ZUHUD, ISTIQOMAH, QADHA & QADAR DAN RIDHO
Dunia,
yang secara nyata dapat dinilai oleh setiap orang yang dapat melihat
sebagai suatu alam dimana kehidupan senantiasa berputar dengan segala
kesenangan dan kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas untuk
memainkan peranan tertentu yang dipilihnya.
Sebenarnya apa sih hidup di alam dunia ini?Benarkah hakikatnya seperti zahirnya?.
Untuk memahami hidup, tentu kita harus
menilik kepada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yaitu siapa
penciptanya, untuk apa diciptakan, dan bagaimana seharusnya kita hidup,
dan bagaimana hubungan antara ketiganya pada sebelum dan sesudahnya.
Allah-lah Dzat Yang Maha Cerdas itu, yang telah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, sebagaimana firman-firman Nya :
“Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari (6 masa tertentu). Kemudian Dia bersemayam di atas arsyi, ….. ”
(Q.S Al-Hadiid : 4)“Dialah Tuhan di langit dan di bumi. Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui“
(Q.S Az-Zukhruf :84)“Hidup di dunia ini, tak lain hanya kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya. Jika mereka mengetahui”
(Q.S Al-Ankabut: 64)“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia, hanya pergurauan, permainan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berlomba-lomba banyak pada harta benda dan anak-anak….hidup di dunia ini tak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”
(Q.S Al-Hadiid :20)“Katakanlah, kesenangan dunia Cuma sedikit dan akhirat lebih baik bagi orang yang bertaqwa”
(Q.S An-Nisaa’ :77)
Walhasil, ternyata kita hidup punya
tujuan yaitu negeri akhirat, dan bagaimana hidup yang benar itu adalah
hidup dengan menaati aturan Allah yang semuanya tercantum dalam Al-Quran
Wassunnah.
Jalan kehidupan tiap – tiap manusia ditentukan oleh dirinya sendiri.
Di tangan kita sendirilah nasib kita, tergantung jalan mana yang kita pilih. Jalan ketaatan atau jalan kedurhakaan.ZUHUD
Kata
ZUHUD sering disebut-sebut ketika kita mendengar nasehat dan seruan
agar mengekang ketamakan terhadap dunia dan mengejar kenikmatannya yang
fana dan pasti sirna, dan agar jangan melupakan kehidupan akhirat yang
hakiki setelah kematian.
Hal ini sebagaimana peringatan Allah tentang kehidupan dunia yang
penuh dengan fatamorgana dan berbagai keindahan yang melalaikan dari
hakikat kehidupan yang sebenarnya.Allah berfirman,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS.57 Al-Hadid: 20)
ISTIQOMAH
Di
dalam kehidupan manusia, Allah telah menetapkan jalan yang harus
ditempuh oleh manusia melalui syariat-Nya sehingga seseorang senantiasa
Istiqomah dan tegak di atas syariat-Nya, selalu menjalankan
perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya serta tidak berpaling ke kanan dan
ke kiri.
Allah ta’ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa istiqomah.Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)”
(QS.46 Al Ahqaaf :13-14)
QADHA DAN QADAR
Apa
pun yang terjadi di dunia dan yang menimpa diri manusia pasti telah
digariskan oleh Allah Yang Maha kuasa dan Yang Maha bijaksana.
Semua telah tercatat secara rapi dalam sebuah Kitab pada zaman azali.
- Kematian,
- kelahiran,
- Rizki,
- Nasib,
- Jodoh,
- Bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
- Kematian,
- kelahiran,
- Rizki,
- Nasib,
- Jodoh,
- Bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan manusia
tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka ia memiliki peluang atau
kesempatan untuk berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih,
berusaha keras untuk mencapai yang dicita-citakan tanpa berpangku tangan
menunggu takdir, dan berupaya memperbaiki citra diri.
Dengan bekal keyakinan terhadap takdir
yang telah ditentukan oleh Allah swt., seorang mukmin tidak pernah
mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri
dengan apa-apa yang telah diberikan Allah swt.
Ia akan berubah menjadi batu karang yang
tegar menghadapi segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar dalam
menyongsong badai ujian yang silih berganti.
Ia juga selalu bersyukur apabila
kenikmatan demi kenikmatan berada dalam genggamannya. Perhatikan
beberapa ayat Allah dan hadits Rasul berikut ini.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah“
(QS.57 Al-Hadiid :22)“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS.57 Al-Hadiid :23)
SABAR DAN IKHLAS
Pada
umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah dengan
hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian yang
tidak menyenang kan, seperti :
- Ujian kesulitan,- Ujian kehilangan,
- Kekurangan musibah,
- Penyakit,
- Kemiskinan,
Adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar““(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ?“ (QS.29 Al ‘Ankabuut :2)
(QS.2 Al-Baqarah :155-157).
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit
dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang
terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian.
Harta yang kita miliki, karir yang bagus,
rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua
adalah ujian dari Allah dan titipan Allah.
Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?RIDHO
Allah swt berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya“.
(QS. Ali Imran:159)
Ridho
Allah terhadap Orang yang Berbuat Baik, Bila dilihat dari ayat di atas,
jelas bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik
terhadap sesama.
Seseorang yang selalu berbuat baik akan diridhoi oleh Allah swt, sehingga iapun juga akan mendapat banyak kebaikan.
Sebaliknya, bila seseorang selalu
memperlihatkan wajah yang tidak bersahabat serta lisan yang tak terjaga
maka orang-orang yang berada di sekelilingnya akan berpikir dua kali
untuk terlibat pembicaraan dengannya, atau bahkan menghindarinya.
Untuk itu, betapa pentingnya seseorang bersikap ramah kepada orang lain yang ada di sekitarnya.
Allah swt menyuruh kita untuk selalu
menjaga perbuatan baik. Untuk mengimbangi perbuatan baik, diperlukan
kata-kata atau ucapan yang baik pula.
Allah swt tidak menyukai orang yang suka
bersifat keras dan berkata kasar. Bila kita selalu berbicara atau
mengucapkan kata-kata yang baik maka itu sama saja kita telah memberikan
sedekah.
Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Muhammad saw bersabda,”Kata-kata yang baik itu adalah sedekah”
(HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim lainnya, Rasulullah saw bersabda,
“Takutlah kamu sekalian terhadap api neraka walaupun hanya dengan menyedekahkan separuh biji korma; dan barang siapa yang tidak mendapatkannya maka cukup dengan kata-kata yang baik”
Dari Abu Dzarr ra berkata, “Nabi Muhammad saw bersabda:
“Janganlah sekali-kali kamu meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan muka yang manis”
(HR. Muslim)
Jalan kehidupan tiap – tiap manusia ditentukan oleh dirinya sendiri.
Di tangan kita sendirilah nasib kita, tergantung jalan mana yang kita pilih.
Jalan ketaatan atau jalan kedurhakaan.
semoga bermanfaat sebagai referensi
ReplyDelete