur, serta terhadap lapar dan hausnya termasuk orang yang mengharapkan puasa lagi sabar.
Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من صام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1169 #1768; Muslim: Kitab 7, Bab 370 # 1268]
Maka seperti apakah kondisi kaum salaf di bulan Ramadhan?
Ramadhan adalah bulan ibadah dan taubat
Tidak disangsikan lagi bahwa beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa adalah tujuan akhir seorang muslim dalam kehidupan yang mencakup semua ucapan dan perbuatan, lahir dan batin yang diridhai. Beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa adalah tujuan yang terus berlanjut seperti berlanjutnya kehidupan pada seorang manusia muslim.
Akan tetapi tujuan ini lebih ditekankan di bulan yang keutamaan sangat agung, faedahnya sangat banyak, dan manaqibnya sangat besar. Dia Subhanahu Wa Ta'alaa telah menurunkan padanya al-Qur`an, melipat gandakan kebaikan, dan menguraikan limpahan ampunan padanya, firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an. (QS. 2:185)
Rasul salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
"Shuhuf (lembaran) nabi Ibrahim alayhi salam diturunkan di permulaan malam dari bulan Ramadhan dan diturunkan Taurat tanggal enam bulan Ramadhan, Injil diturunkan tanggal tiga belas Ramadhan, dan al-Qur`an diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan." [HR. Ahmad dalam Musnad, dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 1575]
Bulan Ramadhan adalah hiburan bagi setiap orang yang berdosa, peringatan bagi orang yang lupa, pendidikan bagi orang yang jahil, pemberi semangat bagi setiap orang yang beramal. Wahai orang yang melewati batas atas dirinya dan mengikuti hawa nafsunya serta menjauhi kebenaran, telah datang kepadamu yang mulia dengan bulan yang mulia, perbaharuilah padanya imanmu, engkau bertaubat padanya dan kembali, dan engkau menolak darimu padanya konsekwensi dosa.
Ingatlah, sesungguhnya engkau menemui bulan yang mulia ini merupakan kenikmatan yang agung dan kerunia yang mulia..
saudaraku! kesempatan dan keuntungan. Dan padanya dibuka pintu-pintu surga, dilipat gandakan pahala dan ibadah. Maka padanya: 'Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni darinya dosanya yang terdahulu. Bagi orang yang puasa dikabulkan segala do'a!!
Maka jadikanlah –wahai saudaraku- dari bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah, petunjuk keberuntungan, kebaikan dan tambahan
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [النور:31].
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.an-Nuur :31)
Apabila Allah Subhanahu Wa Ta'alaa mengajak kepada taubat karena mengharapkan keberuntungan di segala waktu, maka sesungguhnya waktu terbaik untuk bertaubat dan paling bersih adalah bulan Ramadhan karena keutamaan dan keistimewaan yang Allah Subhanahu Wa Ta'alaa berikan kepadanya yang menunjukkan keberkahan dan keagungannya.
As-Sirri as-Siqathi berkata:
Tahun adalah pohon, bulan adalah cabangnya, hai-hari adalah dahannya, jam adalah daun-daunnya, dan napas hamba adalah buahnya. Maka bulan Rajab adalah hari-hari berdaunnya, Sya'ban adalah hari-hari bercabangnya, dan Ramadhan adalah hari-hari memetiknya, dan orang-orang beriman adalah para pemetiknya.Saudaraku, andaikan dibukakan bagi ahli kubur pintu angan-angan, niscaya mereka berangan-angan hidup satu hari di bulan Ramadhan.. mereka kelaparan padanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, kehausan padanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, menghidupkan siangnya dengan membaca al-Qur`an, menambah iman dan memohon ampunan, dan menghidupkan malamnya dengan ibadah, shalat, doa, dan menangis, dan memohon ampunan dan kebebasan dari neraka.
Wahai saudaraku, sekarang engkau masih hidup dalam keadaan wal afiyat, telah datang kepadamu bulan Ramadhan dan engkau membuka lembaran darinya dengan kelupaan, apakah engkau melihat dirimu melupakan kelebihannya? Ataukah engkau melihat dirimu tidak mengetahui keutamaannya? Atau engkau melihat dirimu mendapat jaminan ampunan, maka apakah imanmu tidak bersiap-siap dengan kedatangan Ramadhan?
Engkau berharap –semoga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa menjagamu padanya- di bulan ini dan alangkah agungnya bulan ini dan ingatlah di hari engkau diletakkan di dalam kubur.
Dan katakanlah tolonglah wahai jiwa dengan sabar sesaat Maka tidak adalah dia melainkan hanya satu waktu kemudian berlalu
Maka saat bertemu orang yang kerja keras menjadi hilang
Dan jadilah orang yang berduka menjadi senang gembira
Ingatlah, sesungguhnya setiap malam dan siang di bulan Ramadhan, Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memerdekakan ahli neraka dari neraka dan sesungguhnya bagi setiap muslim memiliki doa yang akan dikabulkan Allah swt.
Ingatlah, sesungguhnya di bulan Ramadhan itu adalah lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan:
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
أَلْفِ شَهْرٍ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ لَيْلَةُ [القدر:3] ).
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. al-Qadar:3)
Ingatlah, sesungguhnya:
من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه .
"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa shalat di bulan Ramadhan niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1169 #1768; Muslim: Kitab 7, Bab 370 # 1268]
Ingatlah, sesungguhnya:
إذا دخل رمضان فتحت أبواب الجنة وغلّقت أبواب جهنم، وسلسلت الشياطين
"Apabila masuk bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1168 #1766; Muslim: Kitab 14, Bab 529 #1793]
Dan ingatlah:
Allah Subhanahu Wa Ta'alaa berfirman (dalam hadits qudsi):
كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به
"Setiap amal anak manusia adalah untuknya kecuali puasa maka sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang membalasnya…" [Bukhari: Kitab 15, Bab 1172 #1771; Muslim: Kitab 14, Bab 558 #1942]
Saudaraku, renungkanlah waktu yang lepas darimu di bulan rahmat dan ampunan! dan ingatlah orang yang telah puasa bersamamu dan bulan Ramadhan yang lalu, apakah dia masih bersamamu pada Ramadhan hari ini atau ia telah ditinggalkan oleh angan-angan yang berlalu.
Maka segeralah –semoga Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memberi rahmat kepadamu- beribadah, taubat dan istighfar, selalu berzikir, berdoa di waktu sahur…
Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan, ia menghentikan membaca hadits dan majelis ilmu dan mengkhususkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.
Sebagian salaf mengkhatamkan al-Qur`an dalam shalat Ramadhan setiap tiga malam, Sebagianya setiap tujuh hari, di antaranya Qatadah. Dan sebagian yang lain setiap sepuluh hari, di antaranya Abur Raja' al-"Atharidi.
Al-Aswad membaca (mengkhatamkan) al-Qur`an setiap dua malam di bulan Ramadhan.
An-Nakha'i melakukan hal itu khusus pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan pada bulan yang lain setiap tiga malam. Dan Qatadah selalu mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh hari, pada bulan Ramadhan setial tiga hari, dan pada sepuluh hari terakhir setiap malam.
Iman Syafi'i rahimahullah mengkhatamkan enam puluh kali di bulan Ramdhan yang dia membacanya di luar shalat, dan dari imam Abu Hanifah rahimahullah seperti itu juga.
Wahai saudaraku, ingatlah sesungguhnya kebahagiaan di dua negeri bergantung dengan realisasi taqwa dalam jiwamu. Kemudian ingatlah, sesungguhnya Ramadhan adalah jalan menuju taqwa, firman Allah Subhanahu Wa Ta'alaa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَالبقرة: 183
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. al-Baqarah:183)
Bagaimana seorang muslim beribadah kepada Rabb-nya di bulan Ramadhan, dan bagaimana ia menghabiskan waktu-waktunya sehingga ia menjadi orang yang bertaqwa, yang beruntung dengan mendapatkan karunia dan pahala-Nya?
Bagaimanakah engkau menghabiskan bulan Ramadhan?
Sungguh manusia bergembira dengan kedatangan bulan puasa, mereka mendapatkan padanya kebaikan dan keberkahan, namun sedikit sekali yang menunaikannya menurut cara yang menyebabkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, dan membangunnya dengan taat, ibadah dan menunaikan kewajiban. Terkadang berbagai macam penyimpangan yang belum pernah di bulan-bulan sebelumnya, menjadi ada di bulan Ramadhan, seperti israf (berlebihan), mubazir, menyia-nyiakan shalat, begadang di depan program-program televisi, menghabiskan waktu dalam permainan, dan keluyuran di jalanan. Semua itu dengan alasan karena capek dan hiburan sambil menunggu waktu berbuka.
Jika kita merenungi kondisi salafus shaleh dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan. Bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shaleh, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.
Setiap keburukan ada dalam bid'ahnya kaum khalaf
Dan setiap kebaikan ada dalam mengikuti kaum salaf.
Maka bagaimana kita menghidupkan bulan Ramadhan sebagaimana kaum salaf menghidupkannya?
Pertama: Menjaga hukum-hukum puasa
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan rukun ini tidak sah kecuali dengan dua syarat:
1) Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'alaa, berdasarkan sabda Nabi salallaahu 'alayhi wa salam:
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل إمرئ ما نوى
"Setiap amal ibadah harus diserta niat dan bagi setiap seorang tergantung apa yang diniatkannya." [Bukhari: Kitab 1, Bab 1, #1; Muslim: Kitab 34, Bab 949, #3530]
2) ittiba' (mengikuti Nabi salallaahu 'alayhi wa salam), berdasarkan sabda Nabi salallaahu 'alayhi wa salam:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini yang bukan merupakan bagian darinya, maka ia ditolak." [H.R. Bukhari, III:241 dan Muslim, V:132]
Seorang muslim yang melaksanakan puasa wajib menjaga dua syarat ini yang dengannya terealisasi puasanya.
Adapun memelihara ikhlas maka dengan cara mengarahkan hati hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa dan hanya mengharapkan pahala dari-Nya saja. Adapun menjaga ittiba' dalam puasa maka dengan cara mengetahui hukum-hukum puasa sehingga sah puasa seorang muslim, didapatkan dengan keutamaan dan pahala, dan tertolak dengannya siksaan.
Apakah mungkin seorang muslim bisa merealisasikan ittiba' kepada Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam dalam puasa, sedangkan ia jahil terhadap puasa-puasa yang wajib, yang membatalkannya, dan rukun-rukunnya.
Saudaraku yang mulia, …supaya puasamu berada di atas petunjuk Nabi salallaahu 'alayhi wa salam, saya memberikan nasehat kepadamu agar mempelajari hukum-hukum puasa, mendalaminya, bertanya kepada para ulama, dan menghadiri pengajian-pengajian. Maka sesungguhnya jahil terhadap hukum-hukum puasa bisa menjerumuskan muslim dalam larangan-larangan puasa atau yang membatalkannya.
Dan yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini secara ringkas adalah:
Pertama: rukun-rukun puasa yang terdiri dari empat rukun:
- niat,
- menahan diri dari yang membatalkan,
- waktunya yaitu dari sejak terbit matahari hingga tenggelamnya,
- orang yang puasa yaitu seorang muslim yang baligh berakal, yang mampu melaksanakan puasa lagi tidak ada halangan.
Kedua: yang membatalkan puasa, yaitu:
- Jima' (berhubungan suami istri) di siang hari bulan Ramadhan.
- Mengeluarkan mani secara sengaja.
- Makan dan minum secara sengaja.
- Yang sama seperti makan dan minum, seperti suntikan infus dan darah.
- Berbekam.
- Muntah secara sengaja.
- Keluar darah haid dan nifas.
Ketiga: Makruh-makruh dalam puasa, yaitu sangat banyak, di antaranya adalah:
- Terlalu berlebihan dalam berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung saat berwudhu'.
- Menyambung puasa.
- Mengumpulkan air liur dan menelannya.
Keempat: adab-adab puasa yang wajib, di antaranya:
- Menjauhi dusta.
- Menjauhi ghibah (mengupat).
- Menjauhi namimah (mengadu domba).
- Menjauhi bersaksi palsu.
- Menjauhi menipu dalam transaksi.
Kelima: Adab-adab puasa yang dianjurkan/disunnahkan:
- Menunda sahur dan menyegerakan berbuka.
- Menahan lisan dari perkataan sia-sia dan tidak berguna.
- Membukakan orang yang puasa.
- Mendekatkan diri kepada Allah I dan sedakah dan amal shalih.
Saudaraku yang mulia, ingatlah selalu bahwasanya mendapat taufiq untuk puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala tidak bisa sempurna kecuali dengan menjaga hukum-hukum dan syarat-syaratnya serta mengikuti petunjuk Nabi r padanya. Puasa bukan hanya semata-semata menahan diri dari makan dan minum. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من لم يدع قول الزور والعمل به، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan melakukannya, maka Allah Subhanahu Wa Ta'alaa tidak memperdulikan ia dalam meninggalkan makanan dan minumannya." [Bukhari: Kitab 15, Bab 1171 #1770]
Saudaraku, janganlah engkau melewatkan dengan memahami hukum-hukum puasa. Maka sesungguhnya ia adalah pondasi puasa. Dan janganlah engkau ketinggalan mengamalkannya, maka orang yang mengamalkan itu sedikit sekali.
Kedua: Menjaga shalat-shalat wajib
Shalat adalah tiang agama dan diterimanya puasa mengharuskan diterimanya shalat. Bagaimana bisa manusia melalaikan shalat wajib dan menyia-nyiakannya, sementara ia berpuasa di siang harinya. Sedangkan mereka mengetahui bahwa menjaga shalat dalam waktunya lebih wajib di dalam Islam. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
العهد الذي بينا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر
"Perjanjian yang ada di antara kita dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia menjadi kafir." [HR. At-Tirmizi no. 2621, An-Nasai no. 459, Ibnu Majah no. 1069 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4143]
Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata: seorang hamba tidak akan pernah bisa menjadi 'abid (ahli ibadah), sekalipun ia mempunyai semua perkara kebaikan sehingga padanya ada dua perkara ini, yaitu puasa dan shalat, karena keduanya berasal dari darah dan dagingnya.
Mubarak dan Fadhalah rahimahullah berkata: 'Aku berkunjung kepada Tsabit al-Bunani rahimahullah di saat sakitnya. Dia tetap mengingat teman-temannya. Maka tatkala kami masuk kepadanya, ia berkata: 'Wahai saudaraku, kemarin aku tidak bisa shalat seperti biasanya, dan aku tidak bisa puasa seperti biasanya, aku juga tidak bisa mendatangi teman-temanku lalu berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa bersama mereka seperti biasanya.' Kemudian ia berkata: 'Ya Allah, apabila Engkau menghalangi aku dari tiga perkara ini maka janganlah Engkau biarkan aku di dunia sesaat pun.' Lalu ia meninggal dunia saat itu.' Banyak sekali orang yang terlalaikan oleh film-film dan sinetron, atau tidur dan kelupaan, lalu ia berpaling dari menunaikan shalat. Ia mengira bahwa persoalannya ringan padahal ia sangat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.
Ketiga: Menjaga shalat tarawih
Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه.
Barangsiapa yang beribadah (shalat) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Bukhari: Kitab 16, Bab 1233 #1875; Muslim: Kitab 7, Bab 370 #1266]
Dan dalam hadits Sa'ib bin Zaid radiyallaahu anhu, ia berkata: 'Sesungguhnya qari membaca dua ratus ayat, sehingga kami memegang tongkat karena sangat lama berdiri dan mereka tidak pulang kecuali saat fajar.
Dan termasuk yang harus engkau jaga, wahai saudaraku, janganlah engkau pulang sebelum imam, maka sesungguhnya Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من قام مع إمامه حتى ينصرف كتب له قيام ليلة
"Barangsiapa yang shalat bersama imamnya sampai ia (imam) berpaling (pulang) niscaya ditulis untuknya shalat satu malam." [Diriwayatkan oleh Abu Dawood (1370) dan lainnya. Klasifikasi sahih oleh al-Albaani dalam Salaat al-Taraaweeh, hal. 15]
Dan sesungguhnya di antara kesempurnaan iman dan mengharapkan pahala dalam puasa adalah bersemangat dalam shalat malam, tidak gelisah darinya, atau menyibukkan diri darinya di bulan Ramadhan. Terutama di masa kita sekarang ini, di mana sangat banyak sebab-sebab fitnah. Berbagai macam canel menayangkan berbagai macam program yang menggiurkan, film dan sinetron langsung setelah berbuka puasa yang membuat orang lupa melaksanakan shalat, dan yang mereka lihat berupa kegilaan dan perbuatan sia-sia yang menggiurkan.
Keempat: Memperbanyak zikir dan membaca al-Qur`an
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi salallaahu 'alayhi wa salam adalah manusia yang paling pemurah, dan terlebih lagi di bulan Ramadhan saat Jibril 'alayhi salam menemuinya, lalu melakukan tadarus al-Qur`an. Jibril u menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan, lalu melakukan mudarasah al-Qur`an kepadanya. maka Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam saat ditemui Jibril 'alayhi salam lebih pemurah dengan kebaikan dari pada angin kencang yang bertiup."
Dan telah kami sebutkan contoh salafus shaleh dalam membaca al-Qur`an dan mudarasahnya di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak, dan Allah Subhanahu Wa Ta'alaa telah menurunkan padanya, firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Qur`an:185)
Maka Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memuliakan waktunya dengan kemuliaan al-Qur`an dan menjadikan pahala membacanya dilipat gandakan dan kebaikannya melimpat.
Az-Zuhri rahimahullah, apabila masuk bulan Ramadhan, meninggalkan membaca hadits dan majelis ilmu, dan menghadapkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, apabila tiba bulan Ramadhan, ia meninggalkan semua ibadah dan menghadapkan diri untuk membaca al-Qur`an.
Dan sudah seharusnya bagimu, wahai saudaraku yang mulia, engkau membacanya dengan tadabbur dan khusyu', hingga engkau merasakan hasil membacanya. Dan hendaklah engkau menjaga zikir-zikir yang diriwayatkan (dalam hadits). Sesungguhnya ia adalah pemukul syetan dan jalan mendapatkan ridha ar-Rahman. Terutama zikir pagi dan sore, hamdalah, tasbih, dan istighfar. Sungguhnya Nabi salallaahu 'alayhi wa salam: 'Apabila telah melaksanakan shalat fajar, beliau duduk di tempat shalat hingga terbit matahari.' Dan diriwayatkan darinya, beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من صلى الفجر في حماعه ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حج وعمرة تامة تامة تامة.
"Barangsiapa yang shalat fajar berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alaa hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rekaat, adalah baginya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna." [HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (no. 7741), dinyatakan baik isnadnya oleh al-Mundziri; HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).; Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “at-Targhib wat tarhib” (1/111-shahih at-targhib).]
Kelima: Pemurah dan bersedakah: dari Anas, ia berkata, 'Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
أفضل الصدقة صدقة في رمضان
"Sedakah yang paling utama adalah sedakah di bulan Ramadhan." [HR. Tirmidzi Kitab Zakat 599, Baihaiqi, Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain. Imam Tirmidzi berkata: "Hadits ini Gharib"]
Dan Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam menjelaskan bahwa menggabungkan di antara puasa dan sedakah termasuk yang menyebabkan masuk surga, di mana beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
إن الجنة غرفاً يرى ظهورها من بطونها، وبطونها من ظهورها ! قالوا لمن يارسول الله؟ قال: لمن طيّب الكلام، وأطعم الطعام وأداما لصيام، وصلى بالليل والناس نيام.
"Sesungguhnya di dalam surga adalah kamar yang bisa dilihat depannya dari dalamnya, dan dalamnya dari depannya.' Mereka bertanya, 'Untuk siapakah wahai Rasulullah? Beliau salallaahu 'alayhi wa salam bersabda: 'Bagi orang yang memperbaiki ucapan, memberi makan, selalu puasa, shalat di malam hari sedangkan manusia tertidur." [HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Seorang peminta datang kepada imam Ahmad rahimahullah, lalu dia memberikan dua roti yang disiapkannya untuk sarapan pagi, kemudian dia berpuasa.
Dan gambaran bersedakah dan pemurah beraneka ragam, di antaranya: memberi makan. Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
أيما مؤمن أطعم مؤمناً على جوع أطعمه الله من ثمار الجنة ومن سقى مؤمناًً على ظمأ سقاه الله من الرحيق المختوم
"Seorang mukmin manapun yang memberi makan kepada mukmin yang lain yang sedang kelaparan, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta'alaa memberinya makanan dari buah-buah surga. Dan barangsiapa yang memberi minum seorang mukmin yang kehausan niscaya Allah I memberi minuman kepadanya dari rahiqul makhtum."
Dan membukakan orang yang puasa, Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من فطر صائماً كان له مثل أجره لا ينقص من أجر الصائم شيئاً.
"Barangsiapa yang membukakan orang yang puasa, niscaya untuknya pahala seperti pahalanya tanpa mengurangi pahala orang yang puasa sedikitpun juga." [HR Ahmad dan Tirmidzi]
Banyak sekali dari kaum salaf yang mengutamakan orang lain dengan berbuka mereka, sedangkan mereka berpuasa, di antaranya adalah Abdullah bin Umar, Daud ath-Thai, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal rahimahumullah, dan Ibnu Umar tidak berbuka kecuali bersama anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Keenam: I'tikaf dan memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan)
Sunnah I'tikaf banyak ditinggalkan orang kebanyakan manusia yang mampu melakukannya, padahal disebutkan di dalam al-Qur`an dan sunnah. Salafus shaleh sangat bersemangat melakukan dan melaksanakannya karena mengandung pahala besar dan bertepatan sepuluh hari terakhir yang diharapkan padanya lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan. I'tikaf adalah ibadah yang dimudahkan bersamanya segala ibadah, seperti membaca al-Qur`an, shalat, zikir dan do'a. dariAbu Hurairah, ia berkata:
كان النبي يعتكف في كل رمضان عشرة أيام فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوماً.
'Rasulullah sallAllaahu 'alaihi wa salam i'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari, maka tatkala di tahun yang beliau wafat, beliau i'tikaf selama dua puluh hari." [HR. Al-Bukhari IV/245.]
Dan untuk i'tikaf adalah beberapa hukum yang mesti dipelajari oleh yang berpuasa untuk ibadah yang agung ini, maka dengannya i'tikafnya menjadi benar di atas sunnah.
Ketujuh: Mengawasi Lailatul Qadar dan memperbanyak berdoa
Maka sesungguhnya puasa termasuk salah satu penyebab dikabulkan doa. Maka sudah semestinya orang yang puasa bersungguh-sungguh atasnya sepanjang malam bulan Ramadhan, maka ia adalah pintu kebaikan yang paling luas dan jalan yang paling mudah kepadanya. Nabi salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
أعجز الناس من عجز عن الدعاء.
"Manusia yang paling lemah adalah orang yang lemah berdoa."
Terlebih lagi, sesungguhnya kesungguhan seorang muslim shalat di bulan Ramadhan sesuai waktu sahurnya, yaitu waktu penuh berkah yang dikabulkan doa, dihapuskan kesalahan, dan ditunaikan hajat padanya.
Hati-hatilah, wahai saudaraku yang mulia, bahwa engkau keluputan kebaikan besar dan keutamaan yang mulia, yaitu lailatul qadar. Rasulullah salallaahu 'alayhi wa salam bersabda:
من قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه.
"Barangsiapa yang ibadah (shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari/1910 dan Muslim/759 dan Tirmidzi (619) dalam kitab: Ash- Shaum.]
Maka alangkah agungnya malam itu… padanya diampuni segala kesalahan… dicapai derajat dengannya…. dan sesungguhnya ia harus dicari, mesti ditekuni dengan sungguh atasnya karena mengharapkan taufiq untuk kebaikannya yang agung.
Semoga rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'alaa dan selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad salallaahu 'alayhi wa salam, keluarga dan para sahabatnya (radiyAllaahu anhum) sekalian.
Abul Hasan bin Muhammad al-Faqih
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama