Iblis memperdayai orang-orang yang mendalami ilmu dan juga beramal
dari sisi lain. Iblis membaguskan di
hadapan mereka sikap sombong karena ilmu, dengki terhadap saingan, riya` dalam mencari kedudukan. Kadang-kadang Iblis menunjukkan kepada mereka, bahwa yang demikian itu termasuk hak yang wajib mereka lakukan. Jika tidak melakukannya, justru mereka melakukan suatu kesalahan.
hadapan mereka sikap sombong karena ilmu, dengki terhadap saingan, riya` dalam mencari kedudukan. Kadang-kadang Iblis menunjukkan kepada mereka, bahwa yang demikian itu termasuk hak yang wajib mereka lakukan. Jika tidak melakukannya, justru mereka melakukan suatu kesalahan.
Jalan keluar bagi siapa yang enggan melihat dosa takabur, dengki dan
riya`, bahwa iimu tidak bisa menghalangi akibat dari hal-hal itu, bahkan
hukumannya berlipat karena kelipatan hujjah hukuman itu. Siapa yang
melihat sirah para ulama salaf yang juga aktif beramal, tentu akan
memandang hina dirinya sendiri dan tidak berani takabur. Siapa yang
mengetahui Allah, tentu tidak akan berbuat riya`, dan siapa yang
memperhatikan takdir Allah yang ditetapkan menurut kehendak-Nya, maka
dia tidak akan berani mendengki.
Iblis menyusup ke dalam diri mereka sambil membawa syubhat dengan cara
yang pintar, seraya berkata, “Yang kalian cari adalah ketinggian
kedudukan dan bukan takabur, karena kalian adalah para pembawa syariat.
Yang kalian cari adalah kemuliaan agama dan memberantas ahli bid`ah.
Jika kalian membicarakan orang-orang yang dengki, akan menimbulkan
kemarahan terhadap syariat. Sebab para pendengki itu suka mencela siapa
pun yang menghadapi mereka. Jadi apa yang kalian kira sebagai riya`,
sama sekali bukan riya`. Sebab siapa pun di antara kalian akan menjadi
panutan, sekalipun dia hanya berpura-pura khusyu` dan pura-pura
menangis, sebagaimana dokter yang menjadi panutan orang yang sakit.”
Talbis Iblis ini baru terungkap, jika ada seseorang di antara mereka
yang bersikap sombong kepada yang lain atau menampakkan kedengkian
kepadanya, maka ulama itu tidak marah kepadanya seperti kemarahannya
jika kesombongan atau kedengkian itu tertuju kepada dirinya, sekalipun
mereka semua termasuk dalam jajaran ulama.
Iblis juga memperdayai orang-orang yang menekuni ilmu, sehingga
mereka senantiasa berjaga pada malam hari dan tekun pada siang hari
dalam menyusun kitab. Iblis membisikkan kepada mereka bahwa maksud
perbuatan ini ialah menyebarkan agama. Padahal maksud mereka yang
sesungguhnya adalah agar namanya terkenal dan statusnya sebagai penulis
menjadi tenar. Talbis Iblis ini tersingkap, tatkala orang-orang
memanfaatkan karangannya dan membacanya, sementara karangan orang lain
tidak dibaca, maka dia merasa senang, sekalipun memang tujuannya untuk
menyebarkan ilmu. Di antara orang salaf ada yang berkata, “Apa pun ilmu
yang kumiliki, lalu ada yang memanfaatkannya, sekalipun tanpa
menisbatkannya kepada diriku, maka aku merasa senang. “
Di antaranya ada yang merasa senang karena banyak pengikutnya. Iblis
menciptakan talbis, bahwa kesenangan ini karena banyaknya orang yang
mencari ilmu. Padahal dia senang karena banyak yang menyebut nama
dirinya. Dia merasa ujub karena perkataan dan i1mu mereka yang ditimba
darinya. Talbis Iblis ini tersingkap, ketika ada di antara mereka yang
memisahkan diri darinya lalu bergabung dengan ulama lain yang lebih
tenar darinya, maka dia merasa berat hati. Yang demikian ini bukan
merupakan sifat orang-orang yang tulus dalam mengajarkan ilmu.
Perumpamaan orang yang tulus dalam mengajar ialah seperti para dokter
yang mengobati beberapa pasien karena Allah. Jika sebagian pasien itu
ada yang sembuh, maka yang lain merasa senang.
Ada para ulama yang selamat dari talbis Iblis yang nyata. Tapi Iblis
tetap mendatangi mereka dengan talbis-nya yang tersembunyi, seraya
berkata kepadanya, “Aku tidak pernah bertemu seseorang seperti dirimu.”
Jika ulama itu senang dengan ucapan semacam ini, maka dia telah
melakukan kesalahan karena ujub. Jika tidak, berarti dia telah selamat.
As-Sary As-Sagathy berkata, “Andaikan seseorang memasuki sebuah kebun
yang di dalamnya ada semua pepohonan yang diciptakan Allah, ada semua
burung yang diciptakan Allah, lalu makhluk-makhluk itu berkata kepadanya
dengan bahasanya masing-masing, “Wahai wali Allah`, lalu dia merasa
senang mendengarnya, maka dia menjadi tawanan di tangan makhluk-makhluk
itu. “
Di antara manusia ada yang memiliki hasrat dan semangat yang tinggi,
sehingga mereka bisa mendalami berbagai cabang ilmu syariat, berupa ilmu
Al-Qur`an, hadits, fiqih dan sastra. Lalu Iblis mendatangi mereka
dengan talbis-nya yang lembut, sambil membisikkan kesombongan kepada
mereka, karena mereka bisa mendalami berbagai macam ilmu dan bisa
mengulurkan manfaat kepada orang lain. Di antara mereka ada yang tidak
pernah bosan menggali ilmu dan merasakan kenikmatan dalam penggalian
ini, yang tentu saja karena bisikan Iblis. Iblis bertanya kepadanya,
“Sampai kapan engkau merasa letih melakukan semua ini? Tenangkan badanmu
dalam memikul beban ini dan lapangkan hatimu dalam menikmati ilmu.
Karena jika engkau melakukan kesalahan, maka ilmu dapat membebaskan
dirimu dari hukuman. ” Lalu Iblis membisikinya tentang kelebihan yang
dimiliki para ulama. Jika seseorang terkecoh dan menerima bisikan serta
talbis Iblis ini, maka dia akan celaka.
Jika setuju, maka dia dapat berkata, “Jawaban atas pernyataanmu dapat ditinjau dari tiga sisi:
l. Memang para ulama diutamakan karena ilmu. Namun andaikan tidak ada
amal, maka ilmu itu tidak ada artinya apa-apa. Jika aku tidak
mengamalkannya, berarti aku sama dengan orang yang tidak mengerti
maksudnya, hingga keadaan diriku tak ubahnya orang yang mengumpulkan
makanan dan memberikan makanan itu kepada orang-orang yang kelaparan,
tapi dia sendiri tidak makan dan tidak mempergunakan makanan itu untuk
menghilangkan rasa laparnya.
2. Dapat menyanggahnya dengan celaan yang ditujukan kepada orang yang
tidak mengamalkan ilmu, seperti kisah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam tentang seseorang yang dilemparkan ke dalam neraka, lalu ususnya
terburai, seraya berkata, “Dulu aku menyuruh kepada yang ma`ruf namun
aku justru tidak melaksanakannya, dan aku mencegah dari yang` mungkar,
namun justru aku melaksanakannya. ” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan
Muslim).
Abud-Darda` Radhiyallahu Anhu berkata, “Celaka bagi orang yang tidak
berilmu (sekali), dan kecelakaan bagi orang yang berilmu namun tidak
beramal (tujuh kali). “
3. Menyebutkan hukuman bagi orang-orang yang berilmu, karena tidak
mau mengamalkan ilmunya, seperti Iblis dan lain-lainnya. Celaan terhadap
orang yang berilmu namun tidak beramal adalah dengan firman Allah,
“Seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. ” (Al-Jumu`ah: 5).
[Dikutip dari Talbis Iblis karya Ibnul Jauzy, Edisi terjemahan "Perangkan Syetan" Penerbit Pustaka Al-Kautsar]
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di khazanahislamku.blogspot.com
Berikan Komentar dengan Penuh ETIKA untuk kita Diskusikan bersama